Happy Reading ✨️
***
“Yakin, cuman kesalahan doang?”
Meski sedikit bingung dengan maksud mantan kekasih taruhannya, Erza tetap menganggukkan kepalanya dengan yakin. Erza mulai merasakan ada yang tidak beres, setelah melihat smirk yang terpampang di wajah manis mantannya itu. Tunggu dulu. Manis? Cira manis? Gadis selengean itu manis?
Walau sebenarnya, Erza sangat malas sekali jika mengakui bahwa Cira itu memang manis. Hanya manis saja, cantiknya sih tidak kelihatan. Mungkin karena sifatnya yang anjlok, seanjlok nilai gadis annoying itu yang menutupi kecantikannya. Tapi Erza sangsi dengan itu. Cantik itu relatif, tidak selalu tentang wajah.
Erza bukanlah tipe laki-laki yang hanya memandang fisik saja. Kecantikan fisik itu nomor kesekian, menurut Erza. Tidak terlalu penting, yang penting adalah si gadis itu harus memiliki attitude yang baik, serta otak yang pintar. Sedangkan Cira? Gadis itu tidak termasuk ke dalam ciri-ciri di atas.
Seperti yang Erza katakan tadi, Cira itu anjlok!
“Gue sih nggak yakin, ya, Er,” ucap Cira ketika laki-laki yang masih duduk di bangkunya itu sedang lengah, mungkin karena memikirkan ucapan yang ia lontarkan tadi.
Cira mengkode sahabat-sahabat mantan tunyirnya. Karena teman Erza yang memiliki tingkat kejahilan yang tinggi, mereka pun menerima kode dari Cira dengan senang hati. Sedangkan Anisa, gadis itu lebih memilih diam dan menonton adegan apa yang selanjutnya akan terjadi.
“Maksud lo nggak yakinnya di mana? Setelah kejadian di mana gue nembak lo seminggu yang lalu, kita nggak pernah interaksi lagi. Sebelum itu pun, gue nggak kenal sama lo, Ci. Lo ‘kan murid terpelosok, gue nggak tahu sebelumnya kalau lo sekolah di sini. Dan sialnya tadi sebelum istirahat, gue ketemu lo. Terus dengan gobloknya lo malah nabrak punggung gue, yang jelas-jelas gue lagi berdiri di sana sejak lima menit yang lalu itu.”
Sialan! Mulut laki-laki itu mulai mengeluarkan nyinyirannya!
“Nyapa lo aja, gue nggak pernah. Jangankan di sekolah, di luar sekolah aja gue nggak. Duh, jangankan buat nyapa, senyumin lo aja gue ogah banget. Hiiiiih. Atau jangan-jangan, emang lo-nya aja kali yang nggak mau putus dari gue. Ngaku nggak lo?”
“Gue tahu, kalau gue tuh ganteng. Bibit unggul. Cewek-cewek di sini pasti pada kenal sama gue, selain karena gue ganteng, gue juga anak penyumbang donatur paling besar di sini. Lah lo siapa? Gue sebenarnya kasihan sama lo, Ci. Lo tuh cewek, harga diri lo tolong pertahanin baik-baik, jangan kerjaannya ngejar-ngejar cowok yang jelas-jelas nggak mau sama lo.”
Pedas sekali, seperti bon cabe level 30.
Itu yang Cira rasakan, tapi gadis itu tetap diam mendengarkan dengan saksama nyinyiran yang diberikan oleh sang mantan. Cira sudah cukup kebal dengan mulut pedas dari laki-laki yang masih duduk dengan tenang di tempatnya. Sebenarnya Cira sedikit tersinggung di bagian akhir, mengejar-ngejar laki-laki? Dari mana Erza bisa tahu kalau gadis itu memang begitu? Setahunya, hanya Cira dan kedua orang tuanya saja yang tahu soal itu, bahkan Anisa yang merupakan sahabatnya pun tidak tahu.
Apa terlihat jelas sekali di wajahnya? Oh, tidak!
“Lo nggak usah bikin kebohongan kayak gitu, Er. Buktinya, setiap kita ketemuan di luar sekolah, lo selalu berperilaku manis sama gue. Lo ngomong kayak tadi tuh, biar julukan lo nggak mati ‘kan? Secara, lo itu si cowok junyir (judes nyinyir) mungkin aja lo sok nggak peduli di sekolah karena itu. Padahal nyatanya, lo itu cowok yang paling romantis dan manis dari banyaknya cowok di muka bumi ini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Angry Husband [Completed - Revisi]
Romance[Yuk, follow dulu akun ini sebelum membaca] * Sequel 'Gavin Is My Husband' * Disarankan untuk membaca 'Gavin Is My Husband' terlebih dahulu. 📢 𝗝𝗶𝗸𝗮 𝗸𝗮𝗹𝗶𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗻𝗲𝗺𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗰𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗲𝗿𝘂𝗽𝗮 𝗱𝗮𝗻 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝘀𝗲𝗽𝗲𝗿𝘁�...