K e d e l a p a n

568 53 11
                                    

Jika memang sudah ditakdirkan untuk bersama, selebih baik apapun laki-laki yang ingin mencoba meraihmu, maka kamu akan tetap berada digenggamanku.

Karna semua orang harus tau, aku pemenang yang beruntung itu.

***

Hubungan Mahalini dan Nuca yang sudah resmi menjadi sepasang kekasih itu berjalan mulus. Karna memang, sebelum mereka memiliki statuspun, mereka selalu menjadi pasangan yang akur-akur saja dan bisa dikatakan pasangan yang manis.

Dimana Nuca yang pendiam tapi perhatian, dan Mahalini yang mampu mengimbangi Nuca, membuat mereka saling melengkapi satu sama lain.

Keisya dan juga Fahmipun sudah baikan sekarang. Fahmi mengaku salah dan akhirnya meminta maaf membuat Keisya tidak tega jika tidak memaafkannya. Selanjutnya, hubungan mereka tetap berjalan pada jalur biasanya.

Hari ini, Nuca memutuskan untuk mengajak Mahalini dan sahabat-sahabatnya makan malam serta merta dengan pasangan mereka masing-masing.

Restaurant yang dipilih Nuca terbilang romantis. Teman-temannya pun menyukai pilihan Nuca.

“Bisa juga lo milihin tempat sweet kayak gini, Nuc” Ujar Sam sambil memotong steaknya.

“Ya bisa”

“Tapi nembak cewek beraninya dalam mobil” Tiara langsung menyenggol lengan Samuel pelan, memperingatkan.

“Sorry-sorry, Nuc, bercanda” Cengir Sam.

“Kalau ada pawangnya, gampang jinaknya ya, si Sam” Ledek Ziva yang hanya di hadiahi kekehan teman-temannya.

“Lo juga, kalau ada Biel sok kalem. Nggak cocok padahal” Samuel tak mau kalah.

“Yee.. Enak aja lo, gue emang kalem kan aslinya” Ujar Ziva lagi tak mau kalah.

Begitulah keduanya jika sudah bertemu. Sifat jahil dan petakilan keduanya membuat mereka menjadi satu paket komplit membuat keributan di perkumpulan ini.

Saat sedang asyik-asyiknya menyantap hidangan mereka sambil berceloteh ria, seseorang datang menyapa Keisya.

Keisya yang mengetahui siapa yang menyapanya langsung berdiri tegak dan menatap Fahmi. Teman-temannya pun ikut saling bertukar pandang bingung.

“Hai, Kei, rame banget” Ujar Kevin ramah.

“I-iya nih, biasa” Jawab Keisya terbata.

Karna pada saat ini Fahmi sudah mengepal tangannya dengan keras.

Kevin yang menyadari perubahan atmosfer ditempat ini menoleh kearah tangan Fahmi yang terkepal, lalu tersenyum remeh.

“Kayaknya, lagi seru, nih. Gue cabut dulu aja deh, ya” Ujar Kevin lalu memeluk Keisya singkat. Beberapa orang yang duduk bersama mereka tiba-tiba menegang. Fahmi yang melihat kekasihnya dipelukpun hendak berdiri, namun ditahan oleh Nuca.

Suasana pun berubah menjadi canggung sepeninggal Kevin tadi.

“Sorry” Keisya menggenggam kepalan tangan Fahmi tadi dengan wajah memelas.

Kepalan itupun akhirnya melemah dan Fahmi tersenyum kearah Keisya “It’s oke, Kei”

Keisya dan teman-temanyapun akhirnya bernafas lega dan melanjutkan makanan mereka.

“Aku ke toilet sebentar, ya” Fahmi beranjak darisana. Bukannya ke toilet, Fahmi malah menyusul Kevin yang berjalan santai kearah parkiran.

Fahmi yang melihat keberadaan Kevin disana akhirnya menarik baju Kevin dan mengepal keras kerah bajunya.

“Jangan pernah main-main sama gue” Ujar Fahmi dengan emosi.

Kevin hanya tersenyum remeh dan memicingkan matanya meledek “Kenapa? Lo takut sama gue? Atau lo takut kalau cewek lo tau lo itu siapa?”

“Gue nggak pernah takut, Vin, sama lo. Tapi kalau ini sudah bersangkutan dengan Keisya, gue nggak akan tinggal diam”

“Ternyata bener, lo memang pengecut” Kevin mengatakan kalimatnya barusan dengan santai dan memancing emosi Fahmi. Fahmi yang sudah tidak tahan lagi akhirnya memukul Kevin dan menimbulkan darah segar disudut bibirnya.

“Gue ingetin sama lo!” Tunjuk Fahmi kearah Kevin.

“Ini urusan kita berdua. Dan jangan pernah libatkan Keisya didalamnya. Karna dia nggak tau apa-apa!” Lanjut Fahmi sengit.

Kevin berdiri dan menatap tajam sambil menyeka sudut bibirnya “Kenapa? Lo takut Keisya tau kelakuan lo?”

“Jangan pernah ngelakuin hal yang buat lo abis ditangan gue, Vin” Setelah itu, Fahmi meninggalkan Kevin dan kembali bersama teman-temannya.

***

“Kayaknya, Fahmi punya masalah pribadi deh sama Kevin” Ujar Nuca yang saat ini sedang mengantar Mahalini pulang kerumahnya.

Dahi Mahalini mengernyit “Tau darimana kamu?”

“Inget nggak, pas tadi Fahmi pamit ke toilet?” Mahalini mengangguk

“Dia nggak ke toilet, tapi nemuin Kevin, dan Fahmi mukul Kevin tadi” Mata Mahalini membelak.

“Masa sih?”

“Iya, Kevin bahkan bilang kalau Fahmi takut Keisya tau kelakuan dia”

Mahalini tiba-tiba dilanda panik ketika mendengar cerita Nuca “Kayaknya kita perlu cari tau nggak sih? Aku takut Keisya kenapa-kenapa”

Nuca yang tau kegelisahan Mahalinipun mencoba mengerti dan menenangkan wanitanya itu “Nanti aku cari tau, ya, kamu tenang aja”

“Kamu hati-hati, ya” Mahalini mencium pipi Nuca sekilas membuat Nuca tersenyum.

“Lain kali, disini, ya” Nuca menunjuk bibirnya dengan.

Mahalini hanya menggeleng terkekeh. Sejak kapan Nucanya begitu.

“Kalau sudah sampai rumah, kabari aku” Mahalini melambaikan tangannya kearah Nuca.

Sesampainya di dalam kamar, Mahalini langsung menghubungi Tiara dan Ziva via video call.

“Ngapain sih lo, video call malem-malem gini. Padahal baru aja bareng” Ujar Ziva sesaat setelah ia mengangkat panggilan dari Lini.

“Iya, Lin, ada apa?” Tiarapun menyetujui pernyataan Ziva.

“Tadi Nuca liat Fahmi pukul Kevin” Kedua temannya itu akhirnya mendapat sinyal serius.

“Hah? Kok bisa?”

“Nggak tau gue juga, gue lagi minta Nuca buat cari tau, sih”

“Kan. Apa gue bilang. Fahmi tuh nggak akan marah kalau nggak ada apa-apanya” Seru Ziva yang dari awal memang sudah mencurigai Kevin dan Fahmi yang cemburu tanpa alasan.

“Waktu gue sama Keisya di caffe itu, dia aneh. Masa iya, dia masuk ke caffe cuman buat ketemu Keisya? Aneh kan?” Seru Ziva sekali lagi.

“Kayaknya ada yang nggak beres, nih” Tiara yang sedari tadi diam mulai bersuara.

Ziva dan Mahalini memutar bola matanya malas. Bisa-bisanya Tiara baru merespon setelah Ziva berbicara daritadi.

“Bodoamat, Ti. Gue heran sama lo, kenapa bisa jadi dokter dengan kelemotan yang ada dikepala lo itu” Ucap Lini sarkas.

“Lini...” Tegur Ziva

“Bisa-bisanya lo bener” Lanjutnya lagi.

“Kalian berdua tuh ya, ngeledekin mulu.  Awas kalau sakit, gue nggak mau periksa” Ketus Tiara.

“Yah, Ti, canda sayang” Ujar Mahalini mencoba merayu Tiara.

“Udah ah, ngantuk nih gue. Capek banget. Gua end call, ya” Tiara mematikan panggilan vidio call dari Lini secara sepihak dan diikuti oleh Ziva.

Setelah panggilan vidio itu berakhir, nama Nuca terpampang didaftar panggilan tak terjawab. Mahalini memutuskan untuk memulai panggilan lagi ke Nuca.

“Halo, Nuc.”

“Kamu habis telfon sama siapa?”

“Sama Ziva sama Tiara, Nuc. Kenapa?”
Nuca menggumam sambil mengangguk

"Aku sudah sampai rumah, ya”

“Yaudah kalau gitu, selamat istirahat”

“Kamu juga, ya, selamat istirahat, sayang” Ucap Nuca sebelum mengakhiri panggilan mereka. Nuca selalu seperti itu, selalu saja ada perlakuan kecil yang membuat Mahalini salah tingkah.

***

Haiii..
Kaget gak, aku update hari Minggu? Maunya sih, kemarin, tapi kemarin sibuk balesin chat wkwk.

Aku update satu bab, khusus buat kalian, karena kemarin aku ulang tahun... Yeay!

Aku happy, pembacaku juga harus happy. Semoga suka bab ini, temen temen.

Gimana? Ada yang bisa menebak soal Kevin x Fahmi? Mari kita bermain tebak-tebakan.

Satu persatu konflik mulai kelihatan nih. Cuma aku perlu kasi tau, disini konfliknya bukan cuma Nuca Lini, tapi juga tiga pasang lainnya...

Biar nggak monoton ajaa... Hehehe.

Happy reading, sayang-sayangku...

Big Love, Cayon!

Dan Selesai [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang