"Asha"
"Nona Asha...." Suara bas dan berat itu mengagetkanku hingga tanpa sengaja kepalaku yang sedang fokus menatap barisan kabel-kabel di mesin mobil membentur kap. "Au..." sedikit meringis sambil mengusap-usap kepalaku yang tertutup sweater, pemilik suara itu buru-buru meminta maaf.
"Oh, maaf..saya nggak bermaksud membuat anda kaget, sekali lagi im sorry..." aku menoleh pemilik suara itu, menatapnya pelan dan berusaha mengingat sesuatu, dan tak sampai sepersekian detik aku dapat mengenali kalau ia adalah Dannis Diandra, CEO Diandra Corp yang kutemui beberapa waktu yang lalu. Tidak seperti tampilan saat penanda tanganan kontrak kemaren, hari ini Dannis keliahatan sangat berbeda. Setelan sweater abu abu dengan bawahan jeans hitam serta sepatu kets warna senada ia kelihatan sangat muda. Sedangkan pada pertemuan terdahulu ia berpakaian formal layaknya pekerja kantoran pada umumnya. Ahhhh...kenapa aku malah memperhatikan penampilan pria ini ditengah situasi sulit ini. Mobilku tiba-tiba tidak bisa menyala entah kenapa. Aku baru saja keluar dari minimarket untuk membeli beberapa bungkus sigaret dan minuman soda karena persediaan dirumah sudah habis. Aku menurunkan maskerku. Tapi tunggu,,,, pria ini mengenaliku bahkan ketika aku menyamarkan diri dengan masker serta topi. Hm...
"Ohh, tidak apa-apa pak..." aku menjawab, seraya membungkuk tanda hormat kepada rekan bisnisku ini.
"Ngomong-ngomong,, mobil nona kenapa...?"
"Mmm..., ga tau juga nih pak...tiba-tiba ga bisa menyala..." aku tersenyum tipis sambil mengusap-usap tengkuk, menampilkan ekspresi bodoh mengingat tak mengerti apa-apa soal mesin.
"Aduh,, bagaimana ya..., sayangnya saya juga ga begitu paham soal kerusakan mobil,, mm...bagaimana kalau saya suruh montir saya kesini untuk memperbaiki..." ternyata dia tak lebih baik dariku, jadi kutepiskan rasa malu ini. Dia saja pria dewasa tak mengerti, apa lagi aku hanya perempuan yang tak punya kepandaian apa-apa selain menulis. Agak ragu dengan tawarannya mengingat tak ada alasan yang berarti sehingga ia harus menolongku disaat-saat seperti ini, tapi tak ada alasan juga untuk menolak.
Tak lama setelah ia menelpon, seseorang yang ia sebut montir datang. Seseorang itu membawa asistennya. Dengan telaten montir itu mulai mengotak-atik mobilku. Aku dan CEO itu berdiri tak jauh dari mobil sambil terus memperhatikan. Selang beberapa menit, salah satu dari mereka menghampiri kami.
"Pak, sepertinya ini akan memakan waktu lama, sebaiknya bapak dan teman bapak pulang saja dulu, nanti kalau sudah selesai akan saya hubungi...". Montir itu menyampaikan berita buruk padaku. Memakan waktu lama..? Pulang dulu...? Aku harus pulang diantar CEO ini..? Seketika tubuhku mulai bereaksi, memikirkan kejadian-kejadian yang bakal terjadi, Pak Dannis menawarkan mengantarku pulang ke apartemen..., Pak Dannis mencarikan taxi online,..tidak mungkin karena sekarang hampir jam dua belas malam..., pak Dannis.....,, ahkk aku menggeleng-gelengkan kepala mengusir pikiran-pikiran buruk yang mulai menguasai.
"Oh,, kalau begitu baiklah,, kabari saja saya ketika selesai,ok...?" Ia mengambil keputusan tanpa bertanya dulu padaku.
"Baik pak" montir tersebut kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Kalau begitu, nona Asha, saya akan mengantar anda pulang...."
"Eh.." aku menolehnya seraya menampilkan ekspresi sedatar mungkin, meski tubuhku bereaksi tak sedatar itu. Menolak tawarannya? Ingin !! Tentu saja!! Aku tak mau berdua saja dengannya, didalam mobil..., traumaku mulai muncul lagi. Ya Tuhan aku harus bagaimana...
"Yuk,, kita ambil dulu belanjaan anda, karena saya yakin anda pasti habis berbelanja..." dia berjalan kemobilku, bersiap membuka pintu belakang mobil, namun segera kutahan. Aku tak mau ia melihat barang-barangku, tepatnya aku tak mau ia melihat kalau aku habis belanja sigaret. Habislah aku kalau rekan bisnisku tau bagaimana aku yang sebenarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Penakluk ( On Going )
RomanceAkhirnya dengan perlahan kucium kembali Asha, penuh hasrat dan nafsu yang membara. Asha menutup mata perlahan sambil membuka mulutnya, membiarkamku masuk menjelajah semua yang ada didalamnya. Bibir atas, bawah, bahkan lidah kami saling bergelut, ber...