K e t i g a p u l u h t i g a

390 52 7
                                    

Nuca baru saja menyelesaikan pekerjaannya di kantor. Setelah mengirim pesan kepada Mahalini, Nuca segera menjemput gadisnya itu di tempat ia bekerja.

Lima belas menit kemudian, Nuca sampai di depan lobby kantor Lini dan langsung di sambut oleh senyum manis dari Mahalini. Melihat senyum itu, membuat Nuca menghela nafasnya pelan, lalu melempar senyum saat Mahalini memasuki mobilnya.

"Hai, sayang" Mahalini memeluk Nuca sekilas.

"Where we go, Honey?" Lanjut Mahalini saat ia meletakkan tasnya di jok belakang mobil Nuca.

Namun Mahalini bingung, mengapa ada bunga anggrek favoritnya disana? Mahalini bertanya kepada Nuca lewat tatapan mata sambil tersenyum.

"Buat kamu" Ujar Nuca halus.

"Ada apa gerangan kawan" Ujar Mahalini bercanda membuat Nuca terkekeh.

"Lagi kepingin terlihat so sweet aja"
Mahalini mencium bunga anggrek pemberian Nuca, lantas mengucapkan terimakasih banyak.

"Aku antar kamu ke rumah, ya. Kita ngobrol aja di rumah kamu" Ujar Nuca melajukan mobilnya keluar dari gedung kantor Mahalini. Mahalini hanya meng-iya-kan kalimat Nuca dengan anggukan.

Beberapa saat kemudian, Mahalini dan Nuca sampai dirumah Mahalini yang disambut oleh senyum hangat Aruni

"Malam, Tante" Nuca mencium punggung tangan calon mertuanya itu.

"Malam, Nuc. Sudah makan?"

"Sudah Tante" Nuca berujar singkat.

"Yasudah kalau begitu, mau ke rooftops?"

"Iya, Tante. Mau ngobrol-ngobrol aja sama Lini"

Aruni hanya menganggukkan kepalanya "Gih, nanti Tante bawain cemilan sama minuman ke atas"

"Nggak usah repot-repot Tante"

"Nggak apa-apa, Nuc. Masa iya, ngobrol nggak ada cemilannya. Nggak seru" Nuca hanya terkekeh lalu mengangguk.

Melihat interaksi Nuca dengan ibunya, membuat hati Mahalini menghangat. Ia anaknya, namun yang sedari tadi ditanya malah Nuca. Namun tidak apa, Mahalini merasa senang dengan intensitas kedekatan mereka.

Saat ingin naik ke rooftops, Mahalini menyenggol tangan Nuca pelan.

"Yang anak mama siapa, yang diperhatiin dan diajak ngobrol siapa" Mendengar kalimat Lini membuat Nuca terkekeh.

"Kan ambil hati anaknya sudah, sekarang giliran ibunya"

Mahalini memukul lengan Nuca pelan "Kamu belajar gombal darimana, sih? Picisan banget"

"Kalau sama kamu, gombalnya datang sendiri. Alamiah"

"Semenjak sama aku, kamu jadi tukang gombal, heran aku" Ujar Mahalini yang mengambil tempat duduk disamping Nuca

"Yang penting cuma sama kamu" Nuca menyenderkan kepalanya dipangkuan Mahalini dan memejamkan mata.

Mahalini memainkan rahang, mata, sampai rambut Nuca. Dalam benaknya, Mahalini mensyukuri salah satu anugrah yang mampir ke hidupnya dalam bentuk seorang laki-laki berahang tajam di pangkuannya ini. Si laki-laki dingin yang kini berubah menjadi seorang laki-laki penyayang dan cerewet.

Nuca perlahan membuka matanya dan menatap mata Mahalini yang menatapnya tulus. Nuca meraih tangan yang ada diwajahnya, mencium lama jemari itu, lalu menaruhnya tepat di dadanya.

"Setiap dekat kamu, jantungku berdetak aneh. Kadang, berdetak tanpa karuan, kadang juga, berdetak tenang seperti ini. Cuma kamu yang bisa buat aku seperti ini, Lin" Mahalini hanya diam mencerna ungkapan Nuca.

Dan Selesai [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang