Penasaran

57 2 0
                                    

Setelah berhasil melewati kerumunan wartawan, akhirnya keduanya benar-benar sampai diruang pesta. Suasana sudah cukup ramai didalam sana. Para tamu undangan mulai dari pejabat negara, petinggi perusahaan, kalangan selebriti dan kaum berkantong tebal lainnya nampak menikmati acara. Kedatangan Dannis dan Asha cukup menyita perhatian mereka. Bagaimana tidak, Dannis adalah CEO yang populer belakangan ini, prestasinya dalam mengurus perusahaaan diakui banyak pihak hingga puncaknya menjadi orang nomor satu di Diandra Group tak terbantahkan. Menjadi CEO tampan, kaya raya dan masih muda, banyak rumor yang menyertai kehidupannya termasuk masalah percintaannya. Namun dari sekian banyak rumor asmara yang beredar, tak satupun yang diakui oleh Dannis. Semuanya ia biarkan tetap menjadi rumor, dan kemudian perlahan menghilang. Berbeda dengan kali ini, malam ini ia menggegerkan jagat raya dengan membuat pernyataan tentang hubungan asmaranya dengan Natasha Barvi, seorang penulis novel terkenal. Hampir serupa dengan Dannis, Natasha atau Asha juga cukup terkenal ditanah air. Meski seorang penulis, ia sering wara-wiri ditelevisi dan radio, menjadi bintang tamu diberbagai acara. Cantik, berperawakan seperti model dengan tinggi seratus tujuh puluh cm, rambut panjang dengan kulit putih bersih, Asha banyak ditaksir oleh lelaki dari berbagai kalangan. Namun menginjak usia dua puluh tujuh, ia mengaku belum pernah menjalin kedekatan dengan lawan jenis. Begitu pengakuannya pada pewarta beberapa waktu lalu di sebuah talkshow. Sampai ketika malam ini ia muncul dipublik bersama seorang laki-laki, dengan seorang Dannis Diandra dan membuat pengakuan kalau keduanya sedang berkencan.

Dari sekian banyak pasang mata yang seakan menelanjangi mereka berdua, sepasang mata milik Judith tak mampu berkedip, melihat tangan kiri Dannis bertengger tanpa dosa dipinggang langsing milik Asha. Bahkan ketika keduanya mendekat menghampirinya, Judith masih tidak berkedip. Sampai akhirnya suara Dannis membuncah lamumannya.

"Judith Wiriawan...., apa kabarmu.?" Sapa Dannis penuh nada kebanggan bahkan sedikit remeh.

"Dannis Diandra.., sahabatku..., congratulation atas berita besarmu.." keduanya berjabat tangan ala sahabat kemudian sedikit bepelukan.

"Terima kasih bro,, oh ya aku kenalkan secara resmi padamu, Natasha Barvi.. kekasihku.."

Dannis bangga, sangat bangga..!! Ini lah saat yang ditunggu-tunggunya, inilah puncak dari segalanya. Hanya untuk ini, untuk menunjukkan kepada Judith bahwa ia sudah memenangkan pertandingan, bukan..ini taruhan. Dua bulan hampir belalu sejak mereka bermain  layak nya bermain gundu, siapa cepat dia dapat, permainan konyol demi mempertahankan reputasi dan harga diri, akhirnya piala kemenangan menjadi milik Dannis. Peduli setan dengan apapun cara dibalik nya, yang jelas kini Asha sudah berada direngkuhannya, menjadi kekasihnya meski hanya mereka berdua yang tau dengan sandiwara apik yang mereka ciptakan.

Dan meski akhirnya seantero Indonesia akhirnya mengetahui hubungan percintaan dua pesohor itu, bagi Dannis itu hanya bonus, bumbu-bumbu tambahan agar masakan yang disuguhkan semakin nikmat. Bukankah ini menjadi meyakinkan, bahwa hubungan asmara itu benar adanya. Dannis merasa dirinya cukup bergeser dari sifat aslinya, bukan dirinya "banget" bermain-main seperti ini. Bahkan dulu dirinya menolak dengan keras ketika Judith mengajaknya "bermain-main". Apalagi ketika tanpa sengaja mengetahui perilaku gadis yang menjadi bahan taruhan mereka, Dannis bergidik ngilu. Hampir pasti ia mundur dari pertarungan itu, namun tawaran Judith sangat menggiurkan dan sulit ditolak.
Jadilah dia akhirnya disini, bersama Asha disampingnya, gadis yang kecantikannya tak bisa terbantahkan. Dibalik perilaku dan kebiasaan buruknya yang hanya orang-orang tertentu yang tau termasuk Dannis, diluar itu Asha adalah sosok wanita yang sempurna. Idealnya seorang wanita ada padanya, cantik, populer, kaya raya dan digilai banya laki-laki.

Sesudah memperkenalkan secara resmi Asha pada Judith, Dannis melepas "kekasihnya" itu berbaur dengan teman-teman sesama selebritas, sedangkan ia memperhatikan dari jauh sembari berbincang-bincang dengan para petinggi perusahaan. Ia membagi dua perhatiannya, tak mau melewatkan aktifitas Asha sedikitpun. Dilihatnya Asha tersenyum sangat nyaman, tak seperti saat mereka dalam perjalanan tadi. Sesekali gadis itu mengibas rambutnya dan memamerkan leher jenjangnya tanpa sengaja. Punggungnya yang melengkung ikut terekspos ketika geraian itu terombang-ambing karena gerakan siempunya. Dannis merasa tak nyaman dengan apa yang dilihatanya, bukan karena tergoda, ya meskipun diakui itu sangat menggoda, tapi entah kenapa ia menyesal menyesal memilihkan gaun itu. Liahatlah sekarang semua mata bebas menikmati ciptaan Tuhan yang maha sempurna itu. Blazer yang tadi menutupi tubuh Asha sudah dilepaa ketika masuk keruang pesta. Tak lucu bukan, Asha menenteng-nenteng blazer sementar semua wanita mengenakan gaun.

Dannis masih menyimak, matanya tak mau jauh-jauh dari pergerakan Asha. Gadis itu terlihat normal, berbincang dan tertawa sangat manis. Tidak terlihat kalau dibalik itu, ia gadis suram yang berantakan, suka tidur tanpa mencuci muka dan gosok gigi. Perokok dan peminum alkohol berat. Ia bagaikan bunglon yang pandai menempatkan warna dimana ia berada. Terbayang oleh Dannis ketika pertama kali bertemu Asha di club, berbalut thanktop ketat gadis itu mabuk dan dipapah oleh bartender. Teringat lagi olehnya, ketika mereka berdua sama-sama mabuk dan berakhir diranjang, meski hanya tidur. Lalu ketika Asha berkeringat sangat banyak ketika mereka berdua didalam mobil. Pertama saat keduanya pergi ke club saat mobil Asha mogok, dan tadi, saat perjalan kemari, gadis itu meneteskan keringat dari sela-sela keningnya. Rasa gugup dan cemasnya sangat nyata. Dannis sangat penasaran, dan ingin tau lebih banyak....

"Ehmm,, jangan melihat kekasihmu terus,, tak kan ada yang akan mengambilnya, karena seluruh penjuru tau dia milikmu..." Suara Judith membuyarkan seluruh lamunan Dannis sekaligus menggeser dua bola matanya yang tadi fokus menatap Asha reflek.

"Kekasihku sangat sempurna bukan..?" Dannis menambahkan bumbu lagi.

"Tentu saja..! Kalau tidak, aku tak kan mengajakmu bertaruh untuknya.."

"Pelankan suaramu..!" Dannis menyikut Judith.

"Tapi aku masih penasaran, kenapa ia bisa takhluk denganmu, yang kutau, ia selalu menutup diri dari laki-laki..."

"Masih bertanya juga...? Tentu saja karena aku  sang penakhluk...!" Dannis tersenyum, sembari mengerlingkan mata ke Asha karena tanpa sengaja Asha sedang menghadap kearahnya. Kerlingan yang menggoda, membuat Asha salah tingkah.


Bersambung....🌿🌿
Tidak minta banyak,, semoga setelah membaca readera semua meninggalkan jejak manis☺

Sang Penakluk ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang