"Aku baru tahu, ternyata Ibuku bekerja di sekolah itu."
Sowon mengusap-usap bahu Yerin, membuat Yerin menoleh dan tersenyum. Bibirnya bergetar, kemudian membuat Sowon segera merengkuh Yerin lebih dekat lagi.
"Ibumu pekerja keras, dia akan senang jika putrinya bisa sukses di masa yang mendatang," ujar Sowon sambil tersenyum semanis mungkin.
"Kau benar, Ibuku akan sangat bangga jika aku sukses nanti. Aku memang kehilangan Ibuku, tapi aku masih punya Ayah di sini."
"Nah, untuk itu kau tidak boleh bersedih selalu, ya?"
Yerin mengangguk mantap, dia pun menyandarkan kepalanya di bahu Sowon. Tidak lama, Eunha, Yuju, Sinb dan Umji datang. Sepulang sekolah, mereka pergi ke tempat yang menenangkan, yaitu sebuah atap gedung tua. Di sana ada sofa rusak, tapi masih bisa dipakai untuk duduk.
"Pizza datang~" ujar Sinb sambil membukanya di depan Sowon dan Yerin.
"Ya ampun!" pekik keduanya senang.
Yerin beranjak, dia dengan semangat mengambil sepotong pizza dari kotaknya.
"Ayo coba!" seru Yuju.
"Aku duluan?" tanya Yerin.
"Semua untukmu!" sahut Eunha, ia menggembungkan pipinya karena ingin.
"Jung Eunha~" goda Yerin, memasukan potongan pizza itu ke mulutnya.
"Berikan aku satu, dong~" pinta Eunha beraegyo.
"Ayo makan semuanya bersama saja!" ajak Yerin, bagaimana pun dia memang moodboster bagi semua temannya.
"Yey!!!"
Mereka langsung saja menikmati pizza yang dibeli oleh Umji sebelum ke sini. Memang sudah ada niat membelinya, untuk memberikan kehangatan bagi yang kehilangan.
"Teman-teman," ujar Sinb.
"Apa?"
"Aku ingin mengakui sesuatu."
Sowon menatap Sinb dengan tatapan menanti, sedang yang lainnya tampak mengernyit ingin tahu.
"Apa?"
Sinb beranjak, dia berjalan menghampiri tepian atap gedung. Menghembuskan napas pendek, Sinb lantas merenggangkan kedua tangannya, wajahnya mendongak, tidak lupa matanya terpejam menikmati angin malam.
"Kau bisa masuk angin, tahu!" omel Sowon.
"Mengakui apa?" tanya Yerin.
"Aku ... " ucapan Sinb menggantung karena sebuah alasan. Matanya terbuka dan melihat langit malam bertabur bintang indah. "IBU! AYAH! EONIE DEUL! AKU MERINDUKAN KALIAN!" jeritnya kemudian.
Dan kelima temannya pun menghembuskan napas berat, bagaimana pun Sinb adalah yang paling terluka di sini. Meski semua luka berbeda-beda, luka Sinb itu jauh lebih dalam lagi. Seperti yang diketahui, dia tidak punya siapa-siapa lagi di bumi ini, kecuali teman-temannya.
"Bukan itu pengakuan yang sebenarnya."
"Lalu?"
Sinb berbalik, dia meninggalkan tepian atap untuk memberikan keterangan sesungguhnya. Namun, matanya berubah terkejut, dia juga tidak jadi melangkah.
"Tidak mungkin," ujar Sinb.
"Apanya yang tidak mungkin?" tanya Yuju bingung.
Sinb tersenyum miris. "Aku pamit semuanya!"
"Yak! Kenapa pergi?" Sowon beranjak hendak mengejar.
Brakh!
Pintu besi tua itu ditutup dengan kasar oleh Sinb, menyentak lima gadis yang masih berada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time of Death || Hwang Eunbi
FanfictionSetiap manusia mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Dan untuk menyeimbangkan keduanya, manusia itu harus mampu mengendalikan keduanya dalam waktu bersamaan. Dia Hwang Eunbi, gadis yang mampu melihat 'Waktu Kematian' seseorang. Mau tahu...