Bab 17

333 65 8
                                    

Di sekolah Minchan cuma bisa bertopang dagu. Hwanwoong teman sebangku Minchan udah bingung mau ngehibur ini anak model gimana lagi soalnya ditawarin apa-apa nggak mau mulu.

Tadi pagi pas baru sampai kelas Hwanwoong udah ngasih Minchan sapu buat bantuin dia piket. Mereka berdua udah berjanji untuk saling membantu satu sama lain sekalipun jadwal piket mereka berbeda, hitung-hitung menambah pahala untuk jadi sukarelawan. Nah pas Hwanwoong ngasih sapu Minchan langsung mendelik terus sapunya dibanting ke lantai.

Waktu guru nyuruh Minchan bantuin ambil buku di kantor Minchan juga nggak mau padahal biasanya anak itu tergolong rajin, nggak disuruh pun kadang Minchan udah berangkat sendiri.

Di ajak ke kantin pun nggak mau. Hwanwoong juga inisiatif untuk nyamper ke Taman Kanak-Kanak di depan sekolah kalau-kalau Minchan badmood karena kangen adiknya. Eh tapi Hwanwoong malah udah kena gampar duluan.

"Chan kamu kenapa sih?" tanya Hwanwoong ikut bertopang dagu.

"G." jawab Minchan asal.

"Kamu nggak lapar apa?"

"G."

"Mau nyamper adek--"

"Aku gak punya adek ya!" jawab Minchan sewot.

"Ya tapi itu, katanya kamu punya adek selama sebulan."

Minchan mendengus. "Tetap aja Minchan gak mau anggap mereka adek! Sepuluh hari lagi Minchan mau pisah sama mereka."

"Orang tua kamu sebentar lagi pulang?"

Minchan mengangguk semangat. "Iya dong, enak banget sebentar lagi Minchan bakal jauh dari mereka."

Hwanwoong menepuk pundak sohibnya itu. Tiba-tiba dia teringat ucapan Minchan berbulan-bulan lalu, jauh sebelum dia di titipin bersama empat anak lain yang menjadi adik dadakannya.

"Tapi Chan..."

Minchan menoleh menatap temannya yang berekspresi tidak seperti biasa. "Apa?"

"Katanya rumahmu sepi karena kamu anak tunggal?"

Hwanwoong nggak tahu apa yang salah dari pertanyaannya sampai-sampai Minchan nangis kejer setelah mendengar pertanyaannya barusan.





***





Jam istirahat Yongseung kali ini aman, ia tidak mendapat gangguan dari siapapun termasuk spesies perempuan yang biasanya gangguin dia. Ya iya aman soalnya di sampingnya ada Gyehyeon yang siap nerkam siapa aja yang berani gangguin Yongseung.

Tapi yang aneh kok Yeonho nggak nyamper ke kelasnya. Biasanya anak itu nyamper ke sini di temani Xion meskipun cuma sekedar malakin permen Gyehyeon. Masa iya Yeonho ketiduran? Nggak mungkin banget dia melewatkan jam istirahat.

"Yono kok gak kesini ya?" celetuk Yongseung yang dapat di dengar oleh Gyehyeon.

Gyehyeon yang fokus pada tabel-tabel di buku tulisnya segera menjawab. "Lagi jorokin teman-temannya di ayunan kali."

Yongseung menepuk keningnya. Dia lupa kalau sebelum nyamper, hukumnya wajib bagi Yeonho untuk main ayunan dulu. Mungkin istirahat kelasnya hari ini telat makanya dia harus rebutan ayunan dulu sama anak lain yang istirahatnya di awal.

Karena haus akhirnya Yongseung ngambil botol minumnya. Baru saja tutupnya dibuka Gyehyeon tiba-tiba menggebrak meja mereka sampai buku teka-teki silang Yongseung loncat. Setelah itu Gyehyeon mengusak rambutnya terus melotot menatap Yongseung.

Gyehyeon nyentuh kedua pundak Yongseung lalu digerak-gerakkan ke depan belakang secara terus menerus. "Yongseung kok kamu nggak ngingetin aku?!"

"Ngingetin apa hyung?" tanya Yongseung bingung. Perasaan mereka lagi gak punya misi dalam waktu dekat.

With the Baby | VERIVERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang