TAH - 21

5.2K 397 6
                                    

Happy Reading ✨️

***

“Berhenti di sini aja, Er. Gue nggak mau warga sekolah pada tahu kalau gue berangkat bareng sama lo,” ujar Cira, lalu melepaskan sabuk pengaman yang meliliti tubuhnya begitu Erza telah menghentikan mobilnya dengan jarak yang tidak terlalu jauh dan pastinya tidak membuat seseorang curiga sebab dirinya baru saja turun dari mobil Erza.

Meski adik dari Adam itu sangat jarang membawa kendaraan roda empatnya, tapi sebagian murid-murid SMA Alzero sudah sangat hafal karena mobil milik Erza ini terbilang mewah di antara mobil-mobil murid-murid yang ada di sekolah itu bahkan para guru.

Sudah diberitahu sebelumnya, Erza adalah anak donatur terbesar yang menyumbangkan sebagian uangnya untuk membantu mendanai SMA swasta tersebut.

Tak jarang sebagian banyak para gadis yang bersekolah di SMA Alzero menginginkan Erza sebagai kekasih mereka. Tentunya mereka mengincar Erza karena uang dan ketampanan dari laki-laki itu sendiri. Karena Erza adalah lelaki yang teramat judes dengan mulut pedasnya yang selalu mengeluarkan kata-kata menusuk hati bagi siapa saja yang berbicara dengannya, oleh karena itu mereka juga tampak ragu-ragu ingin mengenal lebih dekat salah satu anak dari seorang Gavin Narendra Zhafir.

Bukan apa-apa, gadis-gadis itu hanya takut mentalnya tidak akan kuat menerima hinaan dan cacian dari Erza. Tapi ada satu gadis yang mempunyai mental begitu kuat saat berhadapan dengan Erza, entah karena sudah terbiasa termakan ucapan pedas Erza atau apa, yang pasti gadis itu bisa membuat Erza menghentikan ucapannya.

Gadis itu adalah Cira Arsyila.

“Lo pikir gue mau masuk ke dalem bareng lo? Nggak usah kege’eran, ya, Cira. Masih untung gue ngasih tumpangan ke lo, coba kalau nggak—“

“Kalau nggak, abang lo si bandot tua pemarah itu yang bakal marahin lo sampe telinga lo bolot.”

Mata Erza membola lebar, seperti akan keluar dari tempatnya. “Apa lo bilang?! Bolot?! Dan tadi lo ngatain abang gue bandot tua?! Kurang ajar banget lo, Ci! Emang lo itu cewek yang nggak tahu terima kasih! Bandot tua itu suami lo sendiri dan dia yang maksa gue buat ngejemput lo biar berangkat ke sekolah bareng gue.”

Cira mendengus. “Oke, dengan ikhlas gue mau bilang terima kasih karena lo udah sudi mau berangkat bareng gue. Tapi sebelumnya kalau memang lo nggak mau, seharusnya lo bisa nolak suruhan Om Adam itu.”

“Gue udah nolak, asal lo tahu aja. Puluhan kali bahkan ribuan kali gue tolak, tapi Bang Adam malah ngancem gue yang bikin gue nggak bisa berkutik selain ngeiyain suruhan dia.”

Rasanya Cira tak percaya akan ucapan Erza barusan. Adam bahkan sampai mengancam adiknya agar bisa mengantarkannya ke sekolah? Sungguh sulit dimengerti oleh otak Cira yang tidak terlalu pintar. Atas dasar apa pria itu bersikeras menyuruh Erza? Atau jangan-jangan, Adam sampai seperti itu karena memiliki tujuan dan ingin mendapatkan imbalan? Contohnya seperti ciuman yang mereka lakukan semalam?

Nehi!

Tidak akan pernah Cira berikan bahkan yang lebih dari sebuah ciuman semalam itu. Tidak akan! Camkan itu.

“Kok gue nggak percaya, ya, sama lo,” ucap Cira sembari mengusap dagunya, matanya memicing ke arah Erza.

By the way, gue bukan manusia tukang bohong kayak lo,” sindir Erza. Ia melengoskan wajah, lebih memilih mengamati jalanan yang dilalui banyak kendaraan di pagi hari seperti ini. “Cepetan turun dari mobil gue!”

“Dasar mulut rawit! Gue bukan manusia tukang bohong kayak yang lo bilang tadi, syaiton!” Cira segera turun dari mobil milik adik iparnya, ia tidak betah jika berlama-lama di dekat Erza. Sebelum menutup pintu, Cira mengucapkan terima kasih kepada laki-laki itu sekali lagi dengan nada ketusnya.

The Angry Husband [Completed - Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang