TAH - 10

8.6K 475 2
                                    

Happy Reading ✨️

***

Cira menatap rumah yang ada di hadapannya ini dengan mulut terbuka, suaminya bahkan harus menutup mulutnya berulang kali.

“Biasa aja ngelihatnya, nggak usah kayak lagi ngelihat pintu neraka,” ujar Adam.

“Beneran deh, Ci. Kalau mulut kamu terus ke buka kayak gitu, lama-lama saya jijik ngelihatnya. Air liur kamu entar ujung-ujungnya keluar juga,” sambung pria itu.

Menolehkan kepalanya ke sebelah, lantas Cira membalas ucapan Adam, “Aku kaget, Om. Kenapa juga harus bawa aku ke sini?”

“Sebagai seorang suami, saya nggak mau punya istri yang durhaka sama kedua orang tuanya sendiri. Mangkanya saya bawa kamu ke sini.”

“Tapi Om, aku belum genap sebulan ninggalin rumah.” Sepertinya Cira akan memulai suatu perdebatan dengan Adam.

“Emang harus satu bulan dulu, baru bisa berkunjung ke rumah orang tua?” tanya Adam gemas.

“Ya nggak juga sih. Tapi ini tuh kecepetan, Om,” jawab Cira yang kembali menatap rumah milik kedua orang tuanya. Pantas saja tadi ia mendengar kata ‘Mommy’s parents’ ketika Zaky bertanya pada suaminya. Meskipun bahasa inggrisnya tergolong buruk, tapi Cira masih dapat memahaminya sedikit-sedikit.

“Ci—“

“Ayo, Daddy, kapan kita masuknya? Aku udah pegel nih,” rengek Zaky. Anak itu berhasil menghentikan perdebatan mommy dan daddy-nya.

Cira mengembuskan napasnya dengan perlahan, lalu ia mengajak Adam dan Zaky untuk masuk ke dalam rumah. Cira tahu jika pintu rumah tidak terkunci, oleh sebab itu ia segera masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Baru, ketika sampai di ruang tengah, gadis itu mengucapkan salam dengan sedikit kencang. Agar Fahmi dan Indah dapat mendengarnya.

Tak lama kemudian datanglah Indah yang keluar dari salah satu pintu kamar dengan sebuah tulisan ‘kamar istri SAH-nya Jaehyun’. Jelas sekali bahwa itu adalah kamar Cira yang ditempatinya dulu.

“Duh ya ampun, anak Mama kapan datengnya?” Indah mendekati anak dan menantunya. Dengan sigap, Cira meraih tangan mamanya dan menyalaminya, begitu pun yang dilakukan Adam.

“Baru aja kok. Ini nih, menantu Mama katanya kangen, mangkanya ngajakin ke sini,” balas Cira. Lewat ekor matanya, gadis itu menggoda sang suami.

“Oalah ....” Indah tersenyum, tangannya mengelus bahu sang menantu. “Gimana kabar kamu, Dam? Sehat? Mama, Papa, dan adik-adikmu juga sehat semua ‘kan?”

Alhamdulillah, sehat.”

“Syukurlah kalau begitu.” Selepasnya, Indah mengajak keluarga kecil itu untuk berpindah ke sofa, agar lebih enak jika berbincang. Wanita paruh baya itu juga menawarkan camilan-camilan yang ada di atas meja pada anak dan menantunya.

“Mama sampe nggak sadar lho. Ini yang kecil namanya Zaky, bukan? Mama lupa-lupa inget soalnya,” tanya Indah mencolek-colek tubuh Zaky yang tengah bersembunyi dipelukan sang Daddy karena malu.

“Iya,” jawab Adam apa adanya, tanpa ada niat untuk berbasa-basi atau apa.

“Kamu nggak mau sapa Grandma dulu, Za?” Adam bertanya pada anaknya yang masih enggan untuk melepaskan pelukannya.

The Angry Husband [Completed - Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang