"Sinb?"
"Sinb?"
"Ya, ya itu Sinb!"
Mereka meninggalkan BBQ dadakan itu, berlari untuk memastikan keadaan gadis yang berada dalam rengkuhan Taeyeon. Menghalang langkah untuk melihat kebenaran, pandangan Taeyeon dan Sowon bertemu.
"Biar kami yang membawa dia, Eonie," kata Yerin berbaik hati.
Taeyeon mengangguk kecil, memberikan Sinb kepada teman-teman sebayanya. Memapah tubuh itu, tubuh lemah yang seolah telah kehilangan jiwanya. Ketika dalam perjalanan menuju ke dalam rumah, pendengaran itu berdengung, Sinb mendengarkan banyak teriakan entah dari mana asalnya.
"Sinb?"
Sinb menutupi kedua telinganya, karena bukan pertanyaan dari temannya yang ia dengar, melainkan suara teriakan dari banyak orang. Dia menggelengkan kepalanya, kemudian tangannya yang gemetar meraih sesuatu dari dalam saku mantel. Sebotol obat, membukanya dan kemudian segera ia memasukan kapsul tersebut hingga ia telan.
"Hwang Sinb!" sentak Sowon saat Sinb meneguk sembarang obat itu.
"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau meminum obat sebanyak itu?" sahut Eunha, memukul lengan Sinb pelan.
Umji berjongkok, mengambil satu kapsul yang jatuh untuk ia periksa lebih lanjut lagi. Sepertinya kapsul ini bukan kapsul biasa, seperti obat yang digunakan agar seseorang merasa lebih tenang dari biasanya. Semacam obat penenang.
"Aku mau bicara dengan Eonie!" kata Sowon dingin, kemudian ia menyerahkan posisinya kepada Umji agar memegangi Sinb.
Taeyeon mengikuti langkah Sowon, dia sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan keadaan gadis malang itu.
"Dia hampir bunuh diri tadi." ujar Taeyeon sambil mengeluarkan cangkir beserta kopi instan kesukaannya.
"Kenapa kau menolongnya?" tanya Sowon.
"Kasihan."
Sowon menyungging seulas senyuman tipis. "Aku pikir kau tidak punya perasaan, tapi ternyata aku salah."
"Tidak, aku memang tidak perduli kepadanya. Dia itukan pembawa sial," kata Taeyeon sambil mengaduk kopi instannya dengan sendok.
Sowon menatap Taeyeon lamat. "Eonie, sebenarnya apa yang terjadi di antara kau dan Sinb? Kalian belum pernah bertemu, tapi kenapa kalian bertindak seolah kalian itu saling mengenal?"
Taeyeon menaruh sendok itu kasar, kemudian menyeduh kopi dengan penuh perasaan. Menikmati kopi itu pastinya.
"Sudahlah, setidaknya gadis itu masih hidup." ujar Taeyeon, kemudian pergi meninggalkan Sowon sendirian di sana.
Sowon mendengus, kemudian ia segera membuatkan teh hangat untuk Sinb, juga minuman untuk teman-temannya yang lain.
Sementara Sowon tengah berbaik hati membuatkan teh, maka di sisi lain Yerin, Eunha, dan Umji sedang berusaha meyakinkan Sinb agar dia tidak melamun berkepanjangan begini.
"Hidupmu masih panjang, tidak baik menyesali sesuatu yang terjadi sebelumnya," ujar Umji sambil menatap Sinb lamat.
Kedua bola matanya memerah, tidak lama ketika ia memejamkan matanya, air mata itu jatuh dari pelupuk matanya. Melihat tangis pilu itu, mereka pun langsung memeluk Sinb untuk sebuah ketenangan.
"Tak apa ... Tak apa ... Kau tidak sendirian," ujar Eunha sambil mengusap-usap lengan Sinb.
Dan barulah Sinb menyadari, bahwa selama ini dia terlalu takut akan kematian seseorang. Dia terlalu memikirkan orang lain yang harus tiada karena takdir Tuhan. Meski Sinb melihat angka itu menghitung mundur, kemudian dia tidak bisa menyelamatkannya, tetap saja itu bukan kesalahannya. Itu adalah sebuah garis takdir Tuhan. Tidak ada yang bisa mengelak, sampai kapan pun Tuhan berkuasa di atas segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time of Death || Hwang Eunbi
FanfictionSetiap manusia mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Dan untuk menyeimbangkan keduanya, manusia itu harus mampu mengendalikan keduanya dalam waktu bersamaan. Dia Hwang Eunbi, gadis yang mampu melihat 'Waktu Kematian' seseorang. Mau tahu...