23. Staycation

408 44 8
                                    


Sebuah mobil warna hitam dop berhenti tepat di depan rumah megah kawasan real estate milik Trisha. Ervan turun sebentar, menghampiri Trisha yang baru saja muncul dari balik pintu gerbang otomatis dengan menenteng koper dan sling bag mininya. Trisha tidak sendiri, di sampingnya berdiri Claudya.

"Pagi, Tante," sapa Ervan sambil menunduk sopan. Claudya tersenyum ramah seperti biasa.

"Aku berangkat, ya, Ma," pamitnya sambil mencium punggung tangan.

"Dira sama Jesslyn, mana?"

Trisha tidak menjawab, melempar tatapan ke arah Ervan.

"Kebetulan kami berangkat sendiri-sendiri dan bertemu langsung di lokasi, Tante," jawab Ervan setenang mungkin.

"Oh ...."

"Eemm ... kita jalan dulu, ya, Ma," putus Trisha buru-buru agar tidak ada lagi pertanyaan.

"Hati-hati, ya, Tris." Claudya menatap lekat anak gadisnya.

Seperti ikatan batin ibu dan anak, Trisha dapat menangkap sedikit kecemasan pada air muka ibunya.

Mata lentik Trisha mengerjap. "Iya, Mah."

Trisha dan Ervan sudah duduk di jok belakang kemudi setelah acara pamitan. Claudya masih berdiri di ambang pintu gerbang, menatap hening ke arah Trisha yang kini melambaikan tangan dari dalam mobil. Claudya membalas lambaian tangan Trisha sejurus dengan kepergian gadis itu. Entah apa yang Claudya rasakan saat ini. Mendadak ada sedikit kegelisah.

"Kenapa kamu harus bohong, Van?" protes Trisha setelah mobil yang mereka kendarai melaju meninggalkan kediamannya.

Arman yang berada di balik kursi kemudi hanya diam sambil menilik keduanya dari kaca spion.

"Maaf, Tris. Cuma itu yang bisa bikin ortu-mu kasih izin."

Trisha melempar tatapan ke jendela kaca, tampak merasa bersalah.

"Tris ...." Ervan meraih jemari Trisha untuk ia genggam. "Sorry ...."

Trisha menoleh ke arah Ervan yang tampak menyesal. Trisha tersenyum tipis, ia tidak mau mood liburannya jadi berantakan karena masalah ini, Trisha mengangguk maklum. Keduanya kemudian menikmati perjalanan mereka menuju hotel, tempat mereka akan menginap dan menghabiskan waktu bersama.

Setelah dua jam melakukan perjalanan dari pusat kota, sampailah mereka ke lokasi yang dituju. Mobil yang mereka tumpangi berhenti tepat di depan lobi hotel. Trisha dan Ervan turun dengan koper dan ransel mereka masing-masing, kemudian melanjutkan langkah ke arah resepsionis. Ervan melakukan check in terlebih dahulu.

"Beres. Yuk," ajak Ervan kemudian.

Trisha bertanya dalam hati saat tahu ternyata Ervan hanya memesan satu kamar saja untuk mereka berdua.

Seorang petugas hotel membimbing langkah mereka menuju unit kamar yang telah Ervan pesan melalui online.

Pandangan mereka seketika dimanjakan oleh birunya kolam renang dalam dua sisi. Satu sisi kolam renang untuk anak-anak dan satu sisi lainnya merupakan kolam renang untuk dewasa. Salah satu fasilitas yang didapat jika menginap di hotel ini. Namun, fasilitas kolam renang yang akan Ervan dan Trisha dapat tidak bersifat umum seperti yang baru saja mereka lihat. Tentu, itu karena tipe kamar yang dipesan Ervan adalah tipe kamar spesial yang hotel ini tawarkan. Dengan unit terbatas, penyewa room spesial dimanjakan dengan kolam renang dan pantai pribadi, terpisah dari penghuni tipe kamar lain.

Ervan dan Trisha masih mengayun langkah mengekori petugas hotel, melewati pengunjung lain yang tengah menikmati waktu bersantai mereka di kolam renang bersama keluarga.

Jagat Raya Trisha (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang