Rindu itu indah, jika yang dirindu juga rindu. Celengan rindu mereka sudah penuh sekali, hari ini, saatnya mereka memecahkan celengan rindu mereka.
Ziva berlari kecil kala melihat Biel menenteng kopernya. Ziva langsung memeluk Biel erat. Begitupun dengan Biel.
"Aku kangen banget, Bi, sama kamu" Ujar Ziva mengeratkan pelukannya.
"Sama, aku juga, Ziv" Biel melepaskan pelukan mereka dan mencium kening Ziva sekilas.
"Yuk, langsung pulang" Biel menggenggam tangan Ziva.
"Kamu nggak lapar?"
"Lapar, sih, cuma aku capek banget" Lesu Biel.
"Uluh uluh, capek ya?" Biel menganggukkan kepalanya manja.
"Aku masakin aja, gimana?"
"Wah, asyik. Mau dong, mau banget" Ujar Biel senang.
"Yang bawa mobil aku saja, ya. Biar kamu bisa tidur. Lumayan kalau tidur dijalan"
"Pengertian banget sih, pacar aku" Biel mengacak pelan rambut Ziva.
"Ihh, sayang, berantakan dong, rambut aku" Sungut Ziva.
Biel terkekeh "Nggak kok, sayang, tetap cantik"
"Kamu jangan cantik cantik, Ziv" Lanjut Biel.
"Loh, kenapa? Bukannya setiap cowok mau punya pacar cantik, ya?"
"Kalau kamu terlalu cantik, nanti banyak yang naksir? Gimana?" Ziva hanya mampu tersipu malu.
"Apaan sih, Bi"
"Betulan, loh, yang ada nanti aku berantem terus sama cowok-cowok yang mau dekatin kamu"
"Tenang aja, Bi. Siapapun saingan kamu, kamu tetap selalu jadi pemenang di hati aku"
Biel langsung menoleh kearah Ziva "Loh, sudah bisa ngegombal kamu, ya. Siapa yang ajari?"
"Kan kamu yang ajari aku" Ziva langsung tertawa lepas.
Biel hanya menggeleng sambil tersenyum "Gombalnya sama aku saja, ya. Yang lain jangan"
"Ya nggaklah, Bi"
"Gombalan kamu sampai ke hati aku soalnya" Senyum Biel menggoda Ziva.
***
Nuca memainkan ponselnya sembari menunggu Mahalini yang sedang bersiap siap. Nuca berencana mengajak Mahalini untuk candlelight dinner.
Seorang wanita paruh baya memasuki rumah Mahalini. Nuca yang melihat wanita paruh baya itupun langsung beranjak dan mencium punggung tangan wanita itu.
"Apa kabar, tante"
Aruni-Ibunda Mahalini tersenyum kearah Nuca "Baik, Nuca, kamu apa kabar?"
"Baik tante, selalu baik"
"Tante kenapa tidak bilang mau datang ke Jakarta? Kan bisa kita jemput" Lanjut Nuca.
"Tante mau kasih kejutan aja, buat Lini. Mana dia?"
"Lagi dikamarnya, tan. Siap-siap"Beberapa detik kemudian Mahalini menuruni anak tangga.
Melihat ibunya berdiri bersebelahan dengan Nuca berjengit kaget "Mama!" Pekik Mahalini.
Mahalini langsung berhambur kepelukan ibunya "Mama kenapa nggak bilang sama aku kalau mau ke Jakarta?"
"Biar surprise dong"
Mahalini mendengus "Kan biar bisa aku jemput, ma"
Aruni mengelus rambut panjang putrinya pelan "Nggak apa-apa"
Aruni menatap anaknya dari ujung kepala sampai ujung kaki "Cantik banget, sih, anak mama. Mau kemana?"
"Saya izin ajak Mahalini makan diluar ya, tante"
"Kamu nggak ajak tante?" Nuca hanya menoleh kearah Mahalini yang sudah membelakkan kedua matanya.
"Kalau tante mau ikut, boleh kok" Ujar Nuca ragu.
"Ih, mama. Jangan ganggu dong. Mama istirahat aja dirumah, kan baru sampai" Bujuk Mahalini.
Aruni hanya terkekeh "Mama bercanda, Lin. Gih, nanti keburu malam"
"Titip Lini ya, Nuc"
"Pasti tante. Kita berangkat dulu, ya" Nuca mencium punggung tangan Aruni.
"Bye, ma" Mahalini mencium pipi Aruni.
"Have fun, sayang" Aruni menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"Enak, ya, kalau masih muda. Berbunga-bunga"
Di dalam mobil, Mahalini bertanya pasal masalah Keisya dan Fahmi. Namun Nuca merasa agak terganggu dengan pertanyaan Mahalini.
Lini memang akan selalu memikirkan permasalahan teman-temannya dibanding dirinya sendiri.
“Kita kesampingkan dulu, ya, masalah Keisya. Kamu butuh menyegarkan pikiran kamu” Mahalini hanya mengiyakan dan diam
“Aku nggak larang kamu mantau terus perkembangan masalah teman-teman kamu. Tapi kamu juga harus pikirkan diri kamu, ya?”
Mahalini hanya bergumam. Lalu Nuca menoleh kearah Mahalini dan menggenggam tangannya.
“Nggak marah, kan, aku ngomong kayak gitu?”
“Nggak kok, Nuc”
Nuca hanya terseyum dan mencium punggung tangan Mahalini terus-menerus
***Hari ini aku mau update dua part. Karna bab tadi sepertinya memang masih kurang.
Aku minta maaf kalau kalian merasa cerita ini nggak ngefeel. Aku sudah berusaha, hehe.
Tetep tungguin sampai cerita ini berakhir yaa.
Sayang kalian banyak banyak.
Big Love
Cayon!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Selesai [Completed]
General FictionBerjuang itu berdua, bukan sendiri. Jika hanya aku yang berjuang, maka hanya aku pula yang takut kehilangan dan kamu tidak.