TAH - 13

5.9K 406 6
                                    

Happy Reading ✨️

***

“Zaky,” panggil Gavin.

Mendengar suara berat yang berasal dari belakangnya, Zaky menoleh dan bertanya tanpa suara. “Apa?”

Ck, nggak usah lebay. Biarin aja Daddy tidur sama Mommy, ‘kan katanya kamu mau punya adik,” ucap Gavin. Lalu setelah berkata seperti itu, ia menarik Zaky agar melepaskan pelukannya terhadap Cira.

Zaky menatap bingung wajah Gavin, kemudian bergantian melirik Redyna, Cira, dan Adam yang mulai menyanggahkan kaki kanan di atas kaki kiri. Setelahnya, bibir Zaky mencebik kesal ke arah Gavin, sedangkan Gavin membalasnya dengan wajah datar.

“Tapi kasihan sama Mommy, Kakek,” ujar Zaky lalu pandangannya beralih ke arah Adam. “Daddy!” panggilnya.

Adam naikkan sebelah alisnya seolah bertanya kenapa dirinya dipanggil dengan nada yang teramat garang khas Zaky. Tidak ada kesan takut saat melihat bocah itu marah, yang ada terlihat lucu saat melihatnya. Adam menangkap sinyal dari sang Papa untuk diam dan tidak menanggapi Zaky, tapi ia yang penasaran tak menghiraukan Gavin.

“Daddy tuh seharusnya kas—kyaaa ... lepasin Zaky!” Dalam sekejap tubuh kecilnya telah diangkat oleh Gavin. Zaky memberontak minta diturunkan, tapi Gavin abai dan malah membawa tubuh kecil itu pergi dari sana. Semakin lama, Gavin semakin kesal dengan kelakuan bocah lincah ini.

Sebelum mengikuti suaminya, Redyna menatap anak dan menantunya secara bersamaan. “Adam, coba kamu belajar supaya cara tidur kamu tuh nggak usah grasak-grusuk. Kasihan Cira. Cukup Papa kamu aja yang ngerasain gimana nggak enaknya ditimpa beban berat pas lagi enak-enaknya tidur.”

“Ya udah, kalau gitu Mama balik dulu,” ucap Redyna melanjutkan, kemudian beranjak pergi menuju kamarnya—menyusul Gavin dan Zaky.

Cira mengembuskan napasnya, memutar tubuh dan bersedekap ke arah suaminya yang masih belum mengubah posisi duduknya. “Ambil wudu sana,” ujarnya.

“Kamu nyuruh saya?” Adam menaikkan sebelah alisnya.

“Iyalah, emang di kamar ini ada siapa lagi kalau bukan cuman kita berdua doang.”

Dengusan Adam terdengar di telinga Cira, pria itu kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur, tidak memedulikan sang istri yang wajahnya sudah memerah. Adam benar-benar keterlaluan dan pemalas. Jika dibiarkan begitu saja, maka waktu subuh akan cepat habis dan pria itu tidak bisa melaksanakan salat subuh untuk hari ini.

Tuhan, dosa apa yang dimiliki Cira sampai-sampai memiliki suami yang begitu malas seperti Adam ini?!

Cira mendesah lelah sebelum mendekati Adam yang mungkin sudah kembali ke alam mimpinya. Mulutnya sudah mengambil ancang-ancang untuk berteriak di depan telinga pria itu secara langsung, tapi Cira seketika ragu melakukannya, ia takut mengganggu mertuanya dan pastinya mereka akan kembali menyambangi kamar Adam.

Pada akhirnya gadis itu memilih untuk mengapit hidung bangir milik Adam yang seketika langsung membuat suaminya kesusahan bernapas dan berakhir menepis tangannya dari sana.

“Kamu tuh bener-bener, ya, Cira! Kalau saya beneran mati, gimana?! Saya juga ogah ngasih kamu harta pas saya udah meninggal nanti!”

“Nggak usah ngomongin mati dan harta. Mending Om ambil wudu terus habis itu salat subuh,” ucap Cira. kemudian menarik tangan kekar Adam dengan susah payah dari posisi tidurnya.

“Nggak usah pegang-pegang saya!” marah Adam, lantas ia kembali menepis tangan Cira secara kasar yang membuat tangan istrinya itu terbentur meja nakas. “Saya bisa sendiri!” Selepas mengatakan itu, Adam beranjak menuju kamar mandi dan meninggalkan Cira yang sedang meringis nyeri memegang tangannya.

The Angry Husband [Completed - Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang