-----------------------------------------------------
Arak-arakan kerajaan yang mengantar putra mahkota dilakukan secara meriah. Pengawal yang menjaga diatur berlapis-lapis, baik di depan maupun di belakang. Sama sekali tidak ada celah bagi seseorang yang sekiranya berniat jahat untuk menyerangnya.
Rui berada di depan memimpin barisan pengawal yang tak jauh dari Tang San. Dengan gagah, lelaki itu duduk di atas seekor kuda hitam yang kokoh. Wajahnya berseri tatkala melambaikan tangan pada rakyat yang menyaksikan di sekitar mereka.
"Jendral Rui tampan sekali!"
"Kudengar dia calon menantu raja."
"Benarkah?"
"Yang akan dinikahinya itu adalah putra mahkota yang di sana."
"Wah, betapa beruntungnya putra mahkota itu. Aku jadi iri."
Itulah bisik-bisik rakyat yang mengiringi perjalanan arak-arakan kerajaan. Rui mendengus senang mendengarnya. Sesekali ia akan menoleh ke belakang tempat Tang San duduk di atas kuda lainnya.
Jika Rui sangat bersemangat, Tang San sebaliknya. Ia tidak menyukai acara seperti ini namun tak bisa menolak. Acara pengangkatannya berjalan dengan lancar. Sebenarnya sampai tadi Tang San masih berharap ada yang datang mengacau acaranya. Katakanlah dirinya memang bodoh karena berharap pada hal yang mustahil, seperti Xie Yun akan datang untuk memberontak dan membunuhnya. Di dalam pikirannya, ia tahu bahwa Xie Yun sudah mati. Tapi sikapnya yang seperti ini sama saja ia menolak kenyataan tersebut.
Terbangun setelah tertidur tujuh bulan, Tang San merasa baru kemarin kejadian itu berlalu. Bahwa kini semuanya telah berubah, ia tidak bisa memandangnya sebagai realita. Serta dirinya yang sekarang menjadi putra mahkota ...
"Putri, jangan terlalu maju, sangat berbahaya." Lisheng menarik tangan Shaoning yang hendak melangkah ke depan untuk bisa melihat Tang San.
Shaoning melepaskan tangan suaminya, "Aku hanya ingin melihatnya lebih jelas."
"Tunggu saja di sini. Sebentar lagi rombongannya akan tiba."
Namun, Shaoning tidak mau mendengarnya dan malah menerobos khalayak ramai. Ia maju mendekati arak-arakan. Lisheng mengikutinya dari belakang.
* * *
Xie Yun masih memotong kayu untuk keperluan dapur di halaman belakang Xiang Rujia (nama rumah bordil) saat Liulang memanggil dan mengajaknya untuk melihat arak-arakan.
"Kau tidak ingin melihatnya?"
Xie Yun mendirikan sebatang kayu dan membelah dengan kapaknya, "Tidak." jawabnya singkat
"Kau takut tidak bisa mengendalikan amarahmu, bukan?"
Xie Yun membelah kayu berikutnya. "Aku tidak tertarik."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FALLEN PRINCE ✓
FanfictionTang San tidak mau dijodohkan. Ia mencari cara untuk menemui Xie Yun, pangeran yang dijodohkan dengannya. Ia bahkan menyamar menjadi putri untuk menemuinya karena ternyata Xie Yun adalah guru tuan putri. Namun, takdir berkata lain. Keduanya malah s...