K e e m p a t p u l u h d e l a p a n

358 51 8
                                    

Semua kisah akan selesai dengan caranya sendiri. Semua hubungan akan selalu memiliki akhir. Entah itu berakhir bahagia, atau malah sebaliknya. Kita hanya mampu mengikuti semesta dengan takdirnya yang mengatur hidup para manusia di bumi.

***

Saat Nuca sedang menyantap makan siangnya, Nuca hampir saja tersedak karena menerima pesan yang tak ia sangka dari Mahalini yang mengajaknya bertemu.

Samuel yang melihat temannya itu terbatuk menyerahkan segelas air untuk Nuca tenggak. Nuca menghabiskan air minum itu dalam sekejap dan membalas pesan Mahalini cepat.

Ya, jam tujuh di tempat biasa. Mau sekalian aku jemput?

Tidak ada tanda-tanda bahwa Mahalini akan membalas pesannya.

“Lo kenapa, sih? Siapa yang chat?” Samuel yang penasaranpun mengunyah makanannya pelan. Nuca mengarahkan layar ponselnya ke Samuel dan menunjukkan isi pesan dari Mahalini.

“Tumben dia ajak lo ketemu”

Nuca menggedikkan kedua bahunya “Ada hal penting kayaknya”

“Terus cewe lo?” Nuca menatap Samuel yang melontarkan pertanyaan itu.

“Udah biarin aja, dia nggak akan marah” Ujar Nuca santai. Padahal, Shakira sudah mewanti-wanti Nuca untuk tidak lagi menemui Mahalini.

“Nggak bisa gitu, Nuc. Hargailah man, perasaan perempuan”

Nuca menghela nafasnya pelan “Iya, nanti gue kabari dia”

Setelah menyelesaikan makan siangnya bersama Samuel, Nuca bergegas menuju ruangannya guna menyelesaikan semua pekerjaannya. Ia sudah tidak sabar bertemu dengan Mahalini.

Siang hingga sore, lalu langit cerah berubah menjadi gelap, akhirnya semua pekerjaan Nuca rampung, ia merenggangkan otot-ototnya dan meraih ponselnya. Melihat apakah Mahalini memberikan pesan balasan atau tidak.

Nyatanya, pesan yang Nuca kirim siang tadi hanya berakhir pada tanda bahwa Mahalini sudah membaca pesan tersebut. Nuca melirik jam tangannya, kemudian bergegas.

Nuca berjalan menuju parkiran, sebelum itu, sebuah pesan masuk kedalam ponselnya. Setelah membaca pesan itu, Nuca hanya membaca dan langsung menuju ke tempat Mahalini berada.

Beberapa saat kemudian, dengan perasaan berkecamuk, ia akhirnya sampai. Saat membuka pintu cafe, ia langsung menatap Mahalini yang tampak menggenggam ponselnya dan sesekali menyeruput minumannya. Rasa exitednya tadi berubah menjadi rasa ragu, canggung, dan takut.

Nuca menghela nafasnya perlahan, berjalan dengan jantung yang cukup bergemuruh. Nuca menarik salah satu bangku yang ada di satu meja bersama Mahalini.

Mahalini yang menyadari kehadiran Nuca, lalu meletakkan ponselnya. Mahalini memanggil salah satu pelayan agar membuatkan pesanan yang sebelumnya sudah ia pesan.

Sampai saat pesanan itu datang, Mahalini sama sekali belum mengeluarkan suaranya ataupun menatap Nuca dengan intens.

“Terima kasih” Ucap Nuca pada salah satu pelayan yang mengantarkan vanila latte yang sudah Mahalini pesankan untuknya. Sampai saat ini, Mahalini masih menghafal minuman kesukaan Nuca. Membuat Nuca merasa ada sebilah pisau yang menyayat batinnya.

Lihat, semesta, bagaimana mungkin engkau tega membiarkan dua insan yang saling mencintai ini tersakiti oleh cinta mereka sendiri?

Bagaimana cara takdir bekerja untuk kisah cinta yang manis ini? Manis seperti kopi hitam. Manis di awal, kemudian pahit diakhir.

Nuca sadar, semua yang berlalu saat ini hanyalah semu. Itu hanya kebiasaan yang biasa Mahalini lakukan saat berdua dengannya. Mahalini hanya belum terbiasa menghilangkan kebiasaan itu. Dan Nuca harus memaklumi, jika kelak semua perlakuan manis dari Mahalini tidak lagi menjadi miliknya.

Nuca menyeruput vanila lattenya sambil menatap Mahalini yang masih terdiam.

“Ada perlu apa kamu ajak aku ketemu disini?” Mendengar pertanyaan Nuca membuat Mahalini akhirnya mendongak dan menatap mata Nuca. Meraka sadar, tatapan itu masih tatapan cinta.

“Apa alasan kamu memilih menyerah?” Satu kalimat itu menohok bagi Nuca.

“Bukannya kamu yang mau kisah kita selesai? Padahal, aku sudah minta kamu untuk memikirkan semuanya”

Mahalini menghela nafas “Kamu menyerah secepat itu, apa alasannya?”

“Kamu” Satu kata yang membuat Mahalini mengernyitkan dahi.

“Kamu yang mau kisah kita selesai. Maka kamu alasan semua kisah kita berakhir. Dan masalah menyerah, bukannya aku yang berhenti berjuang, kamu yang paksa aku untuk mengakhiri semua ini. Dan aku hanya mengikuti permintaan kamu, Lin"

“Lalu, secepat itu kamu berpindah ke hati yang lain?"

“Kalau bukan dengan cara itu, mungkin sampai detik ini aku nggak bisa lupain kamu”

Mendengar kalimat dari Nuca barusan membuat Mahalini merasakan sesak di dadanya

“Jadi, saat ini kamu sudah berhasil lupain aku?” Mahalini bertanya dengan nada yang cukup menahan tangis. Nuca hanya menganggukkan kepalanya.

“Padahal aku sudah berpikir matang-matang tentang permintaan kamu dulu. Tapi kamu memilih menyerah” Nuca merasa pening di kepalanya menyerang. Ternyata Mahalini masih begitu mencintainya dan berani mengutarakan isi hatinya sekarang.

“Harusnya kamu nggak pernah ngomong begitu, Lin. Itu membuat aku ragu untuk menjalani hubungan ku yang baru”

Mahalini hanya menganggukkan kepalanya tersenyum dan menghusap setetes air matanya yang jatuh.

“Maaf, aku kira aku bisa memperbaiki semuanya. Ternyata kamu sudah benar-benar melupakan aku” Jedanya. Mahalini menarik nafas cukup panjang dan menghela nafasnya. Nuca juga merasakan hal yang sama dengan Mahalini. Sesak.

“Kalau begitu, aku mau berterima kasih sama kamu untuk semua hal yang sudah kita lewati bersama. Kamu perlu tau, aku berani menemui kamu karna Lyodra”

Mendengar nama Lyodra disebut membuat Nuca menegakkan tubuhnya.
“Maksud kamu?”

“Aku kira Lyodra benar dengan prasangkanya. Aku kira Lyodra lebih mengerti kamu daripada aku. Nyatanya nggak, dia salah sangka. Kamu bahkan menjalani hubungan kamu tanpa beban. Kamu bahkan tampak bahagia dengan keputusan yang kamu ambil untuk berakhir dari aku"

“Aku perlu minta maaf ke Lyodra soal ini. Keinginannya belum bisa aku kabulkan”
Melihat Nuca yang bingung arah percakapan ini hanya mencoba menerka apa yang terjadi dengan mahalini dan juga Lyodra.

“Lyodra sekarang koma di rumah sakit. Dan dia meninggalkan secarik kertas yang buat aku memberanikan diri aku untuk ketemu kamu. Mencari jawaban dari semua pertanyaan ku. Sekarang aku menemukan semua jawaban yang terurai berantakan di kepalaku”

“Kamu sudah benar-benar memilih berakhir dengan aku tanpa ada lagi rasa yang tersisa, dan memilih memulai kisah baru dengan yang lain” Mahalini meremas dadanya, sesak menyerangnya tanpa ampun

“Aku harap kamu selalu bahagia, Nuca. Dan tolong sempatkan waktu untuk bertemu Lyodra di rumah sakit tempat Tiara bekerja. Aku pamit, dan kali ini kita benar-benar selesai” Mahalini berdiri berjalan kesamping Nuca  dan berdiri tepat dihadapan Nuca.

“Boleh aku minta sesuatu dari kamu?” Mendengar permintaan Mahalini hanya membuat Nuca menganggukkan kepalanya. Ia pun tak kalah sakitnya.

“Boleh peluk aku untuk yang terakhir kali? Aku janji, setelah ini semuanya selesai” Mahalini mengeluarkan kalimat permintaannya dengan tersedat. Sesak itu sama sekali tidak ingin hilang dari rongga dadanya.

Nuca kemudian berdiri dan memeluk Mahalini erat, mencium pucuk kepala gadis itu dalam. Untuk terakhir. Saat pelukan mereka terurai, tangan Nuca reflek mengusap airmata Mahalini dengan ibu jarinya

“Kamu berhak untuk jauh lebih bahagia dari ini, Lin. Kamu berhak untuk mendapatkan laki-laki yang mau memperjuangkan kamu hingga titik akhirnya. Maaf, kalau aku benar-benar menyakiti kamu. Terima kasih untuk semua cinta yang kamu beri dalam hidup aku selama ini. Percayalah, keputusan ini nggak mudah buat aku. Jadi, jangan persulit langkahku untuk pergi dari kamu”

Pernyataan Nuca tadi sangat menusuk bagi mahalini “Aku janji, Nuc, aku nggak akan mempersulit langkah kamu untuk pergi sejauh apapun dari aku. Dengan ini, kita selesai dengan cara baik-baik. Aku pamit, Nuca”

Mahalini meninggalkan Nuca yang masih tepekur menatapi punggungnya yang lama kelamaan ditelan kerumunan. Mahalini bergegas lari dan memasuki mobilnya.
Di dalam mobil, Mahalini menghabiskan tangisannya. Memukuli dadanya, menjambaki rambutnya pelan dan berteriak kencang guna mengurai rasa sesak di dadanya. Kali ini, pertanyaannya benar-benar terjawab.

Nuca sudah tidak lagi mencintainya. Ia sudah tidak memiliki tempat lagi di dalam hati Nuca.

***

Selamat membaca teman-teman. Terimakasih sudah mau menemani aku sampai kisah ini berakhir.

See you next time.

Big Love
Cayon!

Dan Selesai [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang