K e d u a p u l u h e n a m

403 51 17
                                    

Lalu lalang orang-orang di bandara tak kunjung berhenti. Sebagian orang ada yang menunggu keberangkatan dengan tenggelam dalam gedget. Ada yang diam-diam menyembunyikan kesedihan karena akan berpisah. Ada pula harap-harap cemas, yang menunggu seseorang untuk lepas landas dan lantas bertemu. Beragam sekali.

Nucapun begitu, ia sibuk dengan gedgetnya sembari menunggu panggilan pesawat yang akan membawanya kembali ke Jakarta. Ia terkekeh karena isi pesannya dengan Mahalini. Setelah membalas pesan Mahalini, ia mengangkat kepalanya.

Matanya menyipit, melihat seseorang yang sudah lama tidak ia temui. Nuca menatap lekat seseorang berkaca mata hitam yang sibuk menunduk menatap gadgetnya.

Nuca berusaha meyakinkan diri, bahwa ia tidak salah lihat. Saat ia yakin, Nuca menghapiri orang tersebut dan berhenti di depannya.

Melihat ujung sepatu berdiri di hadapannya, seseorang itu lantas mematikan gedgetnya lalu mendongak.

Lalu keduanya terperangah. Seseorang itu berdiri dan melepas kacamatanya. Mata Nuca sudah mulai berkaca-kaca, lalu memeluk seseorang itu erat dan mendapat balasan dari orang tersebut.

“Kamu kapan kembali dari Berlin? Aku rindu sekali” Peluk Nuca makin erat dan airmata menetes di punggung gadis itu.

***

Mahalini sudah mengumpulkan tenaga sekuat mungkin untuk memeluk Nuca, memecahkan celengan rindu mereka. Karena hari ini mereka akan kembali pada rutinitas mereka dinner dengan para sahabat mereka.

Mahalini sudah memoles wajah dengan make up natural yang membuatnya semakin cantik. Mahalini menyungging senyum kala melihat mobil Nuca memasuki pekarangan rumahnya. Ia berlari kecil menghampiri kekasihnya itu.

“Jangan lari, nanti jatuh” Ujar Aruni yang melihat tingkah laku anaknya itu.

“Bucin banget lagian, baru nggak ketemu berapa lama aja udah gitu” Ujar Dion, kakak laki-laki pertamanya.

“Sirik aja lo, jomblo” Lini meledek kakaknya itu tak mau kalah. Mahalini lantas kembali menutup pintu dan menghampiri Nuca.

Nuca yang melihat Lini yang kegirangan tersenyum tipis. Merentangkan tangan karena kekasihnya itu pasti ingin memeluknya. Benar saja, Mahalini kemudian memeluk Nuca cukup erat.

Keduanya saling membiasakan diri dengan wangi masing-masing. Wangi tubuh seseorang yang mereka rindukan. Setelah melepas pelukan, Nuca mengacak kecil kepala Lini

“Sepertinya rindu sekali”

“Memangnya kamu nggak rindu aku?” Ujar Lini dengan ketus.

Nuca hanya terkekeh “Rindu sayang, rinduuu, sekali” Ujar Nuca.

“Lagian, ngomongnya kayak nggak rindu aja” Lini mengerucutkan bibirnya.

Sesaat kemudian Aruni datang menghampiri mereka. Nuca langsung berdiri, kemudian mencium punggung tangan Aruni sopan.

Nuca menyerahkan oleh-oleh yang memang sudah ia siapkan untuk ibu dari kekasihnya itu.

“Tante, ini saya bawakan oleh-oleh dari Jogja”

“Waah, repot-repot kamu, Nuc. Terimakasih ya” Aruni menerima oleh-oleh dari Nuca.

“Saya izin ajak Lini keluar ya Tante”

“Iya, gapapa, bawa aja. Dia uring-uringan terus kalau nggak ketemu sama kamu” Ledek Aruni yang dihadiahi pelototan dari putri satu-satunya itu.

Nuca dan Aruni langsung terkekeh melihat tingkah Mahalini

"Yaudah, sana jalan. Nanti kemaleman loh”

Akhirnya sepasang itu berangkat menuju tempat dimana mereka sudah berjanji untuk bertemu dengan kedua pasang lainnya.

Dan Selesai [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang