TAH - 5

9.2K 485 2
                                    

Happy Reading ✨️

***

“O-om?” cicit Cira. Gadis itu tidak menyangka, bahwa yang ada di sebelahnya sekarang ini adalah pria dewasa yang tadi ditemuinya dengan tidak sengaja di taman. Bahkan saat ini dengan nakalnya, mata Cira tidak sengaja melihat pahatan tubuh bagian atas pria itu.

Susah sekali rasanya mengalihkan pandangan mata dari objek yang terlihat begitu menggiurkan. Cira menelan ludahnya dengan keras, lalu mendongak menatap pria itu, walau ia sebenarnya sangat enggan untuk mengalihkan tatapannya dari pahatan maha sempurna. “Om kok ada di sebelah aku? Apa aku udah meninggal dan sekarang lagi ada di surga? Tapi kenapa bisa?” Cira dengan sangat jelas mendengar decakan kesal dari pria yang sedang bertelanjang dada itu.

“Yang seharusnya nanya tuh saya. Kenapa kamu bisa ad—“

“Bangun kamu, Dam! Papa ingin memastikan sesuatu!” perintah Gavin yang membuat Adam menghentikan ucapannya.

“Mastiin apa?”

Bukan Adam yang menyahut, melainkan Cira yang menyahuti Gavin. Gadis itu entah polos atau begitu bodoh, sebab Cira tidak sama sekali merasakan aura yang begitu gelap di sekitarnya. Bahkan Cira tak sadar, jika ada beberapa orang yang berada di sana. Mata bulatnya menatap Gavin tanpa berkedip, menanti jawaban dari pria paruh baya yang menurut Cira masih tampan di usianya yang mungkin seusia dengan bapaknya atau bahkan lebih?

“Goblok!” Erza memaki kecil, rasa-rasanya ia ingin mencekik leher mantan anjloknya itu.

“Saya nggak ngomong sama kamu,” tekan Gavin dan kembali menatap anak sulungnya. “Bangun, Adam!”

Adam menurut, ia berniat bangkit dari tempat tidur dan pria itu pun merasa tidak ada salahnya untuk melaksanakan perintah dari Gavin. Tapi, baru akan menyibak selimut tebal, sebuah tangan kecil mencekal lengannya dan bisikkan yang diberikan oleh gadis itu membuat jantungnya berdegup kencang.

“Jangan bangun, Om. Soalnya Om nggak pake apa-apa di balik selimut itu.”

Merasa tidak percaya dengan bisikan Cira, Adam mengangkat selimutnya dengan pelan untuk memastikan. Ternyata benar dengan apa yang dibisikkan oleh gadis itu, perlahan kepalanya menoleh ke sebelah. Apa yang dilihatnya barusan, membuat Adam menjerit.

“TUTUP MATA KAMU, CEWEK MESUM!!!”

Tubuh Erza mulai oleng, laki-laki itu bersandar pada tembok di belakangnya. “Gue nggak bisa berkata-kata lagi, Ci.”

Kini mereka semua telah berkumpul di ruang tengah milik keluarga Zhafir. Posisi duduk Cira berada di tengah-tengah antara Erza dan Adam. Suasana di sana begitu hening tidak ada satu pun yang mengeluarkan suara, kecuali isak tangis milik Zaky yang berada di pangkuan Adam. Sebab anak itu tidak ingin jauh-jauh darinya.

Cira sedikit menggeser duduknya mendekati Adam, tapi bisikkan dan cubitan kecil dari arah kirinya membuat gadis itu urung. “Mau ngapain lagi lo?” bisik Erza.

“Bukan urusan lo, Er,” balas Cira. Gadis itu mendekati Adam dan bertanya pada pria itu. “Ini anak Om, ya?”

Masih menenangkan Zaky yang menangis, Adam menoleh dan menatap datar gadis pembawa masalah untuknya. “Bukan urusan kamu!”

The Angry Husband [Completed - Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang