"Dannis"
Aku mencari-cari sosok nya, namun sudah tak terlihat. Aku bergerak gelisah. Baru saja kutinggal sebentar ke toilet, aku kehilangan dia. Kemana perginya wanita itu.., geramku pada diri sendiri. Mataku kembali menjelajah kepenjuru ruangan ketika ponselku bergetar dibalik saku celana.
"Pak Dannis, maaf tapi aku harus pulang, tak perlu mengantarku.." aku semakin menggeram membaca pesan yang dikirim Asha. Berani-berani nya ia meninggalkanku dalam situasi seperti ini. Tidak takutkah ia para pewarta bisa menjadikan ini sasaran empuk pemberitaan jika mengetahui ia pulang sendirian tanpa aku disampingnya, secara tadi kami datang berdua.
Kuremas kuat ponselku, menandakan aku sangat kesal. Setelah mengembalikan ponsel kadalam saku, aku bergegas meninggalkan ruangan gathering. Aku yakin Asha belum jauh dan aku akan mengejar wanita itu. Dan benar saja, ketika menoleh ke sebelah kiri lorong, aku dapat menangkap bayangan Asha yang akan memasuki lift. Aku berlari sekuat tenaga agar tak kehilangan jejaknya. Akhirnya ketika pintu lift sudah tertutup separuh, aku berhasil menghalanginya dengan kaki kananku. Pintu lift kembali terbuka dan kulihat wanita yang cari-cari itu terkejut. Aku berhasil masuk dengan nafas terengah-engah, sepertinya aku harus olah raga lagi..
Pintu lift kemudian tertutup. Aku menyusuri mata Asha dengan tatapan marah. Marah karena dia berani pergi meninggalkanku disituasi krusial seperti ini. Tapi melihat belahan diantara dua dada milik Asha terpampang bebas merdeka aku lebih marah lagi. Tidak tau kenapa aku menyesal memilih gaun itu.
Asha didepanku terlihat sangat terkejut, ia langsung begerak mundur kebelakang sampai punggungnya menyentuh dinding. Entah kenapa ekspresinya terlalu berlebihan menurutku, seperti aku akan memperkosanya saja.
"Siapa yang menyuruhmu pulang duluan nona..?" Kataku sambil berjalan mendekatinya.
"Jangan mendekat..!" Suaranya tercekat dengan keringat mulai menetes dari sela-sela rambut lalu turun kepelipisnya. Dengan tangannya ia memberi jarak agar aku tidak mendekat.
"Aku hanya bertanya padamu, tapi kenapa ekpresimu berlebihan seperti ini, seakan-akan aku seperti berbuat asusila padamu..!"
"Aku bilang jangan mendekattt...!!!" Gadis itu sesikit berteriak. Ia menutup kedua wajahnya sembari menyudut kedinding lift.
"Cukup semua dengan tingkah mu nona !!!! Kau pikir aku rela menyentuh gadis jorok sepertimu..!! Lebih baik sekarang kau turuti aku, dan kita pulang bersama !! Aku tak mau besok ada berita miring tentang kita..!" Aku mulai muak dengan tingkah gadis didepanku ini, ekspresi dan gesturnya menampilkan keadaan dimana seolah-oleh aku akan menyakitinya. Seketika kutarik lengannya supaya ia segera berdiri, agar tak terjadi kesalah pahaman jika sewaktu-waktu pintu lift terbuka dan ada orang lain masuk. Namun Asha tak bergeming, ia malah semakin menjadi, tangisnya berubah menjadi raungan sambil terus memohon-agar aku menjauh dan tak menyakitinya.
"Jangan mendekat....,kumohon..., jangan sakiti aku...jangan lagi...aa..ampun...." terbata-bata ia mengucapkan kalimat itu, sampai akhirnya tangannya kirinya yang sedang kupegang melemah, lalu terkulai. Asha pingsan.
Segera kutangkap tubuhnya yang hampir menghempas lantai lift, kutepuk² pipinya agar ia bangun. Sial,, bagaimana ini, aku benar-benar tidak tau banyak mengenai gadis ini, dan sekarang ia malah pingsan saat bersamaku.
_______Author......
Asha sudah terlelap ditempat tidurnya. Dannis menaikkan selimut sampai kedada gadis itu, kemudian merapikan anak rambut yang menempel pada keningnya. Beberapa detik lamanya ia menatapi wajah sendu Asha sebelum kemudian beranjak menuju sofa disebelah kanan tempat tidur. Dannis melonggarkan ikatan dasinya, menanggalkan dua kancing kemeja kemudian merebahkan diri. Ia mencoba istirahat setelah beberapa hal terjadi diluar pemikirannya. Satu tangannya memeluk bantal kursi dan satu tangan lagi menutupi kening, mencoba menutup mata namun susah untuk tertidur. Percakapannya dengan Arvan dan dokter tadi kembali terngiang-ngiang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Penakluk ( On Going )
RomanceAkhirnya dengan perlahan kucium kembali Asha, penuh hasrat dan nafsu yang membara. Asha menutup mata perlahan sambil membuka mulutnya, membiarkamku masuk menjelajah semua yang ada didalamnya. Bibir atas, bawah, bahkan lidah kami saling bergelut, ber...