Ujian telah selesai dilaksanakan. Pembagian raport juga sudah dilakukan. Zoe mendapatkan peringkat 4.
Sekarang Zoe sedang bingung ingin meminta hadiah apa dari Alvarez, sejak kemarin ia terus menerus di tanya.
"Mau apa?"tanya Alvarez.
"Alvarez Mahardika nanti deh ya, gue bingung mau apa"kesal Zoe, tidak henti-hentinya Alvarez menanyakan itu.
"Ya udah ga usah"kata Alvarez, Zoe melotot.
"Eh udah janji Lo sama gue"Alvarez tidak menjawab.
"Daffa katanya mau kesini"ucap Zoe.
"Oh"
"Sama Febby sama Arkan juga"
"Oh"
"Eh Radit juga"
"Oh"Zoe menabok tangan Alvarez. "Nyebelin"
"Ayah besok mau ke luar kota"
"Oh"balas Alvarez acuh.
"Hah? keluar kota?"sambungnya menyadari sesuatu, Zoe mengangguk.
"Bunda juga besok keluar kota"kata Alvarez.Zoe menepuk pundak Alvarez, mereka berdua saling tatap. "Rez, Lo sepemikiran sama gue kan?"ucap Zoe pelan, Alvarez mengangguk tak yakin.
"Pasti mereka mau kencan, kita tinggal nunggu diberi tau, kapan tanggal nikahnya"Alvarez mengangguk lesu.
"Ga nyangka, mereka diem diem ada hubungan"Zoe menyandarkan kepalanya di sofa, Alvarez mengikutinya. Mereka menatap langit langit rumah, terhanyut dalam pikirannya masing-masing.
Lima menit tidak ada percakapan, suara brisik dari luar membuat Zoe dan Alvarez menegakkan badannya.
"ZOE BUKA PINTUNYA"Fix, ini suara teriakan Daffa. Zoe bangkit, membuka pintu rumahnya.
Daffa langsung menerobos masuk ke dalam, Radit yang datang bersamanya, ikut masuk ke dalam rumah. Nafas mereka tidak beraturan.
Bruk
Daffa dan Radit merebahkan badannya di karpet. Zoe duduk di sofa, menatap heran ke arah mereka berdua.
"Kalian berdua kenapa sih?"tanya Zoe.
"Lo tau, huh, gue sama, huh, Radit huh" mendengar Daffa yang ngomong tidak jelas karena nafasnya masih tersengal-sengal, Zoe menjadi gregetan."ZOELINE"di luar ada yang berteriak lagi, ini Febby, jika ada Febby pasti ada Arkan. Zoe membuka pintunya lagi. Mereka masuk.
"Lo berdua kenapa njir?"tanya Arkan.
"Tau tuh"sahut Zoe.Akhirnya Daffa merubah posisinya menjadi duduk, mengatur nafasnya. "Rez, ambil in minum gih"suruh Daffa seenaknya. Alvarez bangkit dari duduknya, tidak menolak.
Daffa salah, Alvarez ternyata tidak ke dapur, tapi berbelok ke kamarnya, Daffa menganga tak percaya, ia terlalu berharap banyak kepada Alvarez.
Zoe, Arkan, Febby, dan Radit tertawa melihat komuk Daffa. Karena kasian, Zoe menuju dapur membuat kan minuman untuk besperen.
"Nih"Zoe menyajikan minumannya.
"Jadi Lo kenapa daff, dit?"tanya Zoe.
"Gila nih motor Radit, ga mau gue pake motor Radit lagi"kata Daffa kesal, Radit melotot tidak terima.
"Tiba tiba mogok anjir"
"Dan Lo tau gimana kelanjutannya?"mereka semua menggeleng, kecuali Radit.
"Ada banci perempatan godain gue"mereka mulai tertawa, membayangkan ekspresi Daffa yang pastinya panik.
"EMANG DIA PIKIR, GUE COWO APAAN??"ujar Daffa sambil mengusap usap bajunya, yang tadi sempat tersentuh yang katanya banci perempatan.Arkan tertawa paling puas. Masih belum selesai, Daffa memperagakan apa yang dilakukan si banci perempatan itu.
"Mending kalo cewe, ini cowo bayangin, tiba tiba megang pundak gue terus bilang gini 'abang, kiw' "Daffa menirukan gaya bicara nya.
"Mana sambil ngedipin mata"sambung Radit."Terus Lo gimana cara kaburnya?"tanya Febby sambil memegangi perutnya yang sakit karena tertawa.
"Gue lari lah, motor Radit gue dorong sampe indoapril, Radit dengan seenaknya ninggalin gue, ga bertanggungjawab, orang motor dia, yang dorong gue"sewot Daffa.
"Ngeri banget sialan"Radit bergidik.
KAMU SEDANG MEMBACA
AlZoe [END]
Teen Fiction[BUDIDAYA KAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA,DAN JANGAN LUPA VOMENT] 'Al, I love you'-Zoeline 'Gatau diri, benci gue sama Lo'-Alvarez ___________________________ "Emang sekarang ga mau?"tanya Alvarez. "Ga mau apa?"Zoe bertanya polos. "Pacaran sama gu...