TAH - 4

8.1K 505 6
                                    

Happy Reading ✨️

***

Pria itu tersenyum di tengah-tengah tidurnya, ia mengubah posisi tidur agar terasa lebih nyaman. Tangan kekarnya memeluk erat guling yang ada di dekapannya, dan sesekali wajahnya menggesek di guling tersebut. Di dalam mimpinya ia berpikir, apakah mamanya mengganti gulingnya dengan guling baru? Jika itu benar, maka ia pun akan berterima kasih kepada mamanya nanti, yang telah membuat tidurnya senyenyak ini.

Wajahnya kembali menggesek pada guling yang ia peluk, pria itu merasa gulingnya sangat empuk, lembut, dan hangat. Karena itu membuat ia lebih nyaman dalam menjelajahi alam mimpi. Tidak biasa-biasanya pria itu akan menghabiskan waktu tidur siangnya sampai lebih dari satu jam. Bahkan kini ia belum menyudahi tidur siangnya, entah sudah berapa jam yang digunakan untuk tidur siang kali ini.

“Dia bener-bener pulang ke rumah ‘kan, Pa?” tanya seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik di usianya.

“Emang dia mau tinggal di mana lagi? Dia ‘kan belum punya rumah, ya udah pasti kalau dia bakalan pulang ke sini.” Suami dari wanita paruh baya itu menjawab. “Sssttt ... tidur lagi aja, Za, kalau kamu masih ngantuk.” Tangan yang masih terlihat kekar itu mengelus naik turun punggung anak kecil yang ada di gendongannya.

Mereka berdua mendudukkan bokongnya di sofa yang berada di ruang tengah. Pria paruh baya itu membenarkan posisi tidur anak kecil yang kini berada di pangkuannya.

“Suruh bangun aja, udah cukup lama dia tidurnya,” ujar wanita paruh baya tersebut yang merupakan istrinya.

Sedangkan pria itu hanya menoleh sekilas dan kembali mengubah posisi si anak kecil itu agar terlihat nyaman dalam tidurnya. Benar, dengan apa yang dikatakan oleh istrinya, bahwa anak ini telah tertidur cukup lama. Bahkan di saat mereka masih berada di tempat yang tadi mereka kunjungi. Pria yang usianya sudah berkepala enam itu tidak tega untuk membangunkan anak kecil ini.

Jadi, biarkan saja dia terus memangkunya sampai anak ini bangun nantinya.

“Udahlah, Pa, bangunin aja. Dia sekarang tambah berat lho, emang Papa masih kuat?”

Pria yang sebenarnya sudah beruban itu mendelik ke arah istrinya. Seolah-olah ia tidak terima jika disebut ‘sudah tidak kuat lagi’. Walaupun memang sudah berkepala enam, tapi tenaga yang dimiliki pria itu masih sama seperti ketika dirinya berusia 31 tahun. Bahkan untuk menggauli istrinya sampai pagi pun, ia masih kuat.

“Papa masih kuat, Ma. Kalau nggak percaya, ayo kita ke kamar sekarang juga,” balasnya.

“Papa! Mulutnya minta ditampar, ya?! Nanti kalau Zaky denger gimana?” desis wanita paruh baya itu.

Tidak habis pikir oleh wanita itu, bahwa suaminya tidak pernah berubah sama sekali. Sifat mesumnya itu yang tidak pernah lepas dari diri pria tua ini. Bahkan pria itu sengaja mengecat rambutnya agar hitam kembali. Jika ditanya alasannya kenapa, sudah pasti dia belum menerima jika dirinya sudah berkepala enam. Kalau saja rambutnya tidak dia cat, sudah pasti rambut putih yang akan memenuhi kepalanya bukan rambut hitam lagi.

Karena kasihan melihat suaminya yang memangku Zaky, sebab anak itu tubuhnya semakin lama semakin berat, alhasil ia membangunkan Zaky dan menyuruhnya untuk duduk di sofa dengan bersandar pada lengan suaminya.

“Udah Papa bilang, jangan dibangunin Zaky-nya. Kok ini malah dibangunin sih, kasihan sekali anak ini, lagi tidur enak-enak malah dibangunin,” ujar suaminya seraya mengelus rambut hitam legam milik Zaky.

The Angry Husband [Completed - Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang