Menggunakan dress selutut berwana merah maroon dengan cardigan menutupi pundak dan lengannya, Asha tengah bersiap menghadiri pers conferns launching novel ke-tiganya yang berjudul "Akut".
Kali ini istimewa, launching novel berbarengan dengan peluncuran seri produk terbaru dari perusahan property nomor satu di Indonesia, "Diandra Group".
Tidak ada yang kebetulan, karena Dannis, CEO perusahaan itu memang mengontrak Asha menjadi Brand Ambasador mereka, terutama untuk produk "ruang baca", seri terbaru yang menjadi project pertamanya semenjak menjabat sebagai orang nomor satu.
Ide untuk menyatukan acara launching ini juga merupakan ide Dannis, dan tentu saja sudah disetujui oleh kedua pihak. Simbios mutualisme, kata mereka.
Meski begitu, bukan netizen Indonesia namanya kalau tidak berkomentar, ada yang bilang kalau hubungan pribadi keduanya hanya settingan demu keuntungan kedua belah pihak. Lancang memang, karena kenyataannya tidak seperti itu. Kenyataan kalau Dannis sebenarnya pacar settingan Asha memang benar,, tapi kalau tujuannya demi keuntungan perusahaan tentu tidak.
Asha keluar dari kamar ketika mendapati Dannis sudah ada diruang tamunya. Agak terkejut dia, pasalnya Dannis tak memberi tahu sebelumnya bahwa ia akan datang menjemput. Sekedar diketahui, Dannis ikut mendaftarkan sidik jarinya agar bisa mengakses apartemen Asha. Bukan ia yang menginginkan, tapi Arvan. Asha pun juga tidak keberatan.
"Dannis...?" Asha menghampirinya
"Maaf aku tidak memberi kabar padamu.., aku pikir kamu pasti datang sendirian ke lokasi..."
"Tebakan yang benar...."
"Berangkat......?"
"Tunggu sebentar,, aku mau...." agak enggan Asha menyebutkan, namun ia menggerakkan bola matanya kearah meja, menuntun Dannis agar maksudnya tersampaikan. Entah kenapa pula merasa perlu minta izin Dannis untuk melakukannya.
"Kamu yakin mau merokok dulu....?" Akhirnya Dannis mengerti maksud Asha.
"Menghilangkan gugup..." Asha memgambil sebatang kemudian menyalakan dan menghisapnya dalam. Hembusannya terdengar kasar seolah mengeluarkan semua rasa gugupnya. Dannis tersenyum melihat tingkah laku Asha kemudian ikut duduk disebelah gadis itu. Benar, dari jarak dekat ia dapat menangkap kecemasan gadis itu.
"Apa selalu begini...?" Tanya nya.
"Um.." Asha mengangguk.
"Aku pikir ketakutanmu muncul ketika berduaan saja dengan orang lain...?"
"Sure..., tapi acara seperti ini juga cukup mengerikan untukku...."
"Maksudmu..?"
"Kau bayangkan Dann, dipeluncuran buku ku nanti akan ada beberapa pemenang fansign yang akan berfoto denganku, belum lagi orang-orang diperusahaan, mereka menyentuhku bahkan tak sedikit yang meminta pelukan....." Asha menghembus kan asap sigaretnya lagi dengan kasar.
"Kau ketakutan....?" Dannis mengambil sigaret yang terselip dikedua jari Asha kemudian mematikannya. Ia raih Asha kedalam pelukannya. "Mulai sekarang tidak perlu takut lagi...."
Asha hanya menurut ketika tubuhnya ditarik kedalam pelukan Dannis. Bahkan ketika sigaret itu masih tinggal setengah, ia tak keberatan saat Dannis membuangnya.
"Tidak semua orang yang mendekatimu, ingin menyakitimu...."
"Mungkin..., tapi aku selalu begini...." Asha mengurai pelukan.
"Dan sigaret sebagai penenang...?" Dannis menyelipkan anak rambut kebelakang telinga Asha.
"Selalu...., bahkan kalau kecemasanku tak berhenti, aku minum..., dan semuanya akan terasa ringan ketika kesadarannku mulai turun...."
"Jadi selama ini....?"
"Um, Aku tak tau harus lari pada siapa, bahkan ketika aku ketakutan aku tak punya nyali untuk menyampaikannya pada orang lain...." Asha bekaca kaca. Dannis terus memainkan anak rambutnya, bersiap menyambut air mata yang mungkin akan tumpah. Lalu ia memeluk Asha sekali lagi, lebih erat lebih hangat dan ia kecup keningnya perlahan.
"Mulai sekarang lari lah padaku..." tercekat Danniz mengatakan kalimat itu. Seakan ikut merasakan penderitan Asha selama ini. Ia laki-laki, tak perlu menunjukkan air mata dan sekuat hati ditahannya.
"Banyak hal yang harus kita bicarakan, namun sebaiknya kita berangkat sekarang, ayo...." Dannis mengurai pelukannya kemudian menghapus air mata Asha yang akhirnya tumpah juga.
"Tunggu.." Asha mengambil sesuatu dari dalam clutch nya, permen.
_______________
Ratusan pasang mata dan sorot kamera menjadi pemandangan pertama yang mereka temui ketika tiba di sebuah mall kenamaan yang menjadi tempat berlangsungnya acara. Keluar dari dalam mobil keduanya langsung di sambut oleh beberapa pihak keamanan yang memang sengaja disiapkan.
Dannis menautkan jemari kejari Asha dan menuntun gadis itu melewati riuhnya suasana diluar bahkan sampai mereka masuk. Acara launching sepuluh menit lagi akan dimulai dan keduanya menempati tempat duduk yang sebelumnya sudah disiapkan.
Dannis duduk bersisian dengan Asha, memang sudah disetting demikian. Namun ia menyadari kalau duduk disebelah Asha memberikan kekuatan bagi gadis itu untuk menghadapi situasi ini.
Acara berlangsung sesuai protokol, dimulai dari launching novel ketiga Asha yang berjudul "Akut". Sinobsisnya bercerita tentang jatuh bangun sepasang kekasih yang berhasil menyatukan cinta mereka setelah melalui banyak rintangan. Perasaan keduanya yang terlampau akut terhadap masing-masing nya, membuat rintangan seolah bukan hambatan besar.
"Apa yang melatar belakangi anda sampai akhirnya tercipta novel ini...?" Salah seorang wartawan bertanya disesi tanya jawab.
"Cinta......, saya percaya banyak orang didunia ini bersatu karena mereka berhasil memperjuangkan cinta mereka. Dua puluh tujuh tahun saya belum pernah mengalami perasaan seperti didalam novel "Akut", mencintai dan dicintai dengan begitu hebat...., karena itulah saya akhirnya menuangkannya dalam sebuah cerita...."
"Dan sekarang anda akhirnya merasakan itu ? Setelah berkencan dengan Bapak Dannis Diandra ?"
Dunia seakan bergerak pelan bahkan nyaris berhenti ketika wartawan menanyakan itu. Asha mengalihkan pandangan nya kepada Dannis ketika pria itu menatapnya intens, seolah menunggu jawaban. Ratusan pasang mata serta sorot kamera pun serasa menuntut. Ayo jawab Asha....! Benarkah ia merasakan itu sekarang, sejak bertemu Dannis ? Bahkan hubungan mereka sekarang pun belum jelas. Satu yang pasti saat ini bahwa mereka menjalani kencan pura-pura.
Lalu apa arti moment demi moment yang terjadi belakangan ini. Mengapa ia selalu memikirkan Dannis lebih sering dan jantungnya seolah memompa lebih cepat ketika bersama dengan pria itu. Bisakah ia menjawab kalau ia merasakan hal yang sama dengan karakter di novel yang ia buat...?
"Ya....., saya beruntung ada Dannis dalam kehidupan saya..." lancar ia berucap sambil menatap Dannis yang tersenyum manis padanya. Kelegaan tercetak dalam senyuman itu.
____________
Ragu Asha ketika Daffa membentangkan tangannya lebar-lebar. Ia menoleh ke Dannis, dan pria itu mengangguk pelan. Akhirnya untuk pertama kali Daffa sang pemilik perusahaan penerbitan berhasil memeluknya.
"Sayangku...., kau tau sudah berapa pre order untuk "akut" ini...? Satu juta kopi.." Daffa berbisik ditelinga Asha disela pelukannya.
"Are you kidding me...?" Jawab Asha tak percaya.
"Im not kidding you,, Ashaaa....you're the best,, i love love u so much...." pelukan Daffa semakin kuat dan dia menghadiahi Asha kecupan dipipi kiri dan kanan.....
Dan diseberang sana ada seseorang yang tidak suka dengan adegan itu, meskipun awalnya dia yang mendorong Asha untuk berani ketika Daffa meminta pelukan.
*level sukanya mungkin sudah ditingkat akut...

KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Penakluk ( On Going )
RomantizmAkhirnya dengan perlahan kucium kembali Asha, penuh hasrat dan nafsu yang membara. Asha menutup mata perlahan sambil membuka mulutnya, membiarkamku masuk menjelajah semua yang ada didalamnya. Bibir atas, bawah, bahkan lidah kami saling bergelut, ber...