Chapter 33

2.5K 111 4
                                    

Zoe menuju ke parkiran nya dengan langkah pelan, otaknya panas karena berpikir keras. Tibanya diparkiran, ia melihat Alvarez sedang bersama Alisha.

"Al, ayo" ajaknya melirik Alisha sinis dengan senyuman devilnya.
"Kamu sama Rifqi dulu hari ini"ucap Alvarez kepada Alisha.
"Al, tapi Rifqi udah pulang"jawab Alisha pelan.
"Naik taxi ya"bujuk Alvarez.

"Iya Lo naik taxi aja, Alvarez hari ini milik gue, eh gak hari ini doang si selamanya, inget ya Alisha Cantika selamanya, mundur yuk bisa yuk, pelan pelan belajar melupakan Alvarez, takutnya nanti kalo Lo diputus in Alvarez, frustasi depresi mati, kan ga lucu atuh"kata Zoe dengan songong.
"Zoe"tegas Alvarez.
"Iya iya"balas Zoe pasrah.
"Eh tapi, cepet sana Lo cari taksi keburu sore ntar diculik om om, ih serem"lanjut Zoe.

Alisha menatap Alvarez penuh harap, berharap Alvarez mau mengantarkannya, bukan merepotkan atau apa tapi ini suasananya genting, ibu alisha sedang sakit dirumah.

"Gabisa Al, sorry"tolak Alvarez tak enak, Alisha menatap Alvarez kecewa, Zoe meledek Alisha dengan gerak bibirnya "mampus" katanya tanpa ada suara.

"Cepet"suara itu menginterupsi Zoe.

Zoe menaiki motor Alvarez, memeluk nya. "Bye Alisha, pinjem pacar Lo ya"ledek Zoe. Lalu Alvarez meninggalkan parkiran sekolah.

Herannya, Alvarez tak menolak pelukan dari Zoe. Zoe tak menyia-nyiakan kesempatan itu, ia hirup aroma tubuh Alvarez dalam dalam sampai memejamkan matanya, dagunya ia letakkan di bahu Alvarez. Satu kata yang mewakili perasaan Zoe satu ini, nyaman.

"Al, gue cinta sama lo"ucap Zoe pelan sekali, hanya dirinya dan tuhan yang tahu apa yang barusan ia katakan. Walaupun sudah beberapa kali ia mengucapkan kata itu di depan Alvarez, tapi untuk kali ini Zoe menyadari ia sudah jatuh sejatuh jatuhnya terhadap Alvarez, ia hanya berharap ia bukan hanya terobsesi untuk mendapatkan Alvarez.

Kenapa Alvarez tak menolak pelukan itu? Alvarez juga merasakan nyaman ketika ia dipeluk oleh Zoe, ia jadi bingung kepada dirinya sendiri.

Semenjak Zoe mencium kepalanya waktu itu, perasaannya jadi tidak menentu, bahkan ia yang tidak pernah menolak Alisha, tadi ia menolaknya, memang sangat aneh efeknya. Yang biasanya risih terhadap sentuhan Zoe, ia sekarang justru merasa nyaman. Ia harap apa yang berada di pikirannya salah, SALAH.

Sesampainya di rumah, Zoe melepaskan pelukannya dengan sedikit tidak rela. Ia masuk ke dalam rumah terlebih dahulu,dan langsung menuju ke kamarnya. 

Selesai berganti pakaian, ia mengecek ke kamar bunda, ternyata bunda sedang tidur, tidak berada di butiknya. Merasa pintu kamar dibuka bunda membuka matanya. "Maaf bunda, ga ngetuk pintunya dulu"ucap Zoe merasa bersalah.
"Iya gapapa sayang"jawab bundanya sembari bangkit dari tidurnya, dan mendekati Zoe yang berada tepat di pintu.

"Ayo ke ruang tengah" ajak bunda, Zoe mengangguk sembari tersenyum senang.

Mereka berdua duduk berdampingan, dengan bunda yang merangkul Zoe,dan kepala Zoe yang ia sandarkan di bahu bunda. Benar benar seperti pasangan anak dan ibu kandung.

"Gimana tes nya? Gampang?"tanya bunda perhatian.
"Gampang dong bunda, Hale kan belajar terus"jawab Zoe membanggakan diri, bunda tersenyum geli.

Alvarez ikut bergabung, duduk dihadapan mereka berdua. "Kalo Alva gimana? Gampang gak?"tanya bunda lembut.

Nah ini baru bunda yang Alvarez kenal, ucapannya yang lembut, tatapan matanya juga tidak tajam, tidak seperti saat memarahinya.

"Gampang Bun"jawab Alvarez singkat.
"Oh iya kamu bentar lagi ulang tahun nih, kamu mau apa?"tanya Bunda.
"Eh iya ya, cie Al bentar lagi 17 tahun"goda Zoe.

"Mau bunda kaya dulu lagi"jawab Alvarez dengan tatapan teduhnya, bunda merasa hatinya sesak mendengar permintaan anaknya ini.
"Al Al, bunda dari dulu kan emang kaya gini, ga ada yang berubah tau"ujar Zoe yang tak tahu kejadian sebenarnya.

Bunda masih belum mengeluarkan suaranya hingga beberapa saat. "Bunda ke kamar dulu deh, masih ngantuk"pamit bunda, Zoe mengangguk.

Tinggallah Zoe dan Alvarez diruang tengah, keduanya juga terdiam, Zoe menatap Alvarez.

"Al kamu tau gak? Aku suka sama kamu"kata Zoe seperti biasa yang ia ucapkan.
"Tau"jawab Alvarez singkat.
"Cie Alvarez Mahardika, ada yang suka nih"goda Zoe membuat Alvarez jengah.

Tiba tiba handphone Zoe berdering.
"Ha?"ucap Zoe malas.
"Idihhh, cepat ayo maen"ajak seseorang disebrang sana, seseorang itu adalah Daffa.
"Main mulu ih, belajar"nasihat Zoe.

Daffa berdecak. "Ya udah ayo main sambil belajar kaya anak TK"katanya.
"Yaudah bentar gue ijin sama bunda dulu"balas Zoe.
"Oke sip, nanti Arkan yang jemput ya",dengan cepat Zoe menyahut. "Ga, Arkan ga mau sama gue, gue naik taxi aja deh gampang"

"Yaudah terserah Lo, pulangnya gue anter dan ga ada penolakan" setelah mengatakan itu sambungan telepon dimatikan sepihak oleh Daffa.

"Al aku mau keluar, nanti bilangin sama bunda ya"pinta Zoe.
"Bilang sendiri"jawab Alvarez.

Zoe mengangguk dan bangkit dari duduknya, menuju ke kamar bunda.

Tok tok
"Bunda maaf Hale ganggu, tapi Hale mau izin main sama temen"ucap Zoe tanpa membuka pintu.
"Hale jangan terlalu sering main, udah beberapa hari ini Hale keluar terus, temen kamu Febby kan? Suruh kesini aja, bunda juga mau ketemu"balas bunda dari dalam.
"Ini terakhir deh Bun"Zoe masih tetap bersikukuh.
"Ga boleh sayang, nanti kalo ayah kamu tau, nanti dikiranya bunda ga ngurusin kamu jadi kamu ga betah di rumah"kata bunda.

Zoe pasrah. "Yaudah bunda, Hale izin bawa temen Hale kesini"
"Iya silahkan"

Sembari jalan keruang tengah, Zoe menghubungi Daffa.
"Daff, gue ga boleh keluar sama bunda"ucap Zoe sedikit merengek.
"Kasian, ya udah selamat menikmati hari di rumah"ledek Daffa.
"Daff ih, Lo sama yang lain aja kesini"kata Zoe.
"OGAH"dengan cepat Daffa menolak.

"Terus kalian main gue ga diajak?"tanya Zoe kesal.
"Iyalah"jawab Daffa sambil tertawa menyebalkan.
"Gamau tau, kalo kalian ga mau kesini, gue ga mau sama kalian lagi ya, mengundurkan diri dari besperen"ancam Zoe.
"YA UDAH IYA"sahut Daffa tak santai, Zoe tersenyum kemenangan, dan mematikan sambungan nya.

Zoe duduk di samping Alvarez dan menyandarkan kepalanya di bahu Alvarez. Kali ini Alvarez juga tak menolak. "Al, aku tanya serius nih, kamu mau kado apa dari aku? Ini kan ulang tahun yang spesial sweet seventeen hanya satu kali dalam hidup, jadi kadonya juga harus spesial"Zoe bertanya.

"Kalo gue mau Lo pergi dari hidup gue sama bunda gue?"tanya balik Alvarez, Zoe merubah posisinya menjadi duduk tegak, tapi Alvarez meletakkan kepala Zoe lagi di bahunya.
"Gimana bisa?"ulang Alvarez dengan suara rendahnya.

Dengan lantang Zoe menjawab, jawabannya juga sudah terpikirkan dari sebelum sebelumnya. "Bisa dong, kan aku bilang semua yang kamu mau di ulang tahun kali ini aku turutin, termasuk permintaan kamu itu, gapapa, aku udah kenal sama bunda selama ini juga seneng banget akhirnya tau rasa kasih sayang dari seorang ibu, terus aku juga beruntung kenal kamu, aku jadi tau rasanya jatuh cinta"ucap Zoe sambil tersenyum manis, dengan kepalanya yang masih di tahan di bahu Alvarez.

Alvarez menjauhkan tangannya dari kepala Zoe. "Oke gue pegang omongan Lo"kata Alvarez.

"Tapi ada syaratnya, sebelum hari ulang tahun kamu, kamu izinin aku ngelakuin apapun yang aku mau, tenang Al cuma 5 hari kan? Setuju?" Alvarez mengangguk mantap.
"Setuju" Zoe mengeluarkan smirk nya tanpa diketahui Alvarez.

"ASSALAMU'ALAIKUM ALVAREZ, GUE DAFFA MAU MAIN SAMA ZOE"teriak Daffa dari luar.

»»»»»♪«««««

HOLLA!!!!

WELCOME BACK

JANGAN LUPA PENCET BINTANG, RAMEIN KOMEN JUGA

OKE SEKIAN, BYE BYE!!

AlZoe [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang