Happy Reading ✨️
***
“Hanjing?” tanya Erza tampak bingung sembari melepaskan tangan Cira yang memeluknya. Seharusnya anjing bukan Hanjing, batinnya.
“Hadi anjing,” jawab Cira dengan tangan yang mencengkeram erat kedua sisi pinggang mantan kekasihnya.
“Hadi? Hadi temen gue, maksud lo?” Erza mendengus kala merasakan anggukan di bahunya. “Ada masalah apa lo sama dia? Oh nggak ... gue yakin, pasti lo yang bikin masalah sama dia duluan. Ya ‘kan? Ngaku nggak lo?!”
“Nggak, Erza. Dia duluan yang ngeganggu gue!” bantah Cira. Memang pada kenyataannya Hadilah yang memulai semua ini, karena laki-laki itu dengan tiba-tiba merangkul bahunya, padahal saat itu Cira sedang termenung memikirkan sesuatu di otak cerdasnya, tapi Hadi malah mengejutkannya.
Sialan memang si Hadi!
“Gue nggak percaya,” ucap Erza dengan pandangan lurus ke depan, menatap Hadi yang berjalan menghampirinya dengan ekspresi kesal yang kentara sekali di wajah laki-laki itu.
Hadi bersedekap saat berdiri di hadapan sahabat sejatinya sejak TK. Matanya menyorot tajam ke belakang tubuh Erza, lebih tepatnya ke arah Cira yang sedang bersembunyi dan tidak merasakan kehadirannya di sana.
“Keluarin mantan annoying lo sekarang, Er! Kasih tahu dia kalau gue udah ada di depan mukanya. Kurang ajar sekali mantan lo ngatain gue ODGJ, dia pikir gue udah gila, huh?!” murka Hadi dibuat-buat.
Erza tersenyum miring ketika mendapat sinyal rahasia dari Hadi. Tangannya segera mencekal lengan Cira saat gadis itu ingin melarikan diri lagi. Mungkin sedikit menjahili mantan kekasih sekaligus kakak iparnya di pagi hari cukup menarik, pikir Erza.
“Lepasin gue, Er,” bisik Cira. Wajahnya kembali ia sembunyikan di bahu Erza setelah mengintip sebentar pada Hadi. Cira terus mengumpati kedua laki-laki ini yang seolah mempunyai dendam terhadapnya.
Cira kembali berusaha melepaskan tangannya dari cekalan Erza, akan tetapi mantannya itu malah semakin mengencangkan cekalannya yang membuat ia meringis. Ini sudah keterlaluan! Pada akhirnya Cira memilih menarik paksa tangannya dan berhasil terlepas dari cekalan mantannya itu.
Ringisan nyeri keluar dari bibir gadis itu. Melihat kakak iparnya yang tengah meringis, Erza dibuat bersalah saat matanya tidak sengaja menemukan bekas cekalannya di tangan Cira, walau terlihat samar-samar bahkan hampir tidak terlihat.
Lantas Erza segera memegang tangan Cira dan menariknya pelan untuk mendekat, melihat lebih jelas hasil dari cekalannya tadi. Benar saja, meski hanya terdapat warna merah yang terlihat samar, tetap itu adalah hasil dari perbuatannya.
Sebelum meminta maaf, laki-laki itu menghela napas pelan. “Ci, sorry ... tadi gue sengaja,” sesalnya.
Erza heran dengan dirinya sendiri, tidak biasa-biasanya ia seperti ini. Apalagi kepada Cira—mantan kekasih taruhannya yang sebelumnya tidak ia kenal sama sekali. Mungkin karena sekarang Cira adalah bagian dari keluarganya yang merupakan istri dari Adam—abangnya, Erza jadi merasa bersalah telah menyakiti gadis itu.
“Sampe merah kayak gini, Ci. Maafin gue, ya, pasti sak—“ Erza menghentikan ucapannya saat tidak sengaja melihat sebuah lebam yang sudah tampak pudar. “Apa ini?” tanyanya menuntut penjelasan kepada Cira. Erza memblokir jalan gadis itu ketika merasakan Cira akan kabur dan menolak memberinya penjelasan terkait lebam yang letaknya tidak jauh dari garis cekalan yang berasal darinya.
“Jawab gue, Cira! Ini lebam apa? Dari mana lo dapet lebam ini? Jawab!” Erza naik pitam karena tidak mendapat jawaban dari pertanyaan sebelumnya. Pikiran laki-laki itu langsung tertuju kepada abangnya—Adam, tiba-tiba saja otaknya langsung berpikir bahwa lebam ini berasal dari Adam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Angry Husband [Completed - Revisi]
Roman d'amour[Yuk, follow dulu akun ini sebelum membaca] * Sequel 'Gavin Is My Husband' * Disarankan untuk membaca 'Gavin Is My Husband' terlebih dahulu. 📢 𝗝𝗶𝗸𝗮 𝗸𝗮𝗹𝗶𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗻𝗲𝗺𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗰𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗲𝗿𝘂𝗽𝗮 𝗱𝗮𝗻 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝘀𝗲𝗽𝗲𝗿𝘁�...