"Sepuluh ... "
"Sembilan ... "
"Delapan ... "
"Tujuh ... "
"Enam ... "
"Lima ... "
"Empat ... "
"Tiga ... "
"Dua ... "
"Satu ... "
Sinb memejamkan matanya, berusaha untuk tidak tahu apa-apa tentang apa yang sedang terjadi di depan matanya. Yerin begitu nyenyak, memeluk Sang ibu yang mendadak ingin tidur bersamanya. Seperti sebuah firasat, Yerin menuruti ibunya.
Kamar Yerin itukan kecil, jadi tidak muat untuk tiga orang seperti ini. Mereka jelas tidak kehilangan akal, langsung tidur di ruang tamu yang sekaligus bisa dijadikan ruang keluarga. Keluarga Jung ini mempunyai kasur lipat, yang bisa digunakan apabila ada tamu. Pak Jung tidak di sini, ia tidur di kamarnya seorang diri.
"Ibu~" panggil Yerin setengah sadar, suaranya serak.
Sinb membuka matanya, dia melihat tangan Yerin bergerak memeluk ibunya posesif. Yerin tidak tahu saja, bahwa ibunya sudah tidak lagi bernapas. Kematian itu sebuah rahasia, dan penyebabnya pun bisa apa saja. Bahkan, seseorang yang sedang diam pun bisa mendadak tiada jika Tuhan telah menghendaki.
Ibu Jung begitu baik, dia bahkan sangat penuh dengan cinta. Seorang ibu yang bekerja keras, tidak bergantungan dengan suaminya dan memilih untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan putrinya. Kalau dia tidak bekerja, bisa saja rumah yang sejatinya bukan milik keluarga Jung ini diambil alih.
"Ibu," panggil Sinb berbisik hangat.
Sinb tidak punya pilihan lain, jika dia hanya diam dan membiarkan Yerin tahu esok hari, mungkin itu tidak adil.
"Yerin ah," panggil Sinb.
Yerin malah semakin kuat memeluk, membuat Sinb harus beranjak dari tidurnya. Sinb meraih tangan Yerin, ia mengusapnya dan membuat Yerin segera membuka mata.
"Apa? Kau merasa tidak nyenyak? Ah~ Maaf karena rumahku mungkin—"
"Ibu ... "
Yerin mengernyit, ia beranjak untuk memastikan apa yang dimaksud oleh Sinb. Biasanya seorang anak yang nakal sekali pun, akan mengecek keadaan ibunya melalui pergerakan dada. Ketika kasih bergerak, itu berarti semua akan baik-baik saja, benar?
"Ibu, kenapa?" tanya Yerin belum mengerti.
"Ibu Jung ... Apa aku harus mengatakannya kepadamu?"
Yerin langsung merebahkan tubuhnya lagi, dia memeluk ibunya dengan penuh kasih sayang. Bibir itu menyungging seulas senyuman tipis, tak lupa eyes smile yang muncul begitu saja, meski air mata menyertainya.
"Yerin ah," panggil Sinb.
"Ibu," panggil Yerin, menyentuh pipi ibunya dengan jari telunjuk. "Ibu ayo bangun sebentar," pintanya kemudian.
Sinb menunduk, sekarang dia tidak perlu lagi memperjelas keadaan. Yerin sudah menyadarinya, dia sudah melihat dan memang sudah mempercayainya.
"Ibu tidak ... " isak Yerin, ia memeluk Ibu Jung semakin erat, tak membiarkan ibunya jauh dari dirinya.
"Yerin ah," panggil Sinb.
Yerin melepaskan pelukan itu, ia beranjak dan menyimpan jari telunjuk itu pada bagian bibir mungilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time of Death || Hwang Eunbi
FanfictionSetiap manusia mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Dan untuk menyeimbangkan keduanya, manusia itu harus mampu mengendalikan keduanya dalam waktu bersamaan. Dia Hwang Eunbi, gadis yang mampu melihat 'Waktu Kematian' seseorang. Mau tahu...