Dua hari itu berlalu, mereka mulai beradaptasi dengan sekolah baru. Memang agak aneh juga, apalagi letak tempat-tempat yang belum mereka hafal sepenuhnya. Gedung sekolah ini sangat besar, lapangannya juga luas. Siapa pun pasti akan nyaman.
"Sinb, sudah selesai belum?" tanya Sowon, ia keluar dari bilik toilet.
"Duluan saja, Sowon." jawab Sinb, ia masih sibuk membasuh wajahnya.
"Kenapa lama sekali?"
"Wajahku sedikit panas, mungkin aku tidak menyukai udara di sekolah ini."
"Aish, gadis ini!"
Sinb mengangkat wajahnya, dia menaruh kedua tangan di tepian wastafel. Di depan sana ada pantulan wajahnya, dengan air yang membasahi seluruh wajah itu. Sowon menoleh, penasaran karena Sinb terus menatap dirinya sendiri.
"Cermin bisa melihat diri sendiri," ujar Sinb.
"Apa?" Sowon mengernyit, bingung dengan sifat Sinb.
Sinb melihat ke arah kepalanya, mungkin suatu waktu dia pun akan melihat waktu kematian untuk dirinya sendiri. Iya, melalui cermin ia bisa melihat dengan jelas kapan waktu itu akan tiba. Tapi untuk sekarang masih kosong, tidak ada hitungan mundur, itu berarti kehidupan Sinb masih ada.
"Aku benci waktu," ujar Sinb dengan kedua tangan yang mengepal.
Sowon mengerutkan dahi. "Apa-apaan kau ini, hah?"
Sinb mengerjap, dia menyadarkan diri yang kemudian segera tersenyum pada Sowon.
"Ayo keluar!"
"Kau ini aneh sekali."
Sowon berjalan seperti gadis biasanya, sementara Sinb tampak melipat kedua tangan di bawah dada. Bukan suatu yang aneh apabila dia melakukan hal tersebut.
"Ibu Jung?"
Sinb menurunkan lipatan tangannya, dia dan Sowon segera membungkuk juga menebar senyuman pada seorang wanita paruh baya. Ia tampak mengenakan pakaian seragam di sini, tapi seragamnya bukan seragam sekolah ataupun seragam guru.
"Jadi Ibu bekerja di sini?" tanya Sowon.
"Ah, akhirnya kita bisa bertemu lagi. Anak-anak yang manis," ujar Ibu Jung sambil mengusap pucuk kepala itu bergantian.
"Yerin sudah memberitahu kalau dia sekolah di sini juga, Bu?"
"Ya?"
"Yerin bersama kami, Ibu tahu tentang sekolah kami yang kebakaran, bukan? Dan ini sekolah yang dipilih untuk mengungsi." perjelas Sowon.
"Sowon ah, Sinb yya."
"Ya?"
"Mari tidak saling mengenal untuk sementara waktu, Ibu tidak mau Yerin merasa malu."
"Aish, kenapa? Dia tidak akan malu karena—"
"Ayo cepat pergi! Ibu tidak mau Yerin dirundung karena Ibunya seorang pembersih di sekolah ini."
"Tidak Ibu Jung, pekerjaanmu sangat baik." kata Sowon meyakinkan.
"Sudah-sudah, tetap bersemangat, ya!" seru Ibu Jung, kemudian ia pergi dengan membawa sapu di tangannya.
Sowon mencebikan bibirnya. "Bukankah Ibu Jung terlalu baik? Dia sangat menyayangi putrinya."
Tidak mendapat respon dari Sinb, membuat Sowon mengernyit.
"Aish, kenapa?" tanya Sowon, menyenggol lengan Sinb.
"Apa di sini menerima layanan pulang sebelum waktunya?" Sinb balik bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time of Death || Hwang Eunbi
FanfictionSetiap manusia mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Dan untuk menyeimbangkan keduanya, manusia itu harus mampu mengendalikan keduanya dalam waktu bersamaan. Dia Hwang Eunbi, gadis yang mampu melihat 'Waktu Kematian' seseorang. Mau tahu...