Bab 15

346 66 5
                                    

Minchan berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya. Memang tadi ia sempat bermain air pantai meski tidak menceburkan dirinya secara langsung di air. Dongheon mengakalinya dengan membeli pistol mainan yang ia beli di toko pinggiran pantai.

Awalnya Minchan menolak, ia ingin tetap renang. Namun Hoyoung segera menembakkan air tepat ke perutnya hingga hampir seluruh bajunya basah. Melihat Hoyoung melakukan itu Dongheon segera mengarahkan pistolnya ke kepala Minchan membuat rambutnya basah seketika.

Tak sampai di situ para adik jadi-jadiannya juga ikut melakukan hal yang sama, jadilah Minchan basah kuyup tanpa menceburkan dirinya di air laut. Tentu saja Minchan tidak tinggal diam, ia langsung menyambar pistol mainan yang memang menjadi bagiannya, mengisinya dengan air lalu menembak secara membabi buta pada mereka semua.

Minchan tidak pandang bulu, bahkan Kangmin yang sedang menguap pun menjadi sasarannya hingga anak kecil itu meludah terus karena lidahnya terasa asin.

Jujur Minchan menikmati bermain tembak-tembakan air tadi. Tetapi ketika ia mengingat alasan mengapa mereka bermain tembak-tembakan membuat Minchan kembali kesal dan mengerucutkan bibirnya.

Itu sebabnya mengapa Minchan terus menghentak-hentakkan kakinya selepas berganti baju sampai saat ini. Ia masih marah, pokoknya sebal!

"Hyung kenapa sih?" tanya Yeonho polos seraya menyejajarkan langkahnya dengan langkah lebar Minchan.

Minchan tidak menoleh sedikit pun, ia fokus menatap ke depan seolah sedang melihat masa depannya yang indah bersama sang pujaan hati.

Merasa tidak diperhatikan, Yeonho kembali menggigit sedotan botol minumnya. Tapi tak lama setelah itu Yeonho segera memuntahkan air yang baru saja ia sedot.

Yeonho menjulurkan lidahnya. Dahinya berkerut dan matanya mulai berkaca-kaca.

Semua orang segera berhenti melihat ekspresi Yeonho yang lain dari biasanya.

"Kenapa?" tanya Hoyoung panik.

Dongheon ikut berlutut lalu mengeluarkan tissue untuk mengelap sisa air di baju Yeonho.

"Asin hyung, huekk!"

Dengan cekatan Hoyoung mengambil botol minum itu. Saat dibuka Hoyoung menghela nafasnya. "Ini botol minummu diisi air pantai, lihat ada pasirnya juga."

"Pantesan kok kasar." jawab Yeonho meringis ngeri membayangkan perutnya kemasukan pasir. Untung saja dia sempat memuntahkannya tadi.

"Gimana sih lo, botol minum kok diisi air pantai? Kalau minumnya habis kan tinggal bilang nanti hyung beliin air mineral, jangan kayak gini lah. Ingat, tujuan kita kesini itu buat ngabisin duit." ucap Dongheon masih setia membersihkan sisa air di baju Yeonho.

Hoyoung pengen banget nyiram sisa air di botol Yeonho ke kepala Dongheon karena nasihat penuh kesombongannya itu. Hanya saja dari nada bicara Dongheon yang terdengar biasa seolah tidak sedang memamerkan sesuatu membuat Hoyoung mengurungkan niatnya.

Memang ucapan Dongheon kadang nyerempet ke pamer meski yang ngomong suka watados sama ucapannya sendiri.

Yah, Hoyoung nggak kaget sih karena dari kecil sudah berteman dekat dengan Dongheon. Jadi Hoyoung menyimpulkan bahwa Dongheon terkena sindrom orang-orang sultan.

"Yono gak pelnah ngisi botol minum Yono pakai ail pantai." jawab Yeonho mencebik.

Yeonho tahu kok kalau dirinya itu omnivora yang sesungguhnya tetapi tetap saja ia masih bisa memilih mana yang enak dan mana yang sebaiknya tidak perlu dicecap lidahnya.

Air pantai kan asin banget, kasihan lidahnya dong kalau disiksa kayak gitu, bisa mati rasa nanti.

Yongseung menyenggol bahu Gyehyeon. "Kamu ya hyung pelakunya?"

With the Baby | VERIVERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang