I Love U

53 2 0
                                    

.
.
.

Aku mengangkat tubuhnya yang ringan keatas ranjangku. Ia tak menolak dan bahkan terkesan pasrah. Gejolak nafsu sudah memenuhi setiap aliran darah kami. Aku merebahkannya dan memposisikan diriku diatasnya. Parasnya yang cantik membuatku semakin menggila,. Ya, aku menginginkannya sekarang. Perlahan aku mempersempit jarak hingga hidung kami bersentuhan. Dengan kedua tangan yang menjadi pertahanan agar tubuhku tak menimpanya, aku mulai mencium bibir merah merekah yang sedikit terbuka miliknya yang sangat menggoda. Dimulai dengan mengecup, kemudian perlahan menuntut lebih dalam. Merasakan setiap inchi nya tanpa melewatkan sedikitpun. Asha membalas ciumanku, menaruh kedua tangannya di kepala dan leherku. Lama kubermain dibibirnya hingga akhirnya kulepas karena kami perlu menghirup udara lebih banyak.

"Aku menyukaimu...." lancarku tanpa terbata sambil menatap matanya intens. Pegangannya dari leherku hampir terlepas, tapi cepat kucegah. Aku tau ia terkejut dengan kalimat yang kuucapkan. Meskipun selama ini aku menunjukkan ketertarikanku secara jelas padanya, namun aku belum pernah mengakuinya langsung. Namun hari ini ku tidak bisa menahannya lagi. Aku tergila-gila pada wanita yang dulu tidak masuk dalam kriteriaku.

"Aku menyukaimu Asha.., sangat..." ulangku sekali lagi sambil terus meminta jawaban melalui tatapanku yang tajam padanya.

"A...aku..." jawabnya terbata. Aku tau ia juga menyukaiku, dan aku dapat meerasakan itu. Asha tak pernah nyaman bersama orang lain kecuali denganku. Dan ia tak menolak saat aku menyentuhnya bahkan menciumnya barusan. Ia bahkan membalas ciumanku.

"I want u , now...." suaraku berat, pandanganku berkabut gairah tak tertahan. Kuperbaiki anak rambut yang menutupi keningnya, menyelipkannya dibalik telinga kemudian mengelus pipinya. Jantungnya kudengar berdetak kencang dengan dada naik turun memperkuat nafsu liarku.

Asha tak menjawabku, aku tak peduli. Kuciumi keningnya, pipinya, hidungnya, lalu turun kebibirnya yang ranum. Melumatnya perlahan,manis...

Asha mendongak ketika ciumanku turun keleher jenjangnya, dan akhirnya desah suaranya berhasil lolos dari mulutnya.

"Dannis...." paraunya.

"Emmm...." jawabku sambil terus menciumi lehernya tanpa ampun dan membuat tanda cinta disana. Sementara Asha tetap mendongak dengan mata terpicing dan kedua tangannya memegangi tengkuk dan kepala belakangku. Aku tau ia sama bergairahnya denganku.

"Asha, i want u now, please..." menyudahi ciumanku dan bertanya lagi padanya, sumpah demi apapun nafsuku sudah diubun-ubun.

Asha menatapku dengan kabut gairah yang sama dimatanya, dan beberapa detik sesudahnya..

"I'm yours..." pelannya namun masih bisa kudengar. Ia mengangkat tipis kepalanya dan menyatukan bibir kami berdua. Aku tersenyum dan tanpa ampun lagi kubalas ciumannya dalam dan penuh gairah.

Dan malam ini Asha menyerahkan miliknya yang paling berharga padaku. Aku senang karena menjadi laki-laki pertama yang menyentuhnya. Hanya aku kemarin, sekarang dan nanti. "Tolong perlahan, its the first time for me..." bisiknya sensual ditelingaku.

________

"Natasha Barvi"

Entah kenapa aku tak menolak ketik Dannis membawaku ke apartemennya. Dan disinilah aku, dikamarnya yang begitu luas, bersih dan rapi. Dannis menggendongku dan menempatkan tubuhku diatas ranjangnya. Wajah tampannya yang diselimuti gairah tepat berada dihadapanku.

"Aku menyukaimu," lancar mulut Dannis berbicara membuatku kaget dan tak mampu berkata-apa. Aku bukan wanita bodoh yang tidak mengetahui bagaimana perasaannya padaku. Aku tau Dannis menyukaiku, tapi tak kusangka ia mengatakannya saat ini.

Dannis menyibak rambut dikeningku dan menyelipkannya dibalik telingaku, sambil matanya menjelajah mataku, meminta jawaban. Dannis menciumku, seluruh wajah dan ceruk leherku. Aku tergoda....

Dan saat Dannis mengatakan kalau ia menginkanku sekarang, aku tak mampu menolak. Gairah sudah memyelimuti kami berdua.

________

"Author"

Dannis mengecup bibir berwarna pink yang dipolesi lipstik warna senada itu. Berawal dari ciuman ringan kemudian perlahan mulai liar. Asha membuka akses ketika Dannis menggigit ringan bibirnya dan ciuman demi ciuman panas tak terhindarkan. Sesekali keduanya berhenti untuk sekedar mengambil nafas, kemudian melanjutkan kembali. Tangan Dannis mulai menjelar ke lengan Asha, lalu kepunggung dan berakhir di relseting gaun merah kemudian menariknya perlahan. "Dannis, its the first time for me, tolong perlahan" bisik Asha ditelinga Dannis sebelum mereka akhirnya menghabiskan malam panjang penuh gairah itu.

Suara alarm diponsel perlahan mengusik tidur wanita yang masih  bergelung dibawah selimut. Ia mencari-cari dimana sumber suara tersebut dan akhirnya menemukannya diatas nakas. Dengan keadaan masih setengah sadar, Asha berusaha meraih ponselnya. Namun belum lagi ia berhasil mengambil ponselnya, seseorang lebih dulu darinya.  Menekan lama tombol on off nya dan menaruh kembali diatas nakas. Seseorang itu kemudian mengeratkan pelukannya pada Asha dan barulah kemudian Asha benar-benar rersadar.

"Ini hari minggu,, tidurlah lebih lama.." suara Dannis merdu tepat ditelinga Asha. Ya, pria itu memeluknya dari samping sementara Asha membelakanginya.

Asha hanya terdiam, pandangan nya lurus kedepan menatap dinding kamar yang polos tanpa ornamen. Teringat kembali oleh nya kegiatan mereka tadi malam, panas dan bergairah. Seketika wajah Asha berubah memerah. Ia bahkan terlalu malu untuk sekedar memutar tubuhnya menghadap Dannis.

Dannis tau Asha sudah bangun, dan ia juga tau kalau Asha mungkin merasa malu. Dibaliknya tubuh Asha perlahan, hingga kini posisi mereka saling berhadapan.

"Dannis... a..aku..." Asha tak bisa menyembunyikan wajah merahnya. Ia tak berani menatap Dannis dan mencoba memalingkan wajah. Ia terlalu malu.

Dannis yang melihat itu tersenyum. Gadisnya benar-benar sangat polos. "Apa yang kau pikirkan sayang...." sahutnya sambil menekan pelan pipi Asha agar tidak menoleh lagi.

Cup.  Dannis mencium kening Asha, perlahan dan lembut. 'I love u, Natasha Barvi..." kemudian dibawanya Asha kedalam pelukannya.

Asha tak menjawab ucapan cinta Dannis, namun ia membalas pelukan pria itu dan membenamkan wajahnya keceruk lehernya.

Cukup lama mereka berpelukan sambil saling  menghadiahkan ciuman, sebelum akhirnya Dannis menyudahinya dan kembali merangsek naik diatas Asha. "One more sayang..." katanya dengan nada manja serta kedipan mata menggoda.

"Dannissss nooo...., sakit tau nggak..!"

"I dont care"  Dannis tertawa dan penyatuan dua insan dimabuk asmara itu terulang lagi....

.
.
.

To be Continiued
 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sang Penakluk ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang