Prolog

802 108 20
                                    

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Dongheon pulang larut malam karena harus membantu dosennya. Biasanya ketika ia pulang kedua orang tuanya sudah tidur karena mereka berdua juga sibuk. Papanya harus mengurus perusahaan dari pagi sampai sore, jika ada rapat maka bisa sampai tengah malam. Sedangkan Mamanya aktif dalam berbagai kegiatan sosial, mereka berdua pasti lelah seharian.

Jadi ketika Dongheon pulang dan tidak disambut itu hal yang wajar baginya dan ia memaklumi hal itu. Namun kali ini, kenapa berbeda?

"Mama sama Papa kok belum tidur?" ujar Dongheon seraya menyalimi mereka.

"Ada yang harus kita berdua omongin. Sini duduk dulu." jawab sang Mama seraya menepuk-nepuk sofa ditengah-tengah mereka.

Dongheon mengangguk dan duduk di antara kedua orang tuanya. "Ada apa?"

"Kan dua hari lagi Mama berangkat ke Singapura bareng teman-teman seorganisasi Mama. Kamu tahu sendiri kan teman-teman organisasi sosial itu kebanyakan istri dari bawahannya Papamu?"

"Oke, terus?" jawab Dongheon yang masih bingung karena ia belum tahu ke arah mana pembicaraan ini berlangsung.

"Mama dan Papa akan pergi ke Singapura dan lanjut perjalan bisnis ke Jepang dan China. Itu berarti bawahan Papamu yang juga teman seorganisasi Mama akan sangat sibuk selama sebulan ke depan."

Dongheon mengaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ya emang gitu kan? Namanya juga perjalanan bisnis."

"Masalahnya di sini itu anak-anak mereka masih pada kecil semua."

"Kan mereka kaya Ma, biasanya juga bawa pembantu ke luar negeri buat ngurus anak mereka."

"Kamu lupa ya sekarang lagi ada wabah virus Corona? Beresiko kalau bawa anak kecil, lebih baik mereka tinggal di dalam negeri saja." jawab sang Papa tegas.

Dongheon mengernyit. Ia semakin bingung, kenapa masalah anak rekan bisnis Papa harus dibahas dengannnya?

"Kamu harus mengurus anak-anak mereka selama sebulan ke depan."

Dongheon sontak tersedak ludahnya sendiri. "Lho, kok Dongheon yang harus ngurus?!"

"Papa itu pimpinan perusahaan dan Mamamu ketua umum organisasi. Kami berdua sudah menjanjikan hal ini pada mereka semua, kalau dibatalkan apa tanggapan mereka nantinya?"

Dongheon bangkit dari sofa lalu mengusak rambutnya frustasi. "Ya ampun Pa, kan Dongheon juga harus kuliah!"

Sang Mama segera menjawab. "Ada Bae Hoyoung yang akan membantumu."

"Ba--Bae Hoyoung si anak yang cuma senyam-senyum itu?"

Sang Mama dan Papa mengangguk.

"Aduh Ma, Pa, malah nambah beban Dongheon nantinya. Mama sama Papa kan tahu sendiri Dongheon gak bisa akur sama dia!"

"Jadi ini kesempatan buat akur kan?" tanya Papanya seraya terkekeh geli.

Dongheon melotot. "Enggak!"

"Ya sudah mau pilih nge-kost aja kalau gitu? Terus kartu kredit dan semua fasilitas yang Papa kasih ke kamu Papa sita."

"Lah, Pa? Kok jadi sinetron gini sih? Dongheon kan bukan anak nakal kek di film-film itu, kenapa sampai disita sih?!" ujar Dongheon tak terima.

"Makanya mau pilih yang mana?"

Dongheon mendengus kesal dan dengan berat hati menjawab. "Ngurus anak."

Sang Mama tersenyum lebar. "Nah, itu baru anak Mama sama Papa."



















Tbc
071120

With the Baby | VERIVERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang