TUJUH

97 10 0
                                    

.
.
.
.

Sesuai amanah tante kemarin aku ikut kondangan dong. Gak ribet aku Cuma pakai dress selutut dan menggelung rambutku.

“udah belum zo?”teriak tante

“bentar tan.”grusa grusu ku karena tadi aku kesiangan bangun. Yg harusnya udah ada ditempat kondangan kini malah masih berada dirumah.

“kamu sama ira ni duluan aja.”ucap tante sambil menutup pintu kamar.

“lah duluan gimana?”

“keluar aja dulu.”

Begitu keluar eh si manusia rese itu ada dong. Perasaan mulai gak enak ini.

“nah ini zoya.”kata omku

“zo kamu sama raka ya ajak ira juga, soalnya om sama tante mau mampir dulu nanti.”

“gak bisa gitu dong om…kan ira gak kenal sama yg punya kondangan.”

“raka kenal kok…kamu temenin dia aja, nanti om nyusul.”

“kok gitu sih?”gak terima dong aku.

“udah keburu telat, nanti bilangin aja ya saya masih dijalan.”ucap om pada raka

“iya bang.”

“asslamualaikum.”ucapku barengan sama mas raka dengan tanganku yg menggandeng ira

“waalaikumsalam.”

Dimobil dapat kulihat si mas raka ini lirik lirik dari tadi.

“kenapa? Ada yg salah?”tanyaku mualai risih

“cantik.”satu kata namun mampu membuatku diam.

“ira cantik.”ulangnya, tuh kan kalian liat sendiri kelakuannya

“ya emang kan perempuan.”ketusku

“kamu juga.”oh tidak mempan ferguso

“kan perempuan juga.”sepertinya aku harus membangun benteng kuat pada manusia ini.

“tapi kamu memang cantik, aku suka.”

Deg..deg…deg HEIIIII!!! Ada apa sama ni jantung.

“ya emang cantik dari dulu.”

“ira maksud aku.”andai membantai orang tidak dosa

“pernah digigit cewek cantik gak?”tanyaku sambil senyum

“gigit aja nih!”masuk jebakan

“ngaku kan aku emang cantik.”

“kan perempuan.”sial dia bisa mengelak lagi.

“auk ah!”

“iya iya cantik.”gak akan runtuh wlee!!!

“kamu emang cantik sampai buat saya berdebar.”ucapnya lagi, mohon maaf kali ini gak akan masuk perangkap, ngomong aja sendiri.

“jangan marah nanti tambah cantik.”bodo amat

“mbak oya, ila mau sama bunda.”

“iya nanti ya kalau udah sampai.”

“bunda mana?”Tanya ira mulai berkaca kaca matanya.

“masih dijalan sayang.”ucapku pelan menenangkan ira.

“ira om punya permen ira mau?”raka mulai ikut menenangkan

“ila boleh mam pelmen?”Tanya ira kepadaku

“boleh tapi jangan nangis ya.”ira mengangguk semangat.

“nih permennya.”raka memberi ira permen dengan tangan kiri karena yg kanan ia gunakan untuk menyetir.

“bilang apa?”ucapku pada ira

“makasih om.”

“sama2 bilangin sama mbak zoya jangan suka marah marah ya.”ucap raka dengan mengelus rambut ira

“mbak oya dakboleh malah malah cama om ya.”ucap ira memegang pipikukarena dia duduk dipangkuangku.

“iya sayang…bilangin sama om jangan buat mbak zoya marah.”kenapa komunikasinya malah lewat ira sih

“om jangan buat mbak oya malah ya.”ganti ucap ira kepada raka

“nggak sayang.”kalo senyum ganteng juga ni om om.

“saya emang ganteng.”dih dia cenayang apa gimana sih?

“kan laki laki.”kan balik topik awal lagi




Mohon tinggalkan jejak dong dengan pencet bintang ya
Terimakasih~

MENCAIR✔️ (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang