Kamu sudah berjanji untuk tidak pergi. Kamu sudah memintaku untuk tetap disini dan aku menepati. Namun mengapa malah kamu yang meninggalkan aku sendiri? Dengan harapan dan mimpi-mimpi yang sudah kita bicarakan kemarin? Lalu apa arti dari semua kepercayaan yang sudah setia ku jatuhkan padamu? Tegakah? Ku mohon, kembali.
Semua orang yang ada disana panik dan langsung bergegas ke rumah sakit kecuali Kevin. Ziva sudah tak bisa lagi membendung air matanya. Wajahnya memerah dan kepalanya mulai sakit akibat menangis sedari tadi. Ia tak hentinya menyebut Biel dalam doanya.
“Tenang, Ziv, Biel pasti nggak apa-apa” Ujar Lini yang tetap setia memeluknya.
“Gue nggak bisa tenang, Lin”
“Berdoa, Ziv. Semoga Biel baik-baik aja” Ujar Tiara yang menggenggam erat tangan Ziva. Air matanya ikut menetes melihat sahabatnya seperti ini.
Baru selesai satu masalah, datang lagi masalah lain. Kali ini, tidak ada yang bisa mereka lakukan selain merapalkan doa.
Sesampainya dirumah sakit, Ziva langsung berlari menuju ruang operasi yang sedang menangani Biel. Ziva menemukan Samuel disana lalu menghujani Samuel dengan pertanyaan.
“Lo tenang dulu, Ziv, Biel lagi ditangani sama dokter” Melihat Ziva yang begitu terpuruk, akhirnya Samuel memeluk Ziva dengan erat. Samuel menoleh kearah Tiara yang mengangguk. Samuel dan Ziva sudah seperti saudara. Maka Samuel akan tau dan merasakan betapa hancurnya gadis ini.
Sangkin lelahnya, Ziva tidak sadarkan diri dipelukan Samuel. Samuel dengan sigap membawa Ziva ke unit gawat darurat. Tiara dan Mahalini mengikuti Samuel. Sedangkan Keisya, Fahmi dan Nuca menunggu di depan ruang operasi.
Tiara dan Mahalini masih menunggu Ziva yang sudah ditangani oleh dokter rumah sakit itu. Kalau saja ini rumah sakit tempat Tiara bekerja, ia mungkin tidak menunggu dokter untuk menangani sahabatnya.
Infus sudah bersarang dipunggung tangan Ziva. Beberapa saat kemudian, Ziva sadar dari pingsannya.
“Biel”
“Ziv, tenang dulu” Ujar Mahalini yang memegang bahu Ziva.
“Biel, Lin, Biel” Tangisnya pecah. Ziva hampir saja melepas infusnya paksa, untung Tiara berhasil menahannya.
“Lo gila ya. Tunggu susternya dulu buat lepas infusan lo. Lo nggak bisa gini dong, Ziv” Omel Tiara
“Gimana gue bisa tenang sih. Coba kalau kalian yang ada diposisi gue?!” Ziva mengeluarkan suara yang cukup tinggi.
Mahalini yang menyaksikan kekacauan Zivapun memeluknya dengan erat“Tenang, Ziv, tenang. Kalau Lo kayak gini, Lo nggak bisa nemenin Biel pas bangun nanti”
Perlahan tangisan Zivapun mereda. Suster datang dan langsung melepas infus di tangan Ziva atas permintaan Tiara.
Dengan tergesa, mereka kembali keruang operasi. Operasi itu masih berlangsung.
“Gimana Kei, keadaan Biel?” Tanya Ziva mendapati Keisya menunggu di depan ruang operasi.
Keisya menggeleng “Operasinya belum selesai, Ziv. Mending Lo duduk dulu” Keisya membawa Ziva untuk duduk di kursi tunggu depan ruang operasi.
“Sam” Panggil Ziva
“Kenapa bisa gini?” Sam menghela nafas dan duduk disamping Ziva.
“Kata warga yang melihat kejadian, Biel melajukan mobil dikecepatan biasa. Tapi sayang, truck dari sisi kanan mau coba buat salip mobil didepannya. Tapi nahas, pengemudi truck itu sedang mabuk dan nggak sadar kalau disisi kiri ada mobil Biel. Dan truck itu menabrak mobil Biel""Untungnya, warga langsung menyelamatkan Biel dan mengeluarkan Biel dari dalam mobil, lalu menjauh. Sepuluh detik setelah tubuh Biel dikeluarkan, mobilnya meledak”
Ziva menutup matanya dan memegangi dadanya yang terasa sakit. Bielnya pasti merasakan sakit di dalam sana. Ziva berjalan kearah pintu ruang operasi dan menatap pintu itu dengan tatapan kosong
“Please, Biel, bertahan untukku”
Beberapa saat kemudian, dokter keluar dari ruang operasi Biel.
Semua orang disana langsung berdiri dan menghampiri dokter tersebut.
Dengan cepat, Ziva langsung menanyakan keadaan kekasihnya pada dokter itu. Wajah dokter tersebut terlihat berat untuk menyampaikan informasi kepada keluarga pasien.
“Operasi berjalan lancar” semua orang disana bernafas lega.
“Tapi..” Jeda dokter itu.
“Tapi apa, dok?” Ziva buru buru menuntut sang dokter untuk menyelesaikan kalimatnya.
“Benturan dikepala pasien cukup berat. Dan pasien, kami nyatakan koma”
Lagi. Tubuh Ziva meluruh, Mahalini yang berada tepat disampingnya langsung memeluk Ziva erat
“Tapi kemungkinan pasien selamat, besar kan dok?” Tanya Tiara
“Kemungkinan pasien sadar hanya empat puluh persen. Meskipun pasien sadar, pasien akan mengalami kekukarangan dalam tubuhnya. Tapi kita tidak bisa memastikan sebelum pasien benar-benar sadar. Perbanyak berdoa, agar pasien segera sadar dari komanya”
Mereka semua hanya mampu menelan apa yang dikatakan dokter barusan. Ziva masih setia dengan tangisnya. Ziva ingin menemui Bielnya.
Ziva berjalan menuju ruang operasi. Ziva terpaku dan sekali lagi menatap nanar Biel dengan berbagai macam alat penopang hidup yang menempel di tubuhnya.
Ziva berjalan gontai. Menatap Biel dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ziva membelai rebut kekasihnya, airmatanya menetes. Kemudian Ziva meraih tangan dingin Biel dan mengecupnya lama.
“Bi, bangun” Ia yakin, suaranya hanya bagai hembusan angin.
“Katanya mau melamar aku di waktu yang tepat. Mana janji kamu?” Ziva setia berbicara meskipun Biel tak bisa menjawab semua pertanyaannya.
“Kamu jangan berani-berani tinggalkan aku, Biel. Aku nggak tau kalau kamu betulan pergi”
“Bangun Biel, bangun”
***
“Ti, Kei, kalian pulang, gih” Ujar Lini
“Kita nggak mungkin tinggalin Ziva sendiri, Lin” Tiara masih menyandarkan kepalanya di bahu Sam.
“Kalian besok kerja”
“Terus, yang temani Ziva disini, siapa?” Tanya Keisya.
“Gue bisa ambil cuti” Ujar Lini.
“Kalian pulang aja, nggak apa-apa” Ziva baru saja keluar dari ruang rawat Biel.
“Nggak. Gue nggak akan biarin Lo sendiri” Ujar Lini. Mahalini melihat mata sahabatnya itu sangat merah.
“Jangan repot-repot, Lin” Ujar Ziva dengan suara yang sangat pelan
“Nggak ada yang repot, Ziva. Kita nggak mungkin tinggalin lo sendiri"Ziva kembali duduk di ruang tunggu, menangkap wajahnya dengan kedua telapak tangan. Hari ini tenaganya terkuras habis.
"Gue beliin lo makan, ya? Lo lemes banget belum makan" Ujar Keisya yang tidak tega melihat Ziva yang tampak sangat lemas.
Ziva hanya menggelengkan kepala "Gimana gue bisa enak-enakan makan, di dalam sana, orang yang gue sayang lagi sekarat dan berjuang untuk tetap hidup"
***
Halo, selamat hari Jumat!
Terimakasih masih setia membaca cerita ini. Temani aku sampai cerita ini berakhir, ya? Jangan bosan-bosan :(
Jangan lupa jaga kesehatan semua, biar pandemi ini cepat selesai. Yang belum vaksin, ayo vaksin, hehe.
Selamat membaca, sayang-sayangku.
Big Love
Cayon!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Selesai [Completed]
General FictionBerjuang itu berdua, bukan sendiri. Jika hanya aku yang berjuang, maka hanya aku pula yang takut kehilangan dan kamu tidak.