Seseorang akan merasakan rasa sakit, ketika orang yang ia kira mempercayainya, malah meragukannya.
***
Tidak akan pernah ada satu orangpun yang mau disalahkan atas kesalahan yang bahkan dibenaknyapun tidak pernah terlintas untuk melakukannya.
Setelah mengantar Keisya pulang malam itu, Tiarapun kembali lagi malamnya bersama dengan Ziva.
Tiara mendapat kabar dari Ibu Keisya, bahwa Keisya mengalami demam sejak pulang dari rumah sakit. Tiara memutuskan menjenguk Keisya bersama Ziva, sekaligus membawa alat kedokterannya kerumah Keisya.
“Selamat malam, Tante” Ujar Ziva girang ketika mendapati Ibu Keisya yang membukakan pintu dan tersenyum hangat ke mereka.
“Keisyanya masih demam, Tan?” Tanya Tiara
“Masih, tuh. Kebiasaan kalau ada masalah sama pacarnya” Dumel Ibu Keisya
“Yaudah deh Tan, kita ke kamarnya Keisya dulu, ya”
“Oh iya, Ziv, itu dia belum makan, bentar” Ibu Keisya mengambil makanan yang baru saja ia buat.
“Kamu sekalian bawa, ya. Suruh makan” Ziva hanya mengangguk dan menyusul langkah Tiara.
“Heh, Menik” Keisya yang mendengar suara teman-temannya langsung menoleh.
“Bisa-bisanya lo galau gara-gara Fahmi” Ujar Tiara yang mempersiapkan alat kedokterannya.
“Sini, tensi dulu” Keisya melayangkan lengannya kearah Tiara. Beruntungnya mereka, setiap salah satu dari mereka sakit, Tiara akan selalu sigap memeriksa teman-temannya. Dokter pribadi.
“Nih, makan” Ziva menyodorkan makanan yang ia bawa tadi kearah bibir Keisya.
“Fahmi sudah menghubungi lo?” Tiara mengambil tempat duduk di samping Ziva yang masih asyik menyuapi Keisya.
“Sudah. Cuma nggak gue angkat telfonnya. Males gue”
“Lo nggak jelasin memang, disitu juga ada gue?” Sahut Ziva.
“Udah, Ziv. Tapi dianya galak, kesellah gue. Gue cabut aja” Sungut Keisya
“Terus nabrak orang” Sindir Tiara lagi.
Ziva terkekeh “Lagian bisa-bisanya si Fahmi dapat info kayak gitu langsung ditelan mentah-mentah”
“Makanya gue heran. Dia baru kali ini begini"
“Punya dendam kesumat kali dia sama Kevin” Ujar Ziva asal.
“Kenal aja nggak, gimana mau punya dendam” Sahut Keisya lagi
Kalau di pikir-pikir lagi, akhir-akhir ini Fahmi memang sering mencari masalah dengan Keisya. Masalah sekecil apapun, pasti ia jadikan masalah.
“Dia udah bosen kali, ya, sama gue?” Ujar Keisya menerawang.
Ziva dan Tiara sontak menoleh “Ya namanya juga hubungan, bosan itu wajar. Asal nggak gegabah ambil keputusan aja” Ujar Tiara.
“Bener tuh, Kei, kasih jeda dulu aja di hubungan lo sama Fahmi” Lanjut Ziva.
Keisya hanya mengesah nafasnya berat. Sebenarnya ia pun mulai bosan. Tapi perasaannya sama sekali tidak berkurang untuk Fahmi. Mungkin benar yang dikatakan kedua sahabatnya, bosan itu wajar, asal tidak salah mengambil keputusan.
“By the way, Lini mana ya?” Ziva mengambil ponselnya ingin menghubungi temannya satu itu.
“Kayak nggak tau orang sibuk aja lo, Ziv” Kekeh Keisya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Selesai [Completed]
Narrativa generaleBerjuang itu berdua, bukan sendiri. Jika hanya aku yang berjuang, maka hanya aku pula yang takut kehilangan dan kamu tidak.