Invitation

52 2 0
                                    

"Asha.."

Aku menyeringit ketika bias-bias cahaya matahari meyelinap masuk melalui tirai kamar yang sengaja disingkap oleh seseorang. Ia sengaja melakukannya untuk membangunankanku dan itu berhasil. Perlahan kukucek mataku dan bangkit dari tidur.

"Entah kapan aku bisa melihatmu bangun pagi Sha..., dasar pemalas.." Suara itu dan suara tirai jendela yang bergeser semakin membuat kesadaranku terkumpul. Arvan.., lagi-lagi ia datang ke rumahku semaunya. Sepertinya aku harus segera mengganti kombinasi kunci apartemen.

"Dan kau entah sampai kapan kau selalu mengganggu istirahatku..." kataku acuh sambil meraih ponsel diatas nakas. Aku melihat jam sambil mengecek notifikasi yang masuk.

"Sudah punya kekasih tapi kau tetap saja tak berubah.., semuanya berantakan..., aku tak habis pikir kenapa Dannis bisa jatuh cinta padamu, dan bagaimana bisa ia tidur nyenyak dikamarmu yang hhh...., liat lah...berserakan dimana-dimana.." Arvan mengomel sembari membersihkan sisa-sisa sigaret dan kaleng-kaleng soda dan alkohol dari atas meja kerjaku.

"Kenapa bahas-bahas Dannis.., aku tidak suka..!" Aku bangkit dari tempat tidur hendak beranjak ke kamar mandi. Kakakku itu akan terus meracau kalau tidak segera dihentikan, dan lihatlah.., dia menyebut-nyebut nama laki-laki menyebalkan itu.

"Kenapa tidak suka..? Terlalu malu untuk mengakui kalau kau takhluk juga dengan laki-laki...?" Arvan melempar handuk padaku.

"Enyah dari rumahku ARVAN BARVI....!!" Aku menangkap handuk putih yang dilemparnya dan masuk kekamar mandi sambil membanting pintunya. Kakakku itu benar-benar menyebalkan setiap harinya. Lima belas tahun sudah aku tak pernah lagi menganggapnya sebagai kakak karena ia juga meninggalkanku sama seperti ibu. Merek semua meninggalkanku dan menorehkan luka dalam yang sampai sekarang tak pernah sembuh.

Selesai mandi dan berganti pakaian aku bergegas turun untuk sarapan, namun langkahku sedikit terhenti melihat Arvan duduk manis didepan televisi sambil menyeruput kopi. Ternyata dia belum pergi padahal ini sudah hampir jam sepuluh pagi. Apa dia tidak kekantor....?

"Kau belum pergi juga dari rumahku Van..." sahutku melanjutkan langkah menuruni anak tangga dan menuju  pantry.

"Ada yang ingin kubicarakan denganmu, jadi berhenti mengusirku..!"

"Tak ada yang perlu kita bicarakan..! Jika menyangkut urusan pekerjaan, bicara di kantormu saja..!" Aku menyeduh segelas suhu hangat dan mengoles roti dengan saus kacang favoritku. Setelah terhidang aku langsung menyantap sarapan pagi di pantry !! Ya.. di pantry saja, aku malas duduk bersebelahan dengan Arvan layaknya keluarga bahagia. Bukan karena trauma, tapi sudah pernah kukatakan sebelumnya kalau aku tak menganggap Arvan sebagai kakakku lagi. Aku benci lelaki didepanku ini !

"Kau......,, kau benar-benar tak menganggapku lagi.., duduk bersama pun kau tidak mau..." Arvan kesal melihatku sarapan di pantry alih-alih duduk bersamanya.

"To the point saja,, kenapa kau berlama-lama dirumahku, ada apa..?" Aku berjalan kearahnya, bukan.. maksudku berjalan menuju laci disamping lemari televisi. Aku mengambil sigaret dari dalamnya kemudian membakar dan menghisap dalam-dalam. Aku tak peduli dengan asapnya yang terbang memenuhi ruangan dan membuat Arvan terbatuk. Siapa suruh dia menggangguku..!!

"Sampai kapan kau akan terus merokok ha...,,,"

"Shut up, not of your bussines..!!"

"Okk..., terserah kau.., lakukan apa yang kau inginkan..! Aku kemari mengantar undangan gathering perusahaan. Aku tidak terima penolakan karena kau adalah salah satu BA Twins. " Arvan melempar undangan itu keatas meja.  "Aku mengundang kekasihmu juga, dan aku harap kalian datang bersama."

Mendengar kata kekasih, aku langsung berpaling ke Arvan, apa maksud kata-katanya kalian harus datang bersama. Sial..!! CEO sialan itu benar-benar mengurungku dalam masalah.

"Kenapa kau selalu membahas soal Dannis, aku tidak suka...!" Aku mematikan sigaretku yang masih panjang lalu bangkit dan menarik lengan Arvan agar ia juga bangkit dari sofa. Aku muak melayani ocehannya. Kalau tidak segera diambil tindakan dia tak kan pernah pergi dari rumahku.

"Apa-apaan kau Sha...!"

"Kau yang apa-apaan...., pergi dari rumahku sebelum kutendang..!!" Aku menuntun Arvan dengan kasar sehingga ia terseok-seok. Aku tidak peduli..!

"Okk.., ok baik aku pergi, but dont forget...., saturday night, kau harus datang..!"

"Enyah kau...!!" Aku membanting pintu setelah mendorong Arvan keluar. Akhirnya sibrengsek itu pergi.
_______

"Author"

Dannis sedang sibuk membaca file-file pekerjaan yang ada dimeja kerjanya ketika pintu ruangannya terbuka. Rey sekretarisnya datang dengan membawa sesuatu ditangannya.

"Permisi pak, saya mengantarkan undangan untuk bapak.." Rey berhenti tepat didepan meja Dannis.

"Dari siap Rey..?" Sahut Dannis tanpa melihat sekretarisnya itu. Matanya fokus menatapi barisan angka-angka dan kalimat yang tertera di atas kertas yang begitu banyak.

"Dari Twins Corp pak, acara gathering hari sabtu depan, acaranya jam tujuh malam..."

"Bukannya kemaren mereka baru gathering.., sekarang gathering lagi...?" sekarang fokus Dannis berubah memandangi komputer yang terletak disebelah kanan meja kerjanya.

"Gimana ..., bapak mau datang ? Kalau iya biar saya atur jadwal dari sekarang...."

Dannis memundurkan kursinya kebelakang sambil sedikit menggeliat, sendi-sendinya serasa pegal semua karena sejak pagi ia terus berkutat dengan pekerjaan yang tiada habisnya. "Sini coba kuliat invitationnya...."

Rey menyodorkan undangan berwarna silver tersebut dan Dannis menerimanya. Ia membuka sampulnya kemudian membacanya perlahan. Didalam sampul ternyata masih ada satu kertas kecil lagi, sepertinya itu memo. "Aku berharap kau datang bersama adikku.., "Arvan"

Dannis bangkit dari punggung kursinya dan membaca lagi kertas didepannya itu dengan seksama. Ternyata Arvan yang mengundangnya bahkan ia menyelipkan memo kecil didalamnya.  Nampaknya direktur  pemasaran itu menaruh harapan pada hubungan palsu Dannis dan adiknya.

"Okkk.., aku pergi Rey.." angguk Dannis pada Rey sambil tersenyum. Yaa..senyumnya penuh arti, momen ini akan ia manfaatkan agar hubungannya benar-benar terlihat real dimata Judith tentunya. Judith sudah pasti ada di pesta perusahaannya kan...?

Banyak arti dalam setiap senyuman...... 🍃

Sang Penakluk ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang