TAH - 26

4.5K 379 1
                                    

Happy Reading ✨️

***

"Wow, gue masih nggak nyangka sama Bang Adam. Ternyata seleranya anak kecil kayak lo gini, gue kira emang karena muka lo yang baby face jadi kelihatan muda, eh malah beneran muda. Nggak sesuai sama pemikiran otak gue sih. Cira, nama lo Cira 'kan?"

Cira mendengus kala pemuda yang diketahui bernama Kiran itu sampai rela menyusulnya ke halaman belakang dekat kolam renang. Laki-laki itu juga begitu sampai langsung melontarkan ucapan yang sedikit kurang sopan untuk ukuran orang yang baru dikenal.

"Tanya aja sama Bang Adam-nya lo itu, kenapa seleranya kek gue gini," balas Cira melirik sinis pada Kiran yang ikut duduk di gazebo, tepat di sebelahnya.

"Baperan amat lo sama omongan gue tadi. Gue tuh cuman kaget dan nggak nyangka aja kalau ternyata istrinya Bang Adam alias lo itu masih sekolah. Gue kira lo masih kuliah bukan anak sekolahan."

"Gimana gue nggak baper, brengsek. Dari omongan dan nadanya aja, lo kek ngerendahin gue banget, sat. Mending cukup diem, nggak usah ngomong apa-apa. Apalagi tadi lo dateng-dateng langsung ngomong kek gitu. Padahal ini pertemuan pertama, tapi gue dibikin emosi gara-gara lo, keran."

Kiran tertawa kencang ketika Cira berbicara dengan emosinya yang naik turun, tetapi tawa itu langsung hilang ketika namanya diubah secara sembarangan oleh Cira. "Keran, keran, nama gue Kiran! Mama dan Papa gue sampe tujuh hari tujuh malam nggak tidur cuman buat nyari nama yang bagus, lah lo main ngubah gitu aja. Berdosa, lo!"

Decakan yang berasal dari Cira terdengar, gadis itu menoleh ke arah Kiran dan kemudian menunjuk wajahnya sendiri. "Lihat muka gue, lo pikir gue peduli? Nehi, ya."

"Untuk ukuran seseorang yang baru pertama kali ketemu, ternyata lo cukup asyik diajak ngobrol ya, Ci. Cewek tuh kalau diajak ngobrol yang pertama kali kek gini biasanya dia malu-malu dan terkesan nggak mau," ujar Kiran. Bibirnya kembali membentuk sebuah senyuman yang membuat wajahnya menjadi lebih tampan. "Gue minta maaf kalau omongan gue salah. Tapi balik lagi, gue 'kan nggak tahu apa-apa tentang pernikahan lo dan Bang Adam, ya jadi di sini sih sebenernya gue nggak bener-bener salah dong?"

"Ck, kalau gengsi buat minta maaf mah mending nggak usah. Gue juga nggak butuh maaf dari lo, nggak guna, nggak bisa digadein juga."

Lagi dan lagi, Kiran dibuat tertawa oleh gadis yang merupakan istri dari Adam. Kedua tangan yang bersedekap, wajah cemberut, dan bibi mungil yang mengerucut, lihatlah Cira yang mampu membuat Kiran tidak bisa menghentikan tawanya. "Emang nggak bisa digadein. Lo tahu, apa yang bisa digadein?" tanyanya.

"Sorry, gue nggak minat buat ngedengernya." Cira mengibaskan tangannya, wajah manisnya melengos dan lebih memilih melihat bunga mawar putih milik mama mertuanya.

"Sombong amat lo," balas Kiran mendengus. Mata tajamnya menatap lurus ke depan untuk beberapa saat. "Omong-omong, lo kelas berapa, Ci? Please, jawaban lo jangan sampe bikin gue jantungan nantinya."

"Kadang gue kasihan sama anak muda kek lo gini, Ran. Masih muda udah penyakitan, penyakit jantung, lagi. Apa kabarnya kalau nanti lo tiba-tiba dikagetin? Langsung wafat di tempat kali, ya?" ucap Cira ikut menatap ke depan seperti Kiran, lebih tepatnya pada kolam renang yang menjadi objek penglihatan mereka berdua. "Gue udah kelas tiga SMA. Bentar lagi juga lulus."

Kiran mengangguk. "Nanti mau lanjut kuliah?"

"Mana gue tahu."

"Lo nggak minat kuliah pas lulus nanti?"

"Mana gue tahu."

"Oh, atau lo mau kerja untuk cari-cari pengalaman?"

"Mana gue tahu, Kiran. Bawel amat sih, lo! Kita ini sebenernya lagi ngobrol atau lagi wawancara kerjaan? Heran banget gue sama lo, deh."

The Angry Husband [Completed - Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang