K e d u a p u l u h s e m b i l a n

372 51 7
                                    

Nuca datang ke rumah Mahalini tepat pukul delapan malam. Mahalini kini berada di kamarnya. Menggunakan earphone dan menyalakan playlist lagu bersantainya. Mahalini terlihat memejamkan matanya damai. Nuca yang melihat wajah itu merasa bersalah. Ia menundukkan kepalanya sebelum berjalan kearah Mahalini.

Nuca menghembuskan nafasnya keras dan berjalan kearah Mahalini sambil memasang senyum terbaiknya. Nuca berdiri di depan Mahalini yang masih enggan membuka mata. Nuca lalu meletakkan bucket bunga dipangkuan Mahalini, membuat gadis itu berjengit kaget dan melepas earphonenya.

Melihat siapa yang baru saja mengagetkannya membuat ia yang alih-alih ingin mengomel malah tersenyum “Kamu ih, ngagetin aja”

Nuca tersenyum dan mengacak rambut Mahalini “Lagian kamu, kalau udah sibuk sama dunia kamu, lupa buka mata”

“Mumpung nyantai, Nuc. Kasih diri sendiri ketenangan” Mahalini memamerkan gigi putihnya tersenyum.

“Iya iya, kamu sudah makan?”

“Sudah dong” Ujar Lini yang meraih bunga yang dibawa Nuca.

“Dalam rangka apa kamu bawakan aku bunga?” Mahalini menatap lamat-lamat bunga pemberian Nuca.

“Udah so sweet belum?” Mendengar jawaban Nuca, membuat Mahalini terkekeh. Lalu di detik kemudian, Mahalini menatap Nuca dengan tatapan horor.

“Kamu lagi nggak buat salah, kan?”

“Nggak, sayang, lagi pingin buat pacar ku senang saja”

“Bisa aja kamu” Mahalini meletakkan bunga pemberian Nuca di mejanya. Lalu ia beranjak ke balkon dan berdiri menatap langit yang kosong melompong tanpa bintang.

Melihat Mahalini yang berdiri membelakanginya, membuat Nuca berinisiatif memeluk gadis itu dari belakang. Mahalini berjengit kaget dipeluk seperti ini. Namun ia merasa nyaman berada di posisi ini bersama Nuca.

Mahalini merapatkan punggungnya ke dada bidang Nuca dan memeluk lengan Nuca yang bertengger di pinggangnya. Lalu Nuca meletakkan dagunya di bahu Mahalini. Nuca mencium leher Mahalini sekilas membuat Mahalini meremang.

“Maaf, kalau aku belum bisa buat kamu bahagia, Lin”

Mahalini merasa aneh dengan ucapan Nuca barusan. Namun ia memilih mengatakan hal yang membuat kekasihnya itu untuk tenang “Hal kecil yang kamu lakukan baru saja itu sudah cukup membuat aku bahagia, Nuc”

Bukannya tenang, malah Nuca semakin gusar mendengar kalimat tulus itu lolos dari bibir Mahalini. Ia merasa bersalah.

***

Tiga jam sebelum Nuca berada dirumah Mahalini.

Setelah mendengarkan lamat-lamat penuturan Ziva tentang Lyodra, membuat Nuca ikut khawatir. Ia takut menyakiti Mahalini nantinya. Padahal ia sama sekali tidak berniat untuk menyakiti Mahalini.
Namun, Nuca masih enggan untuk menghentikan pertemuannya dengan mantan kekasihnya yang dahulu pergi tiba-tiba meninggalkannya tanpa alasan. Yang hanya mengatakan kalimat berakhirnya hubungan mereka lewat pesan sepihak.

Selama bertemu dengan Lyodra beberapa kali, Lyodra masih enggan mengatakan alasannya meninggalkan Nuca. Dan kali ini, Nuca ingin menuntut penjelasan. Mengapa dahulu Lyodra pergi tanpa pamit ke Berlin dan meninggalkannya begitu saja.

Nuca sedari tadi menunggu Lyodra di tepi pantai tempat dahulu mereka sering bertemu. Deburan ombak dan angin sore menambah suasana tak karuan di dalam benak Nuca. Ditambah lagi, matahari hampir tenggelam dan langit berubah malam. Lyodra tak kunjung datang. Apakah ia tau, Nuca akan mengakhiri pertemuannya setelah ini?

Dan Selesai [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang