K e s e b e l a s

484 48 3
                                    

Tidak ada lagi yang bisa dilakukan selain berdiam diri dan menunggu apa yang Tuhan lakukan setelah ini.

Mahalini, Tiara, dan Ziva keluar dari rumah Keisya. Pasalnya anak itu sedang membutuhkan kesendirian disaat hatinya sedang patah.

Bagaimana tidak, orang yang ia cintai berbohong dan ia tidak tau lagi apa yang ia harus lakukan selain menangis.

Keisya bisa saja terlihat kuat saat diluar, tetapi ia hanya manusia biasa yang bisa patah ketika hatinya sudah diserang.
Karna sekuat apapun seseorang, ketika hatinya sudah disakiti, ia akan menangis.

"Kalian sudah bicara dengan Keisya?" Nuca menyambut mereka diluar rumah Keisya setelah menyelesaikan emosi Kevin.

Mereka bertiga sontak menggeleng "Belum, dia langsung masuk kamar tadi" Ujar Mahalini.

"Dia masih butuh waktu untuk tenangkan diri. Kita pulang dulu aja" Nuca menenangkan ketiga gadis itu.

"Tiara, Ziva pulang bareng kita aja, rumah lo kan, nggak searah sama Ziva" Ujar Nuca

Tiara hanya mengangguk dan berpamitan kepada teman-temannya "Gue duluan, ya"

Setelah mobil Tiara melaju, akhirnya Nuca dan Mahalini mengantar Ziva pulang terlebih dahulu.

“Tapi info yang lo dapat sudah valid kan, Nuc?” Ziva mencondongkan tubuhnya ke depan.

“Sudah. Tadi gue juga sudah jelasin ke Kevin. Tapi dia masih nggak mau dengar” Ujar Nuca.

“Nanti kita tinggal cari bukti yang lebih valid lagi, biar mereka percaya”

Nuca berhenti di pekarangan rumah Ziva “Makasih ya, Nuc, sudah mau antar”

“Hati-hati dijalan. Bye, Lin” Ziva mencium sekilas pipi Mahalini.

***

Tiara berangkat pagi-pagi sekali hari ini. Pasalnya, ada pasien yang tiba-tiba harus dioperasi segera.

Untungnya tim Tiara berhasil menyelamatkan pasien tersebut. Setelah selesai mengoperasi, Tiara berniat menuju ke ruangannya. Namun tiba-tiba pandangannya kabur.

Setelah itu, sebelum ia tak sadarkan diri, seseorang menyebut namanya panik.

***

Samuel yang menerima kabar bahwa Tiara pingsan sehabis melakukan tindakan operasipun langsung meluncur ke rumah sakit tanpa pikir panjang.

“Nuc, gue kerumah sakit dulu. Gue dapat kabar Tiara pingsan” Izinnya pada Nuca.

“Ya Sudah, gih. Hati-hati, Sam”

Tidak sampai lima belas menit, Samuel sampai diruangan Tiara dirawat.

Samuel melihat salah satu dokter laki-laki disana, menangani Tiara. Tiaranya sudah sadar ternyata.

Ketika Samuel masuk, dokter itu langsung pamit keluar dari ruang rawat Tiara.
“Apanya yang sakit? Masih sakit nggak? Pusing? Atau apa?” Panik Samuel. Tiara hanya terkekeh melihat Samuel yang sangat mengkhawatirkan keadaannya.

“Nggak apa-apa, Sam. Aku oke” Tiara meyakinkan Samuel. Lalu Samuel mendudukkan dirinya disalah satu bangku di dekat bankar Tiara.

“Lagian kenapa bisa pingsan sih kamu? Kecapekan ya pasti?” Samuel menggenggam tangan Tiara erat.

“Tadi pagi lupa sarapan, ditambah semalamkan, pulangnya cukup larut dari rumah Keisya”

“Tapi masalahnya sudah selesai?”

“Belum. Nuca masih cari kebenaran informasi yang dia dapat katanya”

Samuel hanya mengangguk dan mengelus rambut Tiara halus “Kamu jangan capek-capek dong sayang” Lirih Samuel.

“Nggak, Sam” Tiara mengelus lembut rahang Samuel.

“Kamu balik ke kantor lagi gih, aku nggak apa-apa” Samuel hanya menggeleng.

“Nggak ah, aku takut ninggalin kamu”

“Beneran nggak apa-apa, Sam. Lagian ada banyak suster disini yang jagain aku. Sebentar lagi juga udah bisa lanjut lagi kok”

Beberapa saat kemudian seorang suster membawakan nampan makanan untuk Tiara.

“Halo dokter, eh, ada pak Sam”
Perawat itu meletakkan nampan berisi makanan itu di dekat Sam.

“Suapin aja, Pak Sam, dokter Tiaranya. Kalau Pak Sam yang suapin, langsung habis pasti” goda perawat itu.

“Bisa aja kamu, Del. Sudah sana, kamu lanjut kerja lagi” Ujar Tiara.

“Aduh, aduh, yang mau berduaan, ketauan banget nggak mau di ganggu. Saya keluar deh, permisi dokter. Pak Sam, silahkan disuapin itu dokter Tiaranya” Goda Della sekali lagi.

Samuel hanya terkekeh “Terimakasih ya, Del"

“Nih, mam” Samuel mengarahkan makanannya ke arah bibir Tiara. Tiara hanya menurut dan menghabiskan makanannya tak lama setelah itu.

“Kamu beneran nggak apa-apa aku tinggal?” Ujar Sam ragu.

“Iya, Samuel ku sayang. Beneran” Tiara meyakinkan Samuel.

“Yasudah, aku balik ke kantor dulu, ya. Nanti aku jemput kamu”

“Aku kan bawa mobil, Sam”

“Bisa diambil sama supir kamu nanti. Pulang sama aku, titik”

“Iya-iya. Hati-hati kamu”

Sepeninggal Samuel, ponsel Tiara berdering. Nama “Mahalini” terampang disana.

Lo kenapa, Ti?”

“Kecapekan doang, Lin”

Tapi nggak apa-apa sekarang?”

“Nggak, aman kok”

Gue dikasih kabar sama Nuca, kalau Samuel kerumah sakit lo langsung pas denger lo pingsan”

“Iya, panik dia”

Iyalah, gila. Gue aja panik, kirain lo kenapa”

“Nggak”

Lo nggak usah pikirin soal Keisya deh, biar gue sama Ziva aja”

“Yeeh. Nggak bisa gitulah. Gue juga temennya”

Tapikan lo sakit, batu koral. Keras kepala banget”

Tiara hanya terkekeh “Orang nggak kenapa-kenapa”

Yaudah-yaudah” Mahalini akhirnya menyerah.

“Udah ah, gue mau balik kerja lagi” Ujar Tiara bangkit dari ranjangnya.

Tiara?! Lo masih mau lanjut kerja? Gila kali lo ya” Semprot Mahalini.

“Heh, Medusa. Gue nggak kenapa-kenapa”

Ish bener-bener lo ya, Ti. Awas aja sakit lagi”

“Aman sayang aku, aman”

Yaudah deh, Ti, bye!”

***

Selamat hari Jumat, sayang sayangku..
Terimakasih sudah mau menunggu cerita ini tetap update.

Happy reading, guys.

Big Love,
Cayon!

Dan Selesai [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang