Dongheon yang lagi asik makan bakso di kantin kampus tiba-tiba mendapat telepon dari Hoyoung. Dia cuma ngelirik ponselnya bentar habis itu lanjut ngobrol sama teman-temannya.
Halah, palingan Hoyoung telepon suruh beliin Kangmin susu.
"Ada telfon itu nggak mau lo angkat?" tanya Ravn, teman se-geng Dongheon yang otaknya rada-rada.
Dongheon menggeleng sambil nyendok sesuap bakso lagi. "Si Hoyoung yang telepon, paling juga gak penting."
"Katanya lo lagi ngerawat bocil sama dia, siapa tahu itu penting kan?" bujuk Ravn sambil ngelirik ponsel Dongheon yang gak berhenti berbunyi.
"Asal lo tahu aja, bocilnya bukan sembarang bocil."
"Lah terus?"
"Si Kangmin itu yang paling kecil ngatain gue jelek mulu."
"Ya emang fakta kan?" jawab Ravn watados.
Dongheon langsung ngarahin sendoknya ke Ravn seolah-olah mau mukul dia. Padahal Ravn jujur mengatakan hal itu dari lubuk hatinya yang paling dalam. Katanya di dalam pertemanan itu tidak boleh saling membohongi dan mengkhianati kan?
"Bunyi terus itu kenapa nggak diangkat aja sih? Gak rugi pulsa juga." ujar Ravn karena telinganya mulai berdengung dengan nada dering panggilan ponselnya Dongheon. Mana seisi kantin pada ngelihatin mereka aneh.
Ya gimana enggak, orang nada deringnya aja pakai nada handphone-handphonenan kw berwarna pink yang biasanya dijual sama kang jual mainan anak.
Aiyaya menjadi momokopei --gitu sih yang di denger Ravn.
Akhirnya Dongheon mengangkat panggilan itu, membuat Ravn bernafas lega.
"Apaan?" tanya Dongheon ketus sambil terus ngunyah baksonya.
"PULANG SEKARANG!!!" teriak Hoyoung dari seberang.
Dongheon otomatis jauhin ponselnya. Dia lupa kalau panggilan teleponnya ini otomatis di loudspeaker.
"Kenapa sih?"
"Gue gak kuat Dongheon! Pengen nangis aja rasanya."
Dongheon ngernyit. Dia natap Ravn yang sama bingungnya. "Apa sih? Ngomong yang jelas dong!"
"Pokoknya pulang aja dulu sekarang!"
"Nggak, gak mau. Gue kan udah bilang mau pulang malem."
"Halah gue tahu lo gak jadi bantuin dosen kan?! Tadi Ravn bilang ke gue!"
Kali ini Dongheon memicingkan mata menatap Ravn dan melemparkan sebutir bakso. Bakso itu tepat mengenai jidat paripurna milik Ravn membuat sang empunya mengaduh.
"Kalau lo gak pulang, rumahnya gue kunciin!"
"Heh, itu rumah gue lho ya!"
"Ya suka-suka gue dong kan sekarang yang megang kuncinya gue."
"Iya-iya gue pulang."
"Nah gitu do--"
"Empat jam lagi tapi." lanjut Dongheon seraya tertawa seperti penyihir di film-film.
"GAK USAH PULANG SEKALIAN LO! GAK USAH MINTA MAKAN JUGA!"
"Iya-iya ini pulang. Punya temen dari kecil kok gak ada bagus-bagusnya."
"HEH MAKSUDNYA APA--"
Tutt tuttt!
Dongheon mematikan panggilan itu secara sepihak. Telinganya sudah tidak mampu mendengar ocehan Hoyoung yang makin kesini makin pinter ngegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
With the Baby | VERIVERY
Fanfiction[COMPLETED] Tiba-tiba lima anak ini harus ia rawat selama sebulan?! "Mau mamam." "Ya ampun, Chan ganteng banget hari ini." "Kangmin buku membaca Gye jadi basah kan!" "Et... Et... Et... Nggak kena wheee," "Balikin buku celita aku sekalang!" Dongheon...