Bab 14

370 68 17
                                    

Suara deburan ombak menggelitik telinga mereka semua. Angin pantai mulai menerpa wajah dan menyingkap poni mereka hingga menampilkan jidat paripurna tanpa cacat itu.

Kondisi Yeonho aman, ia tidak pipis di celana. Alasannya tiba-tiba tersenyum karena tidak ingin memikirkan hasratnya untuk buang air kecil itu.

Ia teringat pesan sang Mama jika sedang berada di keadaan semendesak apapun berusalah untuk tetap tersenyum. Jadi karena Yeonho adalah anak yang baik maka ia menuruti ucapan sang Mama itu.

Tapi tetap saja ketika tadi mobil berhenti di pom bensin, Yeonho langsung berlari menuju toilet. Ia tidak peduli di dalam toilet ada orang atau tidak, yang penting ia asal mendobrak pintu.

Untung saja Hoyoung sudah berada di samping Yeonho lebih dulu sebelum anak itu mendobrak toilet yang sedang digunakan orang lain.

Setelah itu perjalanan berlangsung dengan aman, damai dan sejahtera sampai mereka telah berhasil memasuki wilayah pantai.

"Uwaaaahhhh." seru Kangmin melebarkan mulutnya terpesona.

Semua anak juga mengagumi keindahan pantai di depan mereka itu.

Keadaan pantai tidak terlalu ramai karena hari ini bukan akhir pekan maupun hari libur nasional, sehingga anak-anak bisa lumayan bebas berlari-larian dan mengklaim wilayah mereka. Mereka juga sampai di pantai tepat waktu, sesuai dengan perkiraan Dongheon.

Dongheon tadi juga tidak terlalu mengebut ketika mengendarai mobil karena jalanan lengang dan tidak macet sama sekali.

Sungguh, mujur sekali nasib mereka hari ini.

Yah, kecuali adegan dramatis Yeonho yang menahan buang air kecilnya itu.

Kangmin segera berlari mencari lubang-lubang di antara hamparan putihnya pasir pantai itu. Anak itu tetap memegang teguh tujuan utamanya datang ke pantai ini, yaitu mencari kelomang. Yeonho mengekor di belakang Kangmin, ia juga ingin mendapatkan kelomang dan memeliharanya.

Tinggallah Minchan, Gyehyeon dan Yongseung yang masih setia berdiri di samping Dongheon dan Hoyoung.

"Kok masih di sini?" tanya Dongheon melihat ketiga anak itu masih beridiri anteng di sampingnya.

Minchan mendongak. "Hyung sendiri kenapa nggak renang?"

Dongheon menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Tujuan utamanya ke pantai memang untuk berenang, sudah lama ia tidak merasakan berenang di air laut. Hanya saja saat mereka datang tadi Dongheon tidak melihat penjaga pantai sama sekali.

Nanti kalau beneran dia kenapa-napa waktu berenang terus nggak ada yang nolongin gimana dong?

Dongheon bergidik, dia nggak mau mati muda.

Hoyoung yang tahu alasan sahabatnya tidak jadi berenang langsung mendengus. "Takut dia."

"Takut gimana hyung?" tanya Minchan bingung.

"Nggak bisa renang ya?" ejek Gyehyeon.

Dongheon melotot. "Eh jangan asal ngomong lo, gue bahkan pernah ikut lomba renang meski gak menang."

"Lasanya kalah gimana hyung? Yongs nggak pelnah kalah di dalam pellombaan." tanya Yongseung polos.

Dongheon pengen banget mengumpat tapi waktu dia dengar nada suara Yongseung yang polos dan ekspresinya yang menunjukkan bahwa anak itu iri membuat Dongheon justru bingung. Lah kenapa Yongseung malah iri? Aneh banget.

DNA yang ada di dalam tubuh Yongseung kayaknya bukan DNA manusia.

"Nggak enak lah!" jawab Dongheon agak ngegas. Ya gimana ya, masak iya sih ada orang yang mau kalah dalam perlombaan?

With the Baby | VERIVERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang