"Gak ada sejarahnya Kim Yongseung kalah." katanya menyeringai sambil megang pelatuk pistol mainannya itu.
Yongseung langsung menarik pelatuk pistol itu ketika dia udah mantap sama perhitungan gerak lurus, sudut kemiringan, tekanan pada peluru yang nantinya akan mecahin telur, dan segala perhitungan matematika serta fisika yang udah dia pelajari.
Seharusnya ini jadi momentum yang tepat untuk mecahin telur itu. Yongseung percaya, meski pelurunya plastik tapi kalau momentumnya tepat, dia pasti bisa mecahin cangkang telur itu.
TAKK!!!!
Dongheon dan Hoyoung cengo.
Minchan dan Gyehyeon kaget.
Yeonho dan Kangmin kagum.
Para penonton membeku.
Si pemilik stand kaget max. Dia kaget soalnya hadiah yang dia sediain bakal berkurang.
Sumpah demi apapun ini baru pertama kali sepanjang karirnya menjaga stand tembak ini ada orang —mana bocil— yang bisa mecahin telur itu.
"WAHHHHHHH!!!!!" teriak semua orang di belakang Yongseung.
Yongseung menyeringai. "Akhirnya gak sia-sia belajar matematika dan fisika sejak dini."
Bukannya ambil hadiah, Yongseung justru noleh ke Dongheon. "Hyung tolong beliin satu tiket lagi dong."
"Lah itu kan isinya udah lima." jawab Dongheon begitu dia udah kembali menguasai dirinya. Jujur dia kaget banget tadi soalnya secara teori sih harusnya telur itu nggak bisa pecah. Tapi Yongseung justru matahin teori itu.
Wah, mulai sekarang Dongheon harus waspada sama Yongseung. Soalnya anak itu diam-diam menghanyutkan.
"Kita bertujuh hyung, kalau cuma satu tiket, yang dapat cuma lima orang dong?"
Kemudian Yongseung kembali ke posisi penembak lagi. Saat pemilik stand menyuruh Yongseung milih hadiah, Yongseung cuma menunjukkan gerakan tangan yang artinya nanti.
"Maksudnya, dia mau kita semua dapat hadiah gitu?" bisik Dongheon ke Hoyoung mengenai maksud ucapan Yongseung.
Hoyoung mengangguk. "Kayaknya sih iya."
Yeonho yang telinganya setajam silet itu langsung kegirangan. Dia senyum lebar banget. Matanya juga jadi berkaca-kaca saking terharunya sama Yongseung yang di kondisi apapun selalu ingat sama orang-orang disekitarnya.
Pada malam ini, hari ini, jam ini, menit ini, detik ini, Yeonho mendedikasikan diri untuk mengidolakan temannya itu.
"KIM YONGSEUNG, SEMANGAT!!! AKU MENGIDOLAKANMU, WAHAI TEMAN!!!" teriak Yeonho bangga membuat semua orang menatapnya heran.
TAKKK!!!!
Dengan wajah sedatar triplek miliknya, Gyehyeon berhasil sedikit memberi elusan kasih sayang pada kepala Yeonho. Yeonho mencebik, mau nangis, tapi ditunda dulu soalnya dia mau lihat Yongseung main.
Minchan cuma bisa menghela nafas lihat kelakuan Gyehyeon. Minchan sih sebenarnya dukung kelakuan Gyehyeon tadi, soalnya gemes lihat Yeonho yang setiap detik selalu bertingkah ajaib.
Kalau Kangmin beda lagi, dia daritadi cuma mikir gimana caranya supaya Yongseung benar-benar maafin dia. Tapi Kangmin sendiri udah mulai agak tenang soalnya tadi Yongseung bilang bertujuh, yang artinya Kangmin masuk dalam hitungan.
Mata Kangmin berkaca-kaca lagi. "Yongseung hyung, ingat dedek..."
Sementara itu si pemilik stand udah keringat dingin, takut hadiahnya bakal abis. Baginya Yongseung itu mengerikan. Kayak raja Singa yang akhirnya muncul di akhir cerita dan mengalahkan semua musuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
With the Baby | VERIVERY
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Tiba-tiba lima anak ini harus ia rawat selama sebulan?! "Mau mamam." "Ya ampun, Chan ganteng banget hari ini." "Kangmin buku membaca Gye jadi basah kan!" "Et... Et... Et... Nggak kena wheee," "Balikin buku celita aku sekalang!" Dongheon...