Kehadiran Ziva ditengah-tengah mereka membuat ketiga sahabatnya bahagia. Ziva kembali.
Setelah acara Samuel yang melamar Tiara di depan banyak orang selesai, mereka menikmati hidangan yang sudah disajikan. Tawa-tawa mereka terlihat lepas. Lantas, mereka kemudian berkumpul di sebuah rooftops restaurant yang memang sudah tersedia. Alunan musik romantis menyapa telinga mereka.
Ziva sangat bersyukur. Karena ketiga sahabatnya masih ada bersamanya. Sejauh apapun ia mencoba pergi, ia tidak akan pernah benar-benar pergi. Tiara masih memeluk bunga Daisy yang diberi oleh Samuel tadi.
“Ciye, habis ini ada yang mau ganti status” Ledek Keisya yang membuat wajah Tiara bersemu merah.
“Merah gitu lagi, mukanya, kayak tomat” Ziva menyentuh pipi Tiara yang memerah dengan jari telunjuknya.
“Oh iya, kok lo bisa ada disini, Ziv?” Tiara yang sedari tadi penasaran dengan kehadiran Ziva akhirnya berkesempatan bertanya. Karna ia bersama Keisya dan Mahalini sama sekali tidak bisa menghubunginya selama beberapa bulan kemarin.
Pertanyaan Tiara barusan pun mendapatkan anggukan dari Lini dan Keisya. Mereka berdua tak kalah terkejutnya saat Ziva tiba-tiba berdiri disamping mereka tadi.
Ziva hanya mengarahkan tatapannya kearah Samuel yang tengah sibuk berbincang dengan Nuca dan Fahmi.
“Sam?” Ujar Tiara yang mengikuti arah pandang Ziva. Ziva hanya mengangguk.
“Sam yang nemuin gue di Jogja dua minggu lalu”
“Jadi, selama ini lo di Jogja?” Kaget ketiganya.
“Iya”
“Samuel tau dari siapa lo di Jogja?”
“Gerald” Ujar Ziva singkat yang membuat ketiganya makin bingung.
“Gerald kakaknya Biel?” Ziva hanya memberikan anggukan dari pertanyaan Tiara.
“Gue dirumah keluarga Biel yang ada di Jogja. Karena gue nggak menemukan ketenangan di Jakarta. Dan rumah Biel yang di Jogja, juga tempat Biel menenangkan diri waktu dia masih hidup” Ziva menjeda kalimatnya. Sampi detik ini, ia memang belum bisa melupakan Biel. Namun, ia perlahan sudah menerima, bahwa Bielnya memang tidak akan pernah kembali.
“Gue nggak bisa lupain Biel sampai detik ini. Dan gue rasa sampai kapanpun, gue nggak akan bisa lupa sama dia. Dia terlalu sempurna di hati gue” Senyum Ziva terukir di bibir manisnya.
“Tapi, sesempurna apapun Biel di dalam hati lo, lo nggak perlu menutup diri untuk laki-laki yang mau masuk ke hidup lo”
“Nggak kok, ada masanya juga gue mau membuka hati gue lagi. Tapi nggak dalam waktu dekat. Karna, gue nggak mau, seseorang yang nanti masuk ke dalam hidup gue, merasa hidup dengan orang yang belum selesai dengan masa lalunya”.
“Meskipun gue nggak bisa lupain dia, setidaknya, gue bisa berdamai sama diri gue sendiri. Dengan begitu, gue pasti bisa nerima orang baru dalam hidup gue tanpa ada bayang-bayang masa lalu di dalamnya”
Ketiga sahabatnya mencoba mengerti keadaan Ziva saat ini. Karna hanya itu yang harus mereka lakukan, mensupport Ziva.
“Gue harap, lo segera hidup dengan hati lo yang baru. Karna, hidup akan terus berlanjut” Ujar Lini.
“Jangan khawatir, Ziv. Kita bertiga akan tetap disini, dan nggak akan kemana-mana, oke? Jangan hilang-hilangan lagi” Keisya menatap dalam kearah Ziva yang tersenyum dan mengangguk.
“Jadi.. Lo boleh ke kita, sehancur apapun lo. Karna, kita nggak akan menolak kehancuran lo. Kalau lo hancur, kita hancur bareng-bareng. Kalau lo ada di tempat gelap, kita akan setia nemenin lo di tempat segelap apapun itu” Kini Tiara yang berujar.
Ziva beruntung sekali memiliki orang-orang ini. Ia tidak tau, apa yang akan terjadi padanya tanpa mereka.
“Gih, sana, samperin cowok-cowok kalian” Ziva membagi tatapannya kearah ketiga sahabatnya dan ketiga laki-laki yang menatap mereka dengan penuh senyum.
“Lo gapapa?” Tiara menggenggam tangan Ziva.
“Nggak, tenang aja” Lalu ketiga sahabatnya meninggalkan ia terduduk sendirian. Tiba-tiba, hembusan angin menerpa pipinya lembut. Ziva tersenyum. Bielnya disini.
Ziva menatap sahabat-sahabatnya yang berada disamping pasangan mereka masing-masing. Membuat ia rindu akan mendiang kekasihnya. Ia tidak iri, sama sekali tidak iri. Ia bahagia melihat ketiga sahabatnya bahagia.
Ziva memejamkan matanya, dan mencoba merasakan kehadiran Biel disana. Di kepalanya, Ziva kembali mengingat kebiasaannya bersama Biel. Betapa hangat senyum dan pelukannya.
Namun saat membuka mata, Ziva menatap Nuca yang sedang menatap dalam Mahalini yang tersenyum, membuat ingatannya berputar ke beberapa hari yang lalu. Ia mencoba untuk menyimpannya, namun ia khawatir. Jika ia diam saja, bisa-bisa Mahalini terluka.
Maka saat Mahalini beranjak bersama Tiara dan meninggalkan Nuca sendirian, Ziva mulai mendekati Nuca.Melihat Ziva yang duduk disampingnya, Nuca kemudian tersenyum.
“Gimana, suasana hati lo? Gue harap, lo udah baik-baik aja sekarang” Ujar Nuca tulus sambil mengelus bahu Ziva.
Ziva hanya tersenyum dan mengangguk “Lagi proses, Nuc. Thankyou”
Ziva menatap langit tanpa bintang di atas mereka. Selang beberapa detik, Ziva mencoba untuk mengeluarkan suaranya.
“Lo sayang sama Lini?” Pertanyaan Ziva barusan membuat Nuca terkekeh dan mengernyit heran.
“Sayanglah, Ziv” Ziva langsung menoleh ke arah Nuca.
“Terus, siapa cewek yang akhir-akhir ini lo temui?” Telak, senyum Nuca perlahan sirna. Bagaimana bisa, Ziva tau tentang pertemuannya dengan gadis itu?
Nuca mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan Lini. Untungnya, wanita itu tidak ada disana.
“Lo tau darimana?” Nada bicara Nuca mulai terdengar takut. Kini Ziva yang terkekeh.
“Dari nada bicara lo, gue bisa menebak, dia bukan perempuan biasa atau sekedar temen lo. Tapi gue nggak mau berasumsi apa-apa soal ini. Gue harap, lo nggak pernah nyakitin Lini dengan cara apapun. Apalagi selingkuh”
Nuca mendadak menegang, bagaimana bisa Ziva tau masalah ini. Padahal, ia sudah menyimpan semuanya serapi mungkin. Ia hanya sekedar bertemu tanpa berniat untuk bersama gadis itu lagi. Ia hanya ingin meluruskan segala permasalahan yang terjadi antara dirinya dengan gadis yang beberapa hari lalu ia temui.
“Jangan kasih tau Lini dulu soal ini, Ziv. Gue mohon sama lo. Gue mau selesaikan ini semua tanpa sepengetahuan Lini. Lo jangan salah paham” Nuca terlihat panik saat ini. Ia tau, Ziva adalah seseorang yang sangat menjaga perasaan sahabatnya.
“Waktu Fahmi mau selesaikan masalahnya sendiri tanpa memberitahu Keisya lebih dulu, sahabat gue terluka, Nuc. Dan gue nggak mau hal itu terjadi ke sahabat gue yang lain” Ujar Ziva dengan penuh penekanan.
“Gue kasih lo kesempatan untuk menyelesaikan cewek itu. Dan jangan berani-berani untuk sakiti Lini” Nada bicara Ziva tegas kali ini. Membuat Nuca terdiam.
Lalu, kalimat yang dikeluarkan Ziva membuat Nuca benar-benar sakit kepala “Gue kenal Lyodra. Dan lo harus segera berhenti, kalau nggak mau Mahalini kenapa-kenapa”
***
Asik. Ziva comeback!
Gimana??? Ada yang bener nggak tebakannya?Pokoknya happy reading ya Gengs.
Jangan lupa keep streaming lagu barunya Mahalini - Sisa Rasa!
Big Love
Cayon!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Selesai [Completed]
Ficción GeneralBerjuang itu berdua, bukan sendiri. Jika hanya aku yang berjuang, maka hanya aku pula yang takut kehilangan dan kamu tidak.