Pagi yang biasa, angin sejuk menghembus pelan. Lalu lalang kendaraan melewati jalan utama, agista berdiri dengan tatapan kosong. Banyak hal yang berkecamuk dalam pikiran, entah kenapa mimpi itu tetap melekat hingga kini ia sedikit terganggu olehnya.
Kemudian ia tersadarkan oleh lambaian tangan depan wajahnya, itu pria aneh yang ia temui kemarin.
“lo!”kaget agista.
“hai, ketemu lagi!”
“lo, ngikutin gue ya?”
“gue?ngikutin lo!”
“wah, benar benar. Gue lapor polisi!”
Ancam agista yang segera mengeluarkan ponselnya.“lapor aja, paling juga di iya in aja. Nggak bakal di gubris juga!”
Ejek riko.“wah!”
Benar juga pikir agista, lagian tidak ada bukti bahwa pria aneh ini menguntit kehidupannya. Ia kembalikan lagi ponsel itu ke dalam saku rok nya, dan mencoba mengabaikan pria tersebut.
“lo, sekolah di sma satya budi kan?”
Tak di gubris oleh agista.“lo kenal sama malidan tidak?”
‘mali, kok dia tahu si mali sih?’ pikirnya.
“kenapa?”
“enggak, nanya doang kok!”
Agista berdebat dengan otaknya, tanya tidak ya?.
“lo kenal sama kak mali?”
Pada akhirnya ia tak bisa menahan lagi.“euhm, iya kenal. Lo kenal sama dia?”
Kesempatan buat ngulik siapa mali sialan perebut sahabatnya.
“iya, dia kakak tingkat gue. Lo, kenal dimana?”
“dia..”
Bus pun tiba, riko belum selesai kan bicara dan langsung naik ke dalamnya. Agista pun ikut segera naik kesana agar tak di tinggalkan dan terlambat sekolah.
Agista dan riko terpaksa berdiri, sebab kursi sudah penuh terisi. Kenapa hari ini begitu ramai yang pakai transportasi umum. Oh, mungkin lagi ada razia ganjil genap kali ya.
Agista masih ingin tahu lebih jauh tentang mali dan ia pun mengajukan pertanyaan lagi, namun belum sempat terdengar oleh mali ia terjungkal dan hampir jatuh akibat pak supir ngerem mendadak, ternyata ada seorang anak kecil hampir jadi korban.
Kemudian agista tersadar, ternyata ia dalam posisi yang tidak nyaman. Lengan riko menahan tubuh agista yang condong serta mata agista menatap lekat mata riko yang menatapnya.
“ah, sorry!” riko minta maaf.
“its oke!, and thanks!”
Pertanyaan yang hendak ia tanya kan pun tak jadi ia katakan, terlanjur malu. Jadi sepanjang perjalanan agista berusaha menghindari tatapan riko serta berpegang erat di kursi penumpang.
¤¤¤¤¤
Aina dan anak kelas 10 2 tengah membersihkan kelas, menyapu, mengepel, dan lainnya. Dari kejauhan aina melihat agista berjalan menuju kelas mereka, aina dapat dengan jelas melihat wajah agista yang berbeda. Iya, beda seperti biasanya entahlah aina sulit mengartikannya.
“lo habis kenapa?” ia bertanya ketika agista tiba di depannya.
“eum, enggak!”
Ia pun berlalu begitu saja, aina tentu bingung dan penasaran. Tapi ya sudahlah tak perlu banyak bertanya lagian mereka tidak sedekat itu untuk tahu urusan satu sama lain.
Agista mendudukkan dirinya dan bernafas lega, dalam hati ia bersyukur bisa pisah dengan pria itu. Dan, kenapa dengan hatinya hari ini tidak seperti biasanya. Ia menggeleng kemudian.
“hei, lo kenapa?” aina kembali bertanya.
bagaimana tidak melihat orang yang baru saja tiba kemudian bertingkah anah jelas ia harus tahu alasannya.
“enggak!”
“serius lo enggak apa apa?”
Agista menggeleng.“terus lo kenapa geleng geleng dari tadi?,yakin nggak perlu obat atau apa?”
“enggak, tadi cuma ada masalah kecil doang kok. Its oke!”
“oke!” aina dengan tatapan masih ragu pun pergi melanjutkan aktivitasnya.
¤¤¤¤¤
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
I WANT YOU
Teen FictionFOLLOW DULU BARU BACA!!! Agista maharani dan kiara satin, baru menginjak remaja. Setelah lulus dari sekolah menengah pertama, sekarang mereka melanjutkan ke menengah atas. Di sekolah barunya banyak hal baru, teman baru dan hidup yang baru dan berb...