K e s e m b i l a n

482 49 4
                                    

Kalau pada akhirnya semua memang hanya sebuah permainan untukmu, harusnya kau tau, aku bukan bahan untuk jadi mainanmu.

***

Nuca sedang bersiap-siap menjemput Mahalini, karna gadis itu sudah memintanya untuk pergi ke wahana bermain, Dufan.

Mahalini baru saja keluar dari rumahnya dan langsung bergegas menemui Nuca yang sudah menunggunya sedari tadi.

“Maaf ya, Nuc, lama” Cengir Mahalini.

“Nggak apa-apa. Udah, yuk?” Mahalini hanya mengangguk dan tersenyum kala Nuca membukakan pintu mobil untuknya.

“Hari ini kelihatan happy sekali kamu” Ujar Nuca.

“Iya dong, pusing kerja terus. Akhirnya bisa refreshing juga”

Nuca berhenti kala lampu merah menyala. Nuca mengalihkan wajahnya ke arah Mahalini.

“Cantik banget sih” Nuca mengelus pelan pipi Mahalini. Seketika saat itu juga, pipi Mahalini bersemu merah. Nuca hanya terkekeh.

“Ciye, blushing

Mahalini memukul pelan tangan Nuca
"Nggak. Orang ini blush on” Elaknya

“Iya deh, iya, blush on” Nuca hanya mengangguk dan memajukan mobilnya kembali.

Beberapa saat kemudian mereka sampai di tempat tujuan. Setelah itu, mereka menghabiskan waktu untuk menikmati berbagai wahana disana.

Nuca memaksa Mahalini untuk menaiki wahana bianglala. Mahalini yang pada dasarnya takut ketinggian awalnya menolak. Tapi Nuca meyakinkan Lini untuk berani.

“Kan ada aku” Nuca menggenggam jemari Mahalini dan mencium punggung tangan itu singkat.

“Awas aja kalau nanti aku pusing”

Bianglala sudah mulai bergerak dan Mahalini menggenggam erat tangan Nuca dan masih menutup matanya tanpa berniat untuk melihat kebawah. Nuca yang sedari tadi menahan tawa meraih wajah Mahalini. Mau tidak mau, Mahalini membuka matanya.

“Jangan takut, ada aku” Lalu Mahalini perlahan mengalihkan tatapannya dari Nuca dan melihat kebawah.

Bukannya takut, Mahalini malah menikmati apa yang matanya lihat disekelilingnya.

“Nggak kenapa-kenapa kan?”

Namun tiba-tiba bianglala yang mereka naiki berhenti mendadak. Dan hal itu membuat Mahalini takut, ditambah lagi, mereka berdua berada di tempat paling tinggi.

“Kok berhenti sih, Nuc” Panik Mahalini.

Nuca yang melihat kebawah dan petugas itu mengatakan hanya ada gangguan sedikit dan meminta mereka untuk bersabar.

“Kata petugasnya, ada gangguan sebentar”

“Ish, gimana sih, masa iya kita diam disini. Tinggi banget lagi” Omelnya.

Lagi-lagi, Nuca meraih wajah Mahalini. Mahalini yang awalnya ketakutan, kini mematung. Tidak ada suara yang jelas ditelinganya. Hanya ada suara detak jantungnya yang bergemuruh.

Nuca mendekatkan wajahnya kearah wajah Mahalini dan menatap mata dan bibir Mahalini bergantian.

Tangan Nuca menjalar kepipi hingga tengkuk Mahalini. Mahalini menutup matanya kala merasakan sapuan benda kenyal melumat bibir merahnya.

Mereka berdua merasa waktu berhenti saat itu juga. Tidak ada suara yang terdengar selain suara desau angin dan detak jantung mereka masing-masing.

Bianglala mereka kemudian kembali bergerak dan mereka melepaskan ciuman mereka. Mahalini menutupi wajahnya yang memerah. Dan Nuca hanya menatap lucu wajah kekasihnya itu.

***

Langit sudah mulai menggelap, Nuca memutuskan untuk mengantar Mahalini pulang kerumah.

Ditengah perjalanan, ponsel Nuca berdering.

“Halo” Sapa Nuca

Saya dapat informasi seputar Kevin dan Fahmi, Pak Nuca” Nuca melirik ke arah Mahalini.

“Iya, bagaimana?”

Ternyata mereka berdua dulu berteman dekat dengan seorang wanita yang dimana menurut info yang saya dapat, wanita itu meninggal bunuh diri”

Dahi Nuca mengernyit “Lalu?”

Saya masih mencari tau alasan gadis itu bunuh diri, Pak. Perkembangannya segera saya infokan ke bapak” Ujar sang penelpon lagi.

Nuca menagakhiri panggilan tersebut.

“Siapa, Nuc?”

“Yang cari informasi soal Kevin dan Fahmi”

“Terus, terus, apa katanya?”

“Mereka dulu pernah berteman. Bertiga, ada ceweknya satu. Tapi ternyata cewek itu sudah meninggal. Bunuh diri”

Mahalini membelakkan matanya “Bunuh diri?” Nuca mengangguk

“Bunuh dirinya karna apa?”

“Masih dicari tau. Kalau aku sudah dapat informasi yang lengkap, aku kabari kamu”

***

Setelah mendapat informasi dari Nuca, Mahalini langsung mengajak dua temannya bertemu, Tiara dan Ziva.

“Jadi gimana? Lo dapat info apa?” Tanya Ziva tak sabaran.

“Ternyata Kevin sama Fahmi pernah temenan. Terus, ada cewek diantara pertemanan mereka, tapi meninggal” Jedanya

“Meninggalnya bunuh diri” Lanjut Mahalini lagi.

“Ah serius lo, Lin”

“Serius. Kalau Nuca udah dapat info penyebab kematian itu cewek, dia langsung kabari gue”

“Gue jadi khawatir deh, sama Keisya” Tiara angkat bicara.

“Kayak yang lo ceritain, Ziv, si Kevin seakan sengaja deketin Keisya biar Fahmi cemburu. Sadar nggak kalian?”

Pertanyaan Tiara membuat kedua temannya itu berfikir.

“Ih, anjir, iya, bener juga lo, Ti”

“Kita harus awasin sih, si Keisya. Takutnya kenapa-kenapa”

***

Selamat Hari Jumat, semuaa...

Aku updatenya siang banget ya? Maaf, hehe.

Hayo, siapa yang senyum senyum liat adegan diatas. Untuk anak kecil di bawah umur, jangan di tiru loh ya. Aku marah!

Mari kita bermain tebak-tebakan lagi soal Kevin dan Fahmi... sepertinya ini akan seru wkwk

Eh iya, sorry nih, habis zoom sama Lini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eh iya, sorry nih, habis zoom sama Lini. Jangan iriii wkwkwkwk.

Selamat membaca, guys. Semoga kalian suka bab ini, ya guys. Kalian stay safe dan jaga kesehatan. Oke?

Ciye, jomblo lagi nyengir nyegir.

Hehe, Luv,
Cayon!

Dan Selesai [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang