Mengapa semesta selalu tidak pernah berpihak? Haruskah aku hanya berdiam diri dan membiarkan semua mengalir bagai air? Meski hati sudah benar-benar lelah untuk berjalan lebih jauh lagi.
***
Mahalini sebenarnya ragu untuk bertemu dengan orang yang ia tau wanita lain yang pernah Nuca cintai selain dirinya. Namun rasa penasaran membuat ia memberanikan diri agar dapat menemukan sebuah jawaban. Mahalini baru berani datang dua hari setelah ajakan Tiara tempo hari.
Mahalini datang ke ruangan Tiara yang sedang sibuk dengan data-data pasiennya. Tidak menyadari kehadiran Mahalini membuat Mahalini berdecak. Ini sudah jam istirahat dan Tiara masih sibuk dengan pekerjaannya.
Mahalini meletakkan paper bag yang berisi makanan dan jus untuk Tiara santap siang ini. Tiara yang melihat kedatangan sahabatnya itu hanya terkekeh dan menutup berkas berkasnya. Meraih paper bag itu dan mengunyahnya sebelum sahabatnya ini mengoceh.
“Kebiasaan banget ya ibu, udah jam makan siang bukannya makan malah masih kerja. Inget ya, Mutiara Maharani, lo tuh nggak cuma pikirin kesehatan lo doang, tapi anak lo juga. Gimana sih, cara kasih taunya biar lo tuh nurut?"
“See, sudah dimakan saja masih mengomel” batin Tiara.
“Gue tau lo bakalan dateng, jadi gue nggak makan siang, sengaja. Karena gue tau pasti lo bawa makanan buat gue” Ujar Tiara yang sibuk menyantap makanannya.
Mahalini berjalan kearah jendela dan menatap hiruk pikuk jalanan Jakarta yang terpantau macet di tengah siang bolong seperti ini. Kemudian menatap langit yang kali ini terlihat cukup berawan, oh bukan awan, polusi.
Mahalini menghela nafasnya dan menyilangkan kedua tangannya. Tiara yang menatap kegelisahan sahabatnya itu hanya mampu diam. Tiara tau betul, hati sahabatnya itu belum benar-benar pulih. Mahalini tidak akan bisa melupakan Nuca begitu saja. Mengingat bagaimana kisah mereka selama ini.
“Sebentar lagi gue selesai makan kok, tunggu ya” Mendengar penuturan Tiara membuat Mahalini membalikkan badan dan duduk kembali di hadapan Tiara.
“Gue ragu deh, ketemu sama dia. Takut nggak kuat” Mahalini mengutarakan apa yang ia rasakan pada Tiara. Ia rasa sudah cukup untuk menahan semua ketakutan dan kesakitannya sendiri.
“It’s oke, Lin. Gue ngerti perasaan lo, cuma bisa ya, ditahan sebentar” Tiara menatap Mahalini yang menghela nafasnya lagi.
Tiara sibuk membereskan bekas makannya sampai Della datang dengan langkah kaki yang cukup tergesa.
“Dokter, pasien atas nama Kaia Lyodra yang ditangani dokter Agung, koma”
Tiara dan Mahalini menoleh kearah suara Della yang tampak kaget menyadari kehadiran Mahalini disana “Eh, dokter ada tamu ya, maaf-maaf” Della mencoba menutup pintu namun di tahan oleh Tiara.“Koma? Bukannya keadaanya sudah stabil belakangan ini?”
“Ada yang berniat jahat sepertinya, Dok. Pasalnya, setelah diperiksa kembali oleh dokter Agung, ada cairan berbahaya yang masuk kedalam tubuh pasien lewat cairan infus” Terang Della. Mendengar penuturan Della, membuat Mahalini dan Tiara saling tatap.
Mereka cukup terkejut mendengar kejadian yang menimpa Lyodra itu.
“Untungnya pasien masih bisa diselamatkan dok, meskipun dalam keadaan koma. Pihak rumah sakit sudah menghubungi pihak kepolisian dan pihak kepolisian sedang mencari tau pelaku yang sengaja ingin mencelakai pasien” Tiara hanya menganggukkan kepalanya.“Terima kasih infonya, Del”
“Lin” Tiara menyentuh bahu Mahalini yang dijawab lewat dehaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Selesai [Completed]
General FictionBerjuang itu berdua, bukan sendiri. Jika hanya aku yang berjuang, maka hanya aku pula yang takut kehilangan dan kamu tidak.