Sampai di titik dimana aku sudah sangat lelah, disitu aku akan benar-benar berhenti. Termasuk berhenti mencintaimu. Jadi, jika perhatianku masih tertuju padamu, bergegaslah atau aku akan segera pergi.
***
"Nuc, hari ini kemana?” Suara seseorang terdengar dari sebrang sana.
Nuca merenggangkan otot-ototnya yang baru saja beristirahat pukul dua malam tadi "Nggak kemana-mana. Aku baru bangun"
"Memangnya kamu tidur jam berapa semalam?" Sahut si penelepon lagi.
"Jam dua" Singkat Nuca yang menyibak selimutnya dan duduk ditepi kasur.
"Ya ampun. Jaga kesehatan, Nuc. Aku tau kamu sibuk, tapi kesehatan kamu lebih penting" Mendengar nada khawatir disana, Nuca tersenyum.
"Iya, Lin. Semalam tanggung kalau ditinggal tidur. Sekarang kan, sudah selesai kerjaannya".
"Giliran kerjaan nggak mau ditinggal tidur. Giliran sama aku, ditinggal terus"
Terdengar nada khawatir tadi berubah jadi nada rengekan. Nuca menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Nanti siang, mau lunch bareng? Aku jemput" Beginilah cara Nuca menjinakkan ambekan seorang Mahalini.
"Yaudah, aku tunggu jam dua belas dikantor ya" Nuca tersenyum penuh arti.
"Yasudah kalau gitu. Aku mandi dulu ya. Bye, Lin"
"Kalau sudah sampai kantor, kabari aku. Bye, Nuc"
Lalu percakapan jarak jauh itu pun berakhir. Dan mereka kembali ke kesibukan mereka masing-masing.
***
Mobil pajero hitam memasuki area lobby sebuah perusahaan besar milik keluarga Mahalini. Seorang gadis keluar bertepatan dengan mobil pajero yang berhenti di depannya. Ia menyunggingkan senyum kala melihat sang empunya keluar dan berjalan kearahnya.
"Hai, sudah lama?" Nuca membukakan pintu untuk Lini.
"Belum. Baru aja" Mahalini lalu memasuki mobil hitam itu. Mereka segera bergegas menuju ke tempat lunch mereka.
Setelah sepuluh menit diperjalanan, akhirnya mereka sampai di restaurant sushi favorit Mahalini.
"Aku sudah reservasi dan pesan menu favorit kamu. Jadi kita tinggal makan" Nuca menarik bangku untuk diduduki Mahalini.
"Terima kasih" Senyum Mahalini mengembang.
Bayangkan saja, siapa yang tidak terbawa perasaan dengan perlakuan kecil nan manis seperti yang Nuca lakukan. Semua perempuan pun akan tersipu jika diperlakukan demikian.
Tidak salah, jika Mahalini menaruh hati pada laki-laki yang katanya bukan tipenya itu. Persetan dengan tipe, dia hanya menginginkan Nuca sekarang.
Tapi sampai detik ini, Nuca belum berani memberi status atas kedekatan mereka. Ia terlalu takut mengecewakan wanita cantik yang berhasil menakhlukkannya hatinya ini.
Ia tidak berani menyakiti hati perempuan sebaik Mahalini. Keraguan itu masih ada.
Disela mereka sedang menyantap makan siang mereka, ponsel Nuca berdering. Nama "Sam" tertera disana."Iya, kenapa Sam"
"Lo dimana?"
"Lagi lunch sama Lini" Nuca melirik Lini yang masih asyik dengan sushinya.
"Pantes parkiran lo kosong. Lagi lunch ternyata"
"Iya, ada apa memang?"
"Nggak, gue cuma mau ingetin habis ini kita ada meeting"
"Ini udah mau selesai"
"Oke. Itu yang lagi lunch bareng dikasih kepastian kali, Nuc. Kasian. Digantung terus"
Lagi lagi Nuca melirik Mahalini "Jangan bawel"
Samuel terkekeh "Yaudah, gue tunggu dikantor"
Nuca meletakkan ponselnya dan menyatukan jemarinya lalu menaruhnya dibawah dagu sambil menatap Mahalini.
Mahalini yang merasa diperhatikan melirik kearah Nuca dan makanan yang masih tersisa dipiring laki-laki itu bergantian."Kok liatin aku? Itu makanannya nggak mau dihabiskan?"
Nuca menggeleng "Udah kenyang"
Mahalini berdecih. Ia sebal ketika melihat ada seseorang yang tidak menghabiskan makanan yang ada dipiring.
Mahalini mengambil makanan itu dan mengarahkannya ke bibir Nuca. Nuca hanya menatap tangan itu lalu membuka mulutnya.
"Nah gitu dong. Kasihan tau makanannya kalau dibuang. Di luar sana, masih banyak orang yang kelaparan dan nggak bisa makan kayak kita".
"Iya" Nuca mengangguk dan mengarahkan jemarinya kearah bibir Mahalini yang menyisakan sedikit serpihan makanan.
Mahalini membeku, lalu didetik kemudian ia terbatuk. Nuca dengan sigap mengambil air minum untuk Mahalini."Pelan-pelan, nggak ada yang minta"
Mahalini mencebikkan bibirnya "Ini kan gara-gara dia. Seenaknya aja begitu. Nggak tau apa, kalau nafasku tadi berhenti sebentar. Untung nggak pingsan".
Tentu saja, kata-kata barusan hanya ia gumamkan dalam hatinya. Jika dalam keadaan normal, mungkin Mahalini akan mengungkapkannya. Namun ini tidak, pasalnya kejadian tadi terlalu mendadak.
Meskipun Nuca sering begitu, Mahalini kerap terkejut dengan spontanitas yang dimiliki oleh Nuca."Udah nunggu lama gini tapi ditinggal, awas aja"
Lagi-lagi, Mahalini hanya bergumam di dalam hatinya.
***
Akhirnya aku update bab 1 dari cerita ini, hehe. Semoga suka ya semuanya.
Doain aku, biar bisa konsisten update seminggu sekali dan bisa kelarin cerita ini sesuai timing.
Oh iya, meskipun aku sudah menentukan visual dari cerita ini, kalian juga boleh, kok, ngebayangin visual selain mereka. Bebas. Sebebas bebasnya.
Mana tau kalian ngebayangin mereka Song Jong Ki sama Song Hye Kyo juga nggak apa-apa. Senyamannya kalian aja. Oke?
Sehat-sehat semua. Patuhi protokol kesehatan ya, agar pandemi ini bisa segera selesai dan kita bisa beraktifitas seperti biasa lagi.
Selamat membaca semuanya!
Luv, Cayon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Selesai [Completed]
Narrativa generaleBerjuang itu berdua, bukan sendiri. Jika hanya aku yang berjuang, maka hanya aku pula yang takut kehilangan dan kamu tidak.