[ BAB 7 ]

88 5 6
                                    

Beberapa menit kemudian mereka tiba di salah satu rumah sakit yang ada di kota ini, tidak jauh hanya beberapa kali ganti taksi jika naik transportasi umum dan sekitar 20 menit kurang lebih jika dengan kendaraan pribadi. Karena ngebut, pak mul dengan sangat cepat membawa mobil ini melaju agar bisa menyelamatkan si pemuda.  Beruntung saja hari ini tidak terlalu macet jalanan.

“suster, tolong ini darurat” agi memberitahu kan kepada resepsionis dengan cepat.

Perawat itu memanggil perawat lain dan kembali dengan membawa ranjang dorong. Tubuh pemuda yang berdarah dan tak sadarkan diri itu di gotong ke atasnya, lalu membawanya ke ruang igd.

Wajah ketiga orang yang menabrak itu pucat pasih, takut dan khawatir. Bagaimana jika ia tak selamat, bagaimana jika ini akan semakin rumit. Dengan jalan hukum, sudah pasti masa depan kiara dan agi akan di cap buruk. Karena menabrak seseorang hingga tewas, itu tidak akan terjadi bukan. Semuanya akan baik baik saja bukan, pria itu akan selamat. Percaya dengan para dokter, percaya. Batin kiara.

¤¤¤¤¤

“bun, kok agi belum pulang ya?” tanya ayah khawatir. Sebab anak gadisnya itu belum juga pulang dari sekolah, dan hari semakin sore tidak mungkin kan sekolah sampai sesore ini.

Jika ada tambahan atau telat pulang agi akan memberi kabar bukan.

“iya, yah kenapa belum juga pulang” bunda juga ikutan khawatir. Ia segera meraih ponsel miliknya dan menekan nomor sang anak gadis.

Drrr

Ponsel itu memanggil namun belum di jawab. Jantung bunda berdetak tak karuan, entah kenapa tapi sepertinya agi mendapat masalah. Insting dan firasat seorang ibu itu sangat kuat apalagi terhadap anak anaknya.

Drrr

“aduh agi, kenapa enggak di angkat sih”
Bunda sedikit panik.

Ayah beranjak dari tempat ia duduk semula, mengenakan pakaian. Tadinya ia hanya dengan kaos singlet dan sarung, dia ingin menjemput langsung ke sekolah anaknya.

“ya bunda!”
Akhirnya sang anak menjawab telepon darinya.

“ah, halo agi. Kamu dimana? Kenapa belum pulang? Ini sudah sore..”
Ayah langsung mengambil alih ponsel bunda.

“halo agi”

“iya, ayah”

“kamu dimana? Ayah jemput sekarang ya”

“tidak perlu ayah, agi bersama kiara kok tenang aja. Agi baik baik saja, agi hanya mendapat masalah sedikit kok yah”

“masalah apa?”
Ayah menaikkan sedikit suaranya.

“ah, itu. Pas pulang, enggak sengaja pak mul supir kiara nabrak seseorang yah” jelas agi dari seberang telepon.

“terus bagaimana, orang itu baik baik saja kan?”

“iya, ayah. kurasa?” jawab agi ragu.

Tentu agi belum tahu, sebab sedari tadi dokter yang menangani pria itu belum juga keluar dari ruang operasi. Ya, disaat mereka tiba. Dokter bilang harus segera melakukan operasi secepatnya untuk menyelamatkan nyawa pria itu, dan kiara menyetujui hal itu.

Entahlah, agi rasa tidak mungkin bukan karena tertabrak mobil mereka membuat pria itu terluka di bagian yang amat dalam.  Memang sih pasti luka dalam juga tetapi Setahu agi, biasanya orang yang mengalami kecelakaan akan mendapat luka di bagian kepala lutut dan tangan. Sangat jarang jika terletak di bagian perut dan memecahkan ginjalnya kan, kecuali dia terlindas ban mobil. Tapi, kenyataannya pria tadi tergeletak di depan mobil bukan di kolong mobil. Mobil mereka juga tidak ngebut, pak mul begitu pelan membawanya tadi.

“ya, sudah ayah Kesana. Rumah sakit kencana bukan?” ayah memastikan. Karena cuma rumah sakit itu yang paling dekat.

“eumh, iya ayah”
Dan telepon pun terputus. Tampaknya ayah langsung bergegas kesini.

Agi menatap kiara yang duduk lemas, pucat dan duduk di sampingnya.

“sudah, ki. Enggak apa apa kok, dokter pasti menyelamatkannya” kiara mengangguk pelan.

Air mata kiara luruh begitu saja. Ia memeluk tubuh sahabatnya itu erat, biarkan dia melepaskan rasa takutnya. Biarkan dia merasa aman dalam pelukan agista.

¤¤¤¤¤

Jumat, 16 july 2021
Seven a days
Talang bulang

Semoga suka
Jangan lupa vote ya
Terima kasih

I WANT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang