22. Rencana Liburan

395 43 15
                                    


"Nggak mampir dulu?" tawar Trisha sambil melepas helmnya.

"Enggak, aku langsung aja, ya."

"Oke, kalau gitu. Eh, tapi semingguan ini aku bakal sibuk ujian, Van. Jadi, nggak apa-apa, kan, kalau kita nggak ketemu dulu?"

Ervan berpikir sebentar lalu mengangguk. "Abis ujian kamu senggang, kan?"

"Kalau abis ujian aku senggang, kok. Kenapa?"

"Kita liburan, yuk. Ke pantai atau ke mana gitu. Staycation," ucap Ervan masih dari atas motornya.

"Staycation?"

"Aku pengen punya banyak waktu sama kamu, Tris. Katanya kamu mau mengenal aku lebih jauh? Selama liburan aku akan ceritakan banyak hal yang belum pernah aku ceritakan ke kamu."

Terdengar menyenangkan di telinga Trisha. Selama ini, Ervan masih sosok yang tertutup.

"Eem ... gimana, ya?" Trisha tampak menimang.

"Tapi kalau kamu keberatan nggak apa-apa, Tris."

"Berapa hari?" sahut Trisha cepat, berusaha tidak membuat Ervan kecewa.

"Dua hari cukup."

"Dua hari, ya?" Trisha kembali terdiam.

"Aku akan meminta izin langsung ke orang tuamu," pungkas Ervan menyakinkan.

"Baiklah kalau gitu, ayo kita liburan!" Trisha tersenyum. Gadis itu menyambut dengan sukacita ajakan Ervan. Kebetulan sekali, selepas ujian adalah waktu yang tepat untuk melepas penat. "Eem ... tapi kita mau liburan ke mana?"

"Aku survei dulu tempat liburan yang cocok. Nanti aku kabari."

"Oke, kalau gitu aku masuk, ya. Sampai ketemu waktu liburan nanti. Oh ya, pulangnya hati-hati." Trisha antusias, melambaikan tangan pada Ervan sebelum melangkah menuju gerbang rumahnya yang menjulang.

Ervan masih menatap Trisha yang kemudian menghilang dari pandangannya, lengkap dengan ekspresi datar seperti biasa. Sebentar lagi semuanya selesai atau justru akan semakin rumit? Pertanyaan itu mendadak bertengger di benaknya. Ervan menyudahi pergulatan batinnya, menyalakan mesin motor, kemudian kuda besinya perlahan melesat meninggalkan bangunan megah itu.

***

Di dalam kamarnya, Ervan tampak sibuk menggulir layar ponsel. Ia mulai mencari lokasi liburan yang cocok. Setelah dipikir-pikir, memang sudah lama sekali ia tidak pergi berlibur untuk sekadar refreshing.

Ini harus jadi liburan yang menyenangkan. Mendadak Ervan tersadar, liburan ini bukanlah liburan untuk bersenang-senang, melainkan untuk mengulang sejarah yang sama antara kakaknya dan Tristan. Dalam sekejap antusiasnya hilang, bertukar dengan ekspresi termangu.

Sampai saat ini, ia masih tidak tahu harus berada di pihak mana? Ervan menyugar rambut--frustrasi.

Kegiatannya berselancar mencari tempat-tempat liburan terhenti. Ervan membaringkan diri di atas ranjang dengan tatapan menerawang jauh. Apa dan bagaimana adalah pertanyaan yang kerap kali mampir di benaknya akhir-akhir ini. Bagaimana ia bisa menghancurkan hidup gadis sebaik Trisha? Apa yang terjadi jika ia benar-benar melakukannya?

Sementara di sisi lain, hidup kakaknya hancur setelah Tristan mencampakkannya. Ditambah, Ervan juga harus kehilangan ibunya yang sakit-sakitan akibat terlalu memikirkan Kinan. Bahkan sampai sekarang, keberadaan kakaknya itu tidak terdeteksi. Mata Ervan terpejam berat, seolah berusaha menepis semua dari pikirannya.

Jagat Raya Trisha (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang