[ BAB 11 ]

64 2 1
                                    

“kak mali!” dengung agista dan kiara.

Dua sahabat itu hanyut dalam lautan pesona seorang kak mali.

“tuh kan, apa aku bilang”

“eumh, iya ki. Ya, namanya doang yang jamet. Orangnya enggak jamet kece banget dah, jadi pacarnya pun aku mau” celoteh agista tanpa sadar.

“hai!!!”
Kiara menepuk kencang bahu teman tidak tahu diri itu.

“dia untuk ku”

“iya ki, bercanda. Tapi, kalau dia berpindah hati gimana?” goda agista.

“enggak, jadi kau jangan coba coba ya”

“iya deh, janji enggak ya?” agista semakin menggoda kiara.

“sudahlah gi, ah!!”

“iya iya!”

Sudahlah jangan berisik, nanti di usir sama ibu triska. Agista kembali pokus dengan bacaannya, novel action karya penulis panutannya. Cerita itu berkisah seorang gadis belia seusianya yang di culik, kota paris sebagai latar cerita itu. Kisahnya berat namun sangat ringan penyampaiannya, jadi siapa pun yang membacanya akan sangat mudah memahami pesan apa yang ingin di sampaikan sang penulis.

Dan ending yang sangat tidak terduga, bel berbunyi membuatnya keluar dalam imajinasi cerita novel. Dia harus menyudahi saja disini, mau pinjam malas. Nanti di rumah enggak akan sempat dibuka, di renggut oleh teknologi  jadi hanya bisa membaca disini saja.

“ki, yuk bu eka. Buruan entar dia marah” ajak agista.

Bu eka, guru biologi. Guru yang tidak ingin muridnya lalai atau sengaja menghindar dalam kelasnya, jadi jangan harap bisa bolos kelas jika tidak ingin Nilai yang menjadi taruhannya.

Kelas belum sepenuhnya sunyi yang berarti bu eka belum berada di kelas, kesempatan untuk mereka segera duduk disana sebelum bu eka datang.

“a-h”
Kaget agi dan kiara.

Sosok itu ibu eka pratiwi yang berdiri dihadapan mereka, depan pintu masuk. Wajahnya tidak begitu ramah, so scary. Guru killer pertama yang mereka kenal, sebelumnya sudah pernah kenal dengan guru yang sama tipikalnya tetapi bu eka rasanya beda.

“kalian darimana?”

“eu-mh, dari perpustakaan bu”
Jawab kiara terbata bata.

Padahal bukan kesalahan patal yang mereka lakukan, bukan pula mencuri. Tapi rasanya seperti tertangkap basah sedang melakukan kejahatan, cemas.

“ya sudah sana. Lain kali, jika ibu yang duluan disana dan kalian belum masuk. Kalian akan duduk disini selama pelajaran saya, mengerti!” jelasnya dengan tegas.

“a-h, iya bu”
Jawab mereka cepat.

Bu eka masuk ke dalam kelas di ekori kiara dan agista, lalu kembali ke tempat duduk mereka.

Bu eka walau demikian, visinya jelas. Dia ingin semua murid yang ia ajar bisa paham mata pelajaran biologi dengan cermat dan menjadi ahli biologi kelak mungkin.

Kelas berjalan kondusif bu eka menjelaskan mata pelajarannya selama dua jam, selama itu sangat menyiksa otak mereka yang tidak terlalu memahami tentang biologi. Beda halnya dengan Mereka yang menyukai pelajaran ini, mereka rileks dan menikmatinya.

¤¤¤¤¤

Di kelas 12 ipa 1.

Para murid tampak lengang, guru yang mengajar hanya memberikan tugas ringkasan kepada mereka. Dan sekarang mereka santai bercerita satu sama lain, entah mereka sudah selesaikan tugas atau tidak sama sekali menyentuhnya.

“li, jam berapa lo diner sama tuh cewek?”
Tanya madi. Pria yang duduk di atas meja belakang mali.

“lo punya pacar?”
Tanya ramdon tak percaya.

“lah, lo enggak tahu don?, wah bukan sahabat kalau gitu mah” sambung madi.

“eits, enggak gitu” mali menengahi.

Jika tidak, bisa bisa ramdon akan kesal kepadanya yang tidak memberi tahunya jika dia sedang dekat dengan seorang gadis, teman macam apa itu.

“terus!!”

“gue baru kenal dia kok, belum lama”

“jadi beneran li?” dibalas cengiran mali.

“wah, traktir dong. Tanda jadian gitu, ya enggak!!!”

“traktir, traktir!!!” ucap teman temannya membuat gaduh kelas.

Mali tampak cengengesan, dia senang atau terganggu itu tidak jelas. Dan untuk menutup mulut teman temannya, dia harus menuruti apa yang mereka mau.

“oke, oke!!!”

“yeah!!!”
Mereka gembira, mendapat traktiran gratis. Mali memang teman andalan. Terbaik.

¤¤¤¤¤

20 july 2021
.
.
Semoga suka
Jangan lupa vote ya
Terima kasih

I WANT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang