TAH - 27

4.4K 386 2
                                    

Happy Reading ✨️

***

Pukul tujuh malam, Adam sampai di rumah dengan selamat. Ia melangkah memasuki rumah yang ditempatinya bersama Cira dan Zaky sejak beberapa minggu yang lalu ini, meski tergolong baru, Adam sangat betah menempati rumah pemberian Gavin.

Terkadang di saat libur, Adam lebih memilih di rumah saja, entah itu untuk tidur seharian, menonton televisi dari pagi hingga malam, atau kegiatan yang biasa orang pengangguran lakukan.

Suara gelak tawa yang kencang terdengar di telinga Adam, ketika kakinya baru menginjak ruang tamu. Pria itu sudah tahu siapa pemilik tawa tersebut, pastinya mereka adalah Cira dan Zaky, tidak ada siapa-siapa lagi selain keduanya yang ada di rumah ini.

“Daddy!” pekik Zaky gembira saat tak sengaja matanya menangkap sosok daddy-nya yang datang dari arah ruang tamu.

Zaky beranjak dan berlari mendekati Adam dengan kedua tangan yang direntangkan. Begitu sampai di hadapan sang Daddy, ia segera melompat ke pelukannya, juga kedua tangannya yang kini melingkar erat di leher Adam.

“Daddy tumben pulangnya lebih cepet dari biasanya?” Zaky bertanya yang malah mendapat dengusan dari daddy-nya.

“Nggak seneng kalau Daddy pulang cepet?”

“Ih, kata siapa? Aku malah seneng banget kalau Daddy pulangnya cepet, syukur-syukur bisa pulang sore.”

“Maaf, ya. Daddy kerja juga untuk kamu, Za, biar bisa beli banyak mainan yang kamu mau dan pergi liburan ke luar negeri.” Adam mengecup kedua pipi sang putra.

“Kapan kita liburannya, Dad? Aku udah nggak sabar pengen naik pesawat lagi,” tanya Zaky ketika mereka berdua sudah duduk di sebuah sofa di dekat Cira. Ia duduk di pangkuan Adam dengan kepala yang bersandar di dada bidang milik daddy-nya.

“Nanti Daddy usahain libur semester tahun ini kita pergi liburan,” jawab Adam sembari mengelus dan menghirup aroma sampo yang menguar dari rambut lebat Zaky. “Kalau kamu emang pengen naik pesawat, kenapa kemarin nggak ikut Kakek ke Padang? ‘Kan perginya sama-sama naik pesawat.”

Adam memperhatikan sang istri yang beranjak dari duduknya untuk merapikan mainan Zaky yang berserakan di lantai. Omong-omong tentang Cira, apa gadis itu telah memasak sesuatu untuknya hari ini? Sebab, tadi siang Cira bertanya padanya ingin dimasakan apa nanti ketika pulang kerja.

“Nggak mau, Padang terlalu deket. Aku pengennya keluar negeri, Dad, sekalian mampir jengukin Kak Vivi yang ada di Inggris. Aku kangen sama Kak Vivi, padahal hampir setiap hari video call-an tapi tetep aja kangen kalau nggak ketemu langsung sama orangnya,” ucap Zaky sendu memikirkan Vian yang ada di negara orang.

Apa Kak Vivi-nya makan dengan teratur di sana? Apa Kak Vivi-nya sudah memiliki kekasih bule? Apa teman-teman Kak Vivi baik semua di sana? Zaky tidak tahu. Meski Vian sering berkata bahwa pria itu baik-baik saja di sana, tapi Zaky ingin membuktikannya sendiri dengan mendatangi Kak Vivi-nya secara langsung.

“Yaudah, nanti kita ke Inggris aja jengukin Kak Vivi,” balas Adam.

“Nggak mau, Daddy.” Zaky gemas dengan Adam. Kenapa daddy-nya ini tidak mengerti sama sekali maksud dari ucapannya. Menjenguk Vian bukan berarti mereka akan liburan ke Inggris, Zaky tidak mau. “Dubai, Dad. Aku pengen ke Dubai, mau lihat Burj Khalifa secara langsung dan masuk ke dalemnya.”

Tanpa pikir panjang, Adam langsung mengiyakan permintaan Zaky itu yang membuat sang putra turun dari pangkuannya dan meloncat-loncat dengan penuh kegembiraan yang tiada tara. Lain halnya dengan Cira, gadis itu terdiam mendengar percakapan terakhir antara suami dan anak sambungnya.

The Angry Husband [Completed - Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang