Author🌿
Dannis sibuk memeriksa dokumen-dokumen yang diserahkan oleh Rey sekretarisnya. Pagi ini pagi pertamanya terlambat kekantor semenjak ia menjadi direktur pemasaran sampai memegang tampuk kepemimpinan di Diandra Group, dan semua karena wanita itu, Asha. Rey memperhatikan bos nya yang sedang fokus membaca berkas-berkas didepannya dengan seksama, kesempurnaan tak terbantahkan menurutnya. Pintar yang dibuktikan dengan prestasi gemilangnya memimpin perusahaan, wajah tampan dengan proporsi tubuh sempurna idaman semua wanita. Baginya tak ada cacat satu pun yang bisa ia cari dari pimpinannya ini, tapi tidak untuk hari ini, sang bos besar datang kekantor pada pukul sembilan pagi, telat satu jam dan untuk pertama kalinya yang ia lihat selama bekerja sebagai sekretaris.
"Apa jadwalku nanti siang Rey..?" Pertanyaan Dannis membuyarkan lamunannya. Segera ia membuka tab dan menyentuh layarnya perlahan layaknya membuka lembaran catatan.
"Nanti siang bapak lunch dengan CEO Tiger Wood Company pak, sembari membahas kerja sama mengenai produk mereka yang akan kita pakai untuk project yang sedang kita plan, kemudian jam tiga mengunjungi Inovatife Ent, kita mau chek persiapan pembuatan iklan produk sambil melihat lokasi pengambilan gambar, sudah itu saja....."
"Batalkan semuanya, Rey..." Dannis menutup semua berkas-berkas didepannya. Nafasnya dihela panjang kemudian kedua tangannya ia taruh dibelakang kepala sampai menyentuh sandaran kursi. Rey dapat menangkap kalau bos nya itu tidak fokus dan tidak bersemangat pagi ini. Meski begitu, dua scedule hari ini cukup penting,, minimal satu lah, lunch dengan CEO Tiger Wood Company. Setidaknya Dannis harus menghadiri karena ini salah satu rekanan lama Diandra Group. Ingin rasanya Rey menceramahi bosnya itu namun lidahnya terasa kelu.
"Kenapa Rey...,, kau mau bilang kalau aku harus menghadiri setidaknya satu dari sceduleku siang ini....? Aku sudah bilang, batalkan semuanya dan buat scedule baru lagi ketika aku sudah perintahkan. Sekarang kembalilah keruanganmu dan bawa semua berkas-berkas ini,,mood ku tiba-tiba buruk....". Jlebb.., Dannis dapat menebak isi hati Rey rupanya. Tanpa berkata apa-apa dan hanya mengangguk paham, Rey mengambil seluruh file-file yang tadi diserahkannya dan membawanya kembali keruangan.
Masih dengan posisi yang tak berubah, Dannis memundurkan kursi kebesarannya kebelakang dan menaikkan kedua kakinya keatas meja persegi kebesarannya. Hari ini juga untuk pertama kali ia tidak fokus bekerja. Pikirannya tertuju pada rangkaian kejadian tadi malam sampai pagi penuh drama tadi. Apalagi part dimana ia dipergoki oleh Arvan sedang tidur dengan adiknya. Rasanya harga diri dan image positif yang ia bangun selama ini runtuh sudah. Namun yang membuat ia tak habis fikir adalah reaksi Arvan yang seolah bersyukur dengan kejadian ini, reaksi yang bertolak belakang yang biasa ditampilkan oleh seorang kakak yang melihat adiknya tidur dengan laki-laki yang bukan suaminya. Lazimnya orang itu akan marah-marah atau bahkan sampai memukuli, namun Arvan malah berterima kasih karena Dannis bersama adiknya dan secara tidak langsung mau membantu menghilangkan trauma masa lalunya.
Ngomong-ngomong soal trauma, Dannis cukup tertarik dengan kata yang meluncur dari mulut Arvan itu. Apa maksudnya...? Trauma....? Asha memiliki trauma..? Tapi trauma apa....? Hmmmm,, Dannis menampilkan raut wajah penuh tanda tanya,, kedua tangan yang semula ia tautkan dibelakang kepala, kini berpindah kedepan dengan kedua jempol ditautkan ke dagu dan jari lain ia tautkan ke hidungnya, pandangannya lurus menghadap pintu meski sebenarnya ia tak benar-benar menghadap kesana.
Lamunan disertai tanda tanya yang memenuhi kepalanya buyar ketika ponsel didalam saku jasnya bergetar. Dannis menurunkan kedua kakinya kemudian merogoh benda pipih dengan case hitam dove itu. Ada nama Judith tertera disana, dan Dannis dengan mengerutkan dahinya cukup kaget kenapa tiba-tiba temannya itu menelpon pagi-pagi, tak seperti biasa dimana ia lebih sering menghubungi Dannis ketika jam kantor usai, itu pnn hanya untuk mengajak pergi minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Penakluk ( On Going )
RomansaAkhirnya dengan perlahan kucium kembali Asha, penuh hasrat dan nafsu yang membara. Asha menutup mata perlahan sambil membuka mulutnya, membiarkamku masuk menjelajah semua yang ada didalamnya. Bibir atas, bawah, bahkan lidah kami saling bergelut, ber...