Bab 6

453 87 24
                                    

"Hyung, nanti jam empat Yongs ada les." ujar Yongseung seraya menghampiri Hoyoung yang lagi menikmati me time di depan televisi.

Setelah anak-anak makan siang, Hoyoung menggiring mereka ke kamar buat tidur. Untungnya mereka semua tidurnya cepet karena kecapekan abis main tadi.

Tapi ini tiba-tiba Yongseung datang di saat semua anak masih tidur. Jujur aja, Hoyoung masih capek ngurusin mereka mana si Dongheon gak bantu dia sama sekali hari ini.

"Les apa?" tanya Hoyoung sambil mengangkat tubuh Yongseung untuk mendudukkannya di sisinya.

"Sempoa hyung."

Hoyoung menaikkan sebelah alisnya. Setahu dia kan si Yongseung udah bisa pembagian sama perkalian, buat apa les sempoa lagi?

"Bukannya kamu udah bisa pembagian dan perkalian ya?"

Yongseung mengerucutkan bibirnya. "Kata Mama ini tuh namanya folmalitas."

Hoyoung tercengang. Bisa-bisanya anak umur lima tahun paham kata semacam itu. Didikan orang tua Yongseung patut untuk diterapkan dikehidupan bermasyarakat di zaman modern ini. Nanti biar anaknya gak pada bobrok kayak yang lain.

"Kok formalitas?"

Yongseung mengangguk lucu. "Ya kalena Yongs tuh disana ngeljain soal kelas tiga SD hyung. Kata bu Gulu, Yongs udah mampu makanya tingkatannya naik, cuma Mama nggak mau Yongs lompat kelas makanya Yongs dimasukin les sama anak-anak paud."

"Kok Mamanya Yongseung nggak mau anaknya yang pinter ini lompat kelas?" tanya Hoyoung sambil mengelus rambut Yongseung.

Sebenarnya Hoyoung sudah bisa menebak kenapa Mama Yongseung menolak anaknya untuk lompat kelas. Dari segi umur dan mental Yongseung pasti belum siap seperti anak kelas tiga SD pada umumnya. Mungkin itu penyebab mengapa Yongseung tidak diperbolehkan untuk lompat kelas.

"Yongs kan masih pendek hyung, nanti keinjek pas balis gimana?" jawab Yongseung polos tetapi ekspresi wajahnya bergidik ngeri seolah ia sedang membayangkan sedang diinjak anak kelas tiga SD.

Hoyoung diam sebentar karena merasa terkejut dengan jawaban yang diluar perkiraannya itu. Kok pikiran Mamanya Yongseung bisa random gitu sih?

"Jadi itu alasannya Mama Yongseung?"

Yongseung mengangguk. "Kalau Yongs bisa lebih tinggi lagi mungkin Yongs gak pellu sekelas sama Gye hyung."

Wah ini kenapa makin menarik aja sih? Kan Hoyoung jadi ikut penasaran.

"Emangnya kenapa sama Gyehyeon?"

Yongseung menunduk, ia melihat kaki pendeknya yang ia gerak-gerakkan di atas sofa itu. "Gak kenapa-napa sih, tapi kadang nyebelin."

"Nyebelin gimana?" tanya Hoyoung berusaha mengorek informasi dari Yongseung. Siapa tahu informasi ini berguna baginya untuk memahami si anak triplek itu.

"Suka salah sambung olangnya." jawab Yongseung cemberut.

Hoyoung cuma bisa ngelus rambut Yongseung sambil senyum kecut. Ya gimana gak salah sambung? Orang Yongseung-nya aja kalau lagi cerita kadang pakai bahasa para profesor, ya anak seumuran Gyehyeon mana paham coba?

"Apa Yongs ya yang salah?" tanya Yongseung tiba-tiba sambil natap Hoyoung polos 0o0.

"Enggak, bukan gitu. Gini ya, Yongseung kan pinter, coba kalau bicara sama Gyehyeon dan anak-anak seumuran sama kamu itu pakai bahasa sehari-hari aja." saran Hoyoung lemah lembut.

Yongseung mikir bentar sebelum akhirnya jawab. "Kan Yongs juga udah pakai bahasa sehali-hali hyung."

"Iya bener. Tapi jangan pakai kata-kata yang gak bisa mereka pahami."

With the Baby | VERIVERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang