[ BAB 8 ]

84 3 1
                                    

“ayah!” panggil agista ketika melihat pria yang ia kenal berjalan mengarah padanya.

“agi!” agista pun menghambur dalam pelukan sang ayah.

“kalian enggak apa apa kan?” tanyanya dengan mengelus lembut pucuk sang anak.

“tidak ayah, kita baik baik saja kok”

Ayah menatap kiara yang masih duduk lemas disana, dia masih takut. Lalu ia mendekat padanya.

“sudah kiara, tidak usah dipikirkan ya. Berdoa saja semoga dia bisa selamat” kiara menganguk lemah.

Entah separah apakah luka pemuda itu, sudah satu jam lebih belum juga selesai. Membuat cemas saja.

“sudah telepon ayahmu?”tanya dani.

“belum om”
Kiara menggeleng.

“kenapa? Orangtua mu harus tahu, kamu harus beritahu mereka. telepon mereka sekarang” pinta dani lembut.

Kiara menggeleng.

“aku enggak bisa om, aku takut ayah akan marah”

Dani menggeleng.

“tidak. Justru mereka akan marah jika kamu tidak memberi tahu mereka”

Kiara diam menatap dani lamat. Andai om dani tahu, batin kiara.

kemudian ia beralih pada ponsel dalam genggamannya. Dia ragu, dia takut bagaimana reaksi yang akan diterimanya berbeda dengan apa yang dikatakan om dani. Namun, dia harus mencoba agar tidak ada kesalahan pahaman nantinya.

Drrrr

Ponselnya berdering, menanti sang ayah mengangkat telepon darinya.

“halo, ki!” ucap dari seberang setelah telepon tersambung. Begitu cepatnya, kiara sempat kaget karenanya. Biasanya sang ayah tidak akan secepat ini menjawab panggilan darinya, tapi kali ini belum juga lama ponselnya berdering dan langsung mendapat jawaban.

“a-yah!” ucap kiara ragu.

“halo, ki” mendengar suara sang anak yang sepotong sepotong membuatnya bingung.

Kiara menatap om dani, dan dani mengangguk tanda tak apa.

“iya, ayah” ia masih ragu dengan ucapannya.

“kenapa ki?”

“ayah. kiara mengalami kecelakaan yah!” ucapnya yang langsung mendapatkan tanggapan yang tak terduga.

Terdengar suara ayahnya begitu khawatir mendengar kata kecelakaan. Tak disangka kiara ternyata sang ayah begitu khawatir dengannya, dia pikir ayah tidak akan perduli dengannya.

“kau tak apa kan? Kamu tak terluka kan?”

“tak apa ayah, kiara tak apa. Hanya orang yang ditabrak kiara sedang di operasi sekarang yah” tuturnya kemudian.

“ya, sudah ayah langsung kesana ya!”

Kiara ingin mencegah ayahnya datang kemari, namun apalah daya belum sempat ia menuturkan keinginan ponsel telah terputus meninggalkan suara tut tut.
Kiara tersenyum kepada dua orang ayah dan anak di sampingnya.

Tak lama kemudian pintu yang bertuliskan sedang operation itu berganti dengan matinya lampu merah yang terus menyala selama satu jam yang lalu. Kemudian dokter yang menangani operasi pun keluar.

“bagaimana dok?” pertanyaan itu segera terlontar.

Sang dokter menatap ketiga orang tersebut, pak mul sedang membeli makan untuk kiara dan agi. Sedari tadi kan mereka belum makan sama sekali.

“keluarga pasien?” tanyanya kemudian.

“bukan, e-h. Saya yang menabraknya”

Dokter tampak biasa saja, kemudian dia menjelaskan prihal pemuda yang ada disana.

“pasien mengalami pendarahan yang cukup hebat, luka pada ginjal dan tulang rusuknya pun sangat parah. Beruntung kalian cepat membawanya kemari, jika tidak mungkin dia tidak akan selamat”
Ucapnya.

Mereka merasa lega dengan penuturan sang dokter, berarti masa depan kiara masih selamat.

“terus, bagaimana keadannya sekarang?” tanya dani.

“untuk saat ini dia sudah melewati masa kritis, beberapa jam atau mungkin besok dia akan siuman” jelasnya.

“terima kasih banyak dok”
Dan sang dokter pun pergi setelah melempar senyum kepada mereka.

“alhamdulillah gi” kiara menghambur dalam pelukan agi.

Mereka beruntung dewi portuna tengah memihak mereka. Jika saja mereka memilih menutup mata, mungkin nyawa pemuda ini tidak akan tertolong.

“ya, sudah kalian pulang saja. Biar ayah yang jaga disini sampai dia siuman”

“tak apa ayah?” tanya agista memastikan.

“iya! Kalian pulang saja, bau!” candanya.

Kedua gadis itu pun mengendus bau badan mereka. Lalu tersenyum saling menatap, lalu mereka pun bersiap pulang ke rumah dan berpamitan dengan dani. pak mul yang baru saja datang membawa dua kantong makanan pun di ajak mereka pulang. Tentu, siapa yang mengantar mereka jika bukan pak mul.

“hati hati” pesan dani kepada pak mul yang memberikan kantong makanan itu padanya.

“iya, pak. Saya permisi”.

¤¤¤¤¤

Sabtu, 17 july 2021
Eight a days
Talang bulang

Semoga suka
Jangan lupa vote ya
Terima kasih

I WANT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang